CAMPUR ADUK

Saturday, November 13, 2021

KERIS SAKTI

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi. 

"Kambing jantan itu bertanduk, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya iyalah kambing jantan itu bertanduk," kata Eko. 

"Berarti tanduk itu ciri khas hewan jantan dan juga bisa di bilang mahkota raja, ya Eko?!" kata Budi. 

"Tanduk cuma ciri khas hewan jantan yang benar!" kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Eko di buat serius banget. Padahal di buat sekedar mainan saja bolehkan. Bahwa tanduk itu mahkota raja," kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Sekedar mainan saja, ya boleh lah. Bahwa tanduk itu mahkota raja," kata Eko. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Berarti ular bertanduk itu adalah raja ular, yang di maksud naga," kata Budi. 

"Ooooooo ternyata tujuannya ke ular bertanduk, ya naga. Ya memang sih naga itu bertanduk, ya naga china," kata Eko. 

"Ada cerita yang menarik, ya ada hubungan dengan naga sih," kata Budi. 

"Ada cerita yang menarik yang ada hubungannya dengan naga. Kalau begitu ceritakan itu cerita yang menarik itu pada ku!" kata Eko. 

"Baiklah aku ceritakan. Ceritanya seperti ini. Seorang anak laki-laki, ya memang yatim piatu setelah ayah dan ibunya meninggal di bunuh sama penjahat yang menginginkan sebuah keris sakti yang masih ada hubungan dengan seekor naga. Anak laki-laki itu di selamatkan sama kakek, ya guru dari orang tuanya. Anak laki-laki di latih dengan baik sama kakek sampai dewasa menjadi pemuda yang gagah. Pemuda telah menguasai ilmu bela diri dengan baik, ya kakek mengujinya dengan baik untuk memilih antara balas dendam atau mengikhlaskan semuanya, ya masa lalu yang buruk. Pemuda itu mendapatkan pencerahan dalam dirinya, ya mengikhlaskan masa lalu yang buruk, ya hidup dengan damai. Kakek pun memutuskan untuk mewariskan keris sakti itu pada pemuda itu. Kakek pun meninggal dunia. Setelah memakamkan kakek dengan baik, ya pemuda itu hidup tentang di desa. Penjahat tahu keberadaan pemuda pewaris keris sakti. Penjahat menyerang pemuda itu. Ya mau gak mau pemuda bertarung demi membela dirinya. Pertarungan sengit banget antara para penjahat dan pemuda itu. Pemuda itu pun kalah karena banyak sih musuhnya dan juga hebat-hebat. Pemuda itu di bawa ke pemimpin penjahat. Keris sakti pun jatuh di tangan pemimpin penjahat. Ya pemimpin penjahat pun jadi sakti karena memegang keris sakti dan juga dengan keris sakti, ya dapat mengendalikan naga yang tertidur di sebuah danau. Pemuda itu tidak mau menyerah dari keadaan. Pemuda itu terus bertarung melawan penjahat sampai berhadapan dengan pemimpin penjahat. Pertarungan perebutan keris sakti terjadi antara pemimpin penjahat dan juga pemuda itu. Ya pemuda itu pun berhasil mengalahkan pemimpin penjahat dan keris sakti kembali ke tangan pemuda itu. Pemuda itu pergi bersama naga menuju tempat yang tenang banget, ya jauh dari orang-orang yang menginkan keris sakti demi menjadi sakti dan juga jadi raja karena keris sakti dapet mengendalikan naga. Ya begitu lah ceritanya Eko," kata Budi. 

"Ceritanya bagus," kata Eko.

"Cuma bagus aja tanggapannya Eko?!" kata Budi.

"Tanggapan bagus cukup kan!" kata Eko.

"Memang cukup sih....tanggapan bagus!" kata Budi.

"Yang aku cermati dengan baik cerita yang di ceritakan Budi. Pemuda itu didik dengan baik sama kakek, ya di beri pilihan antara balas dendam atau mengikhlaskan masa lalu yang buruk, ya hidup dengan damai. Kalau di film sih, ya pastinya balas dendam sih," kata Eko.

"Memang sih, ada film yang menceritakan urusan dengan penjahat. Ya antara balas dendam atau hidup damai, ya melupakan masa lalu yang buruk. Di film itu, ya balas dendam lah pemuda itu pada penjahat yang telah membunuh orang tuanya," kata Budi.

"Nama juga film, ya menceritakan sudut ini dan itu. Ya memang cerita menarik banget, ya yang nonton puas dengan hasil cerita yang bagus di tampilkan dengan baik," kata Eko.

"Memang sih. Banyak film yang ceritanya bagus-bagus, ya jadinya yang menonton puas dengan cerita yang di tampilkan dengan baik," kata Budi menegaskan omongan Budi.

"Lebih baik kita main catur saja Budi!" kata Eko.

"Ok...main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh dengan baik papan catur di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Friday, November 12, 2021

PATAH HATI

Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. 

"Cewek itu kalau cantik, ya menggoda pesona kecantikannya," kata Budi. 

"Cewek yang mana yang di omongin?!" kata Eko. 

"Cewek cantik yang ada di acara Tv," kata Budi. 

"Artis maksudnya...ya Budi?!" kata Eko. 

"Iya!!!" kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Kalau artis, ya pesona kecantikannya memang menggoda," kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Tiba-tiba Budi teringat sesuatu tentang cerita cerpen. Budi berkata "Patah hati". 

Eko mendengarkan omongan Budi dan berkata Eko "Ada apa dengan patah hati?!" 

"Cerita cerpen tentang patah hati," kata Budi. 

"Ooooo cerita cerpen tentang patah hati. Budi cerita kan cerita cerpen itu!" kata Eko. 

"Baiklah aku ceritakan. Cerita seperti ini. Seorang cewek yang cantik yang patah hati karena pengkhianatan cowoknya, ya pacarnya. Cewek itu berpikir pendek, ya ingin bunuh diri dengan cara ingin menabrakan diri kereta api, ya memang cewek itu sudah berjalan di jalur kereta. Ya kereta sudah mulai mendekat. Ada seorang cowok yang keterbelakangan mental melihat cewek yang mau bunuh diri di jalur kereta api. Cowok itu langsung menyelamatkan cewek itu, ya dari rencana bunuh diri. Cewek itu pun gagal bunuh diri. Cowok keterbelakangan mental berkata ke cewek itu "Ibu bilang sih. Hidup ini di jalanin dengan baik pasti hasil baik. Apa pun kesulitan ini dan itu, ya ujian hidup. Harus bijak dalam menyikapi hidup". Cewek itu sadar dari apa yang di lakukan adalah kesalahan dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup. Cewek itu belajar dari cowok keterbelakangan mental itu, ya untuk memperbaiki hidupnya. Sampai suatu ketika cewek itu bertemu dengan mantannya yang telah membuat dirinya sakit hati dan berpikir pendek untuk bunuh diri. Cowok keterbelakangan mental, ya ada untuk mengarahkan cewek itu di jalan kebaikan. Cewek itu benar-benar melupakan mantannya. Cewek itu terus bersama cowok keterbelakangan mental, ya jadi teman baik dan juga belajar dengan baik pemahaman agama dari ustad yang di tunjuk ibunya si cowok keterbelakangan mental. Begitulah ceritanya...Eko," kata Budi.

"Cerita yang bagus. Cewek labil dalam urusan cinta, ya patah hati. Pikiran pendeknya ada untuk mengakhiri hidupnya, ya seperti kerasukan setan, ya di kendalikan untuk bunuh diri," kata Eko.

"Memang ada sih pikiran pendek, ya seperti di kendalikan setan dan merencanakan mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Cowok keterbelakangan mental menolong cewek yang pikirannya lagi pendek banget. Cowok itu di umpamakan malaikat penolong. Pertanyaan ku. Cewek itu setelah berteman dengan baik dengan cowok keterbelakangan mental. Apakah cewek itu ada rasa dengan cowok keterbelakangan mental, ya cinta gitu?!" kata Eko.

"Kalau itu sih. Aku tidak bisa menjawabnya. Ceritanya sebatas sampai cewek itu berteman dengan cowok keterbelakangan mental," kata Budi.

"Ya kalau begitu sih tidak terjawab tidak ada masalah sih," kata Eko.

"Kalau di pikir dengan baik. Cewek memang ingin kesempurnaan dari cowok yang di sukai. Apa mungkin cewek bisa menerima cowok keterbelakangan mental, ya urusan cinta?!" kata Budi.

"Di film bisa," kata Eko. 

"Ya memang sih di film bisa. Cowok keterbelakangan mental jadi normal karena keajaiban. Ceweknya menerima dengan baik cowok itu," kata Budi. 

"Ya sudah lah tidak perlu di bahas lagi. Lebih baik main catur!" kata Eko. 

"Ok. Main catur!" kata Budi. 

Eko telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Thursday, November 11, 2021

CERMINAN YANG BAIK KISAH CINTA

Setelah sholat jum'at di mesjid. Indro duduk di halaman belakang, ya main game di Hp-nya. Kasino membuat kopi di dapur. Ya kopi jadi di bawa Kasino di halaman belakang. Kasino duduk di halaman belakang menikmati minum kopi, ya enak gitu rasa kopi. Tiba-tiba Indro berhenti main game di Hp-nya, ya melihat vidio-vidio yang vagus di Hp-nya.

"Cerminan yang baik," kata Indro.

Kasino mendengar omongan Indro dengan baik. Kasino menaruh gelas berisi kopi di meja, ya setelah di minum dengan baik lah.

"Cerminan yang baik....apa Indro?!" kata Kasino.

"Ini loe Kasino. Vidio yang aku tonton di Hp," kata Indro sambil menunjukkan vidio di Hp-nya.

Kasino melihat dengan baik vidio di Hp-nya Indro.

"Memang cerminan yang baik," kata Kasino.

Indro berhenti menunjukkan vidio di Hp-nya dan juga berhenti nonton vidio di Hp-nya.

"Kisah cinta yang baik," kata Indro.

"Memang kisah cinta yang baik," kata Kasino.

"Ya...aku ingin sekali kisah cinta ku seperti vidio yang aku tonton itu," kata Indro.

"Sama aja dengan aku. Ya kisah cinta ku ingin seperti vidio yang baru di tonton," kata Kasino.

"Beruntung ya cewek yang di vidio itu. Mendapatkan cowok yang keren dan juga ganteng," kata Indro.

"Cowoknya juga beruntung mendapatkan cewek yang cantik dan jadi contoh yang baik bagi cewek-cewek yang berhijab, ya muslimah banget," kata Kasino.

"Semua karena orang tua yang mendidik anaknya menjadi sosok yang pantas di kagumi," kata Indro.

"Pernikahan artis. Keren!" kata Kasino.

"Ya pernikahan artis memang keren. Kita hanya menilai dari sisi baik saja kan Kasino?!" kata Indro.

"Memang kita menilai dari sisi yang baik lah," kata Kasino menegaskan omongan Indro.

"Ya sudahlah. Aku mau nonton Tv ah!" kata Indro.

"Ya!!!" kata Kasino.

Ya Indro beranjak dari duduknya di halaman belakang ke dalam rumah, ya tepatnya ke ruang tengah untuk nonton Tv lah. 

"Main game saja!" kata Kasino.

Kasino main game di Hp-nya, ya dengan baik sih. Indro asik nonton Tv, ya dengan acara Tv....film Warkop DKI. Sedangkan Dono di Batam, ya tepatnya di rumah sih. Dono melihat vidio-vidio di Hp-nya. Vidio yang di tonton Dono, ya vidio acara pernikahan yang di konsep ini dan itu, ya pokoknya bagus untuk di tonton dengan baik.

"Cerminan yang baik kisah cinta," kata Dono.

Dono terus menonton vidio itu dengan baik, ya sampai selesai. Setelah itu. Dono pun mengerjakan mengetik dengan baik di Blog-nya, ya membuat cerita ini dan itu di Blog-nya lah. 

DIA YANG KU CINTAI TAPI MENGKHIANATIKU

Eko duduk di depan rumah sedang membaca koran, ya sambil minum teh gelas dan juga makan gorengan. Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik di sebelah Eko. 

"Eko asik banget baca koran," kata Budi. 

Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng. 

"Ya begitulah," kata Eko. 

Eko menghentikan baca korannya dan menaruh koran di atas meja. 

"Berita politik, ya menarik juga di baca," kata Eko. 

Eko mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. 

"Politik. Tumben banget," kata Budi. 

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. Eko menaruh teh gelas di meja. 

"Ya begitu lah," kata Eko. 

Budi menaruh teh gelas di meja. Tiba-tiba Budi teringat sesuatu dan berkata dengan baik "Di depan manis di belakang main rapih." 

Eko terkejut dengan omongan Budi, ya perkiraan Eko, ya jangan-jangan Budi ada masalah. 

"Budi ada masalah?!" kata Eko. 

"Ya tidak ada masalah sih. Cuma ada sebuah cerpen yang menarik yang aku pelajarin dengan baik sih," kata Budi. 

"Cerpen toh. Aku kirain Budi ada masalah, ya seperti artis atau orang-orang yang punya masalah urusan cinta karena omongan Budi, ya kena urusan cinta.....di depan manis di belakang main rapih," kata Eko. 

"Urusan cinta ada yang jalan baik dan ada jalan yang buruk. Ya hidup ini antara baik dan buruk lah," kata Budi. 

"Memang sih hidup ini antara baik dan buruk. Ya Budi tolong cerita dengan baik cerpen itu!" kata Eko. 

"Ok. Aku cerita cerpen itu. Judulnya Dia Yang Ku Cintai Tapi Mengkhianatiku. Seorang pemuda yang baik. Pemuda itu bekerja keras demi dirinya menjadi sukses, ya kaya raya, ya jadinya kaya karena kepintaran pemuda itu. Pemuda itu bertemu dengan cewek cantik di saat acara yang mewah. Cewek itu membuat berkesan pada Pemuda itu, ya jatuh cinta pada pandangan pertama sih. Pemuda pun memutuskan menjalin hubungan baik dengan cewek itu. Hubungan itu pun berjalan dengan baik sih sampai pemuda itu menikahi cewek itu. Cewek itu terus bersikap manis di hadapan pemuda itu, ya suaminya. Tapi ternyata cewek itu di belakang, ya bermain cinta dengan pacarnya, ya hubungan itu rapih banget. Sampai akhirnya pemuda itu tahu belangnya si cewek itu, ya pemuda itu langsung menceraikan cewek itu. Pemuda itu pun fokus dengan urusan kerajaannya untuk melupakan kisah cintanya. Cewek itu memang merasa bersalah sih karena telah berkhianat kepada pemuda itu, ya suaminya dalam urusan cinta, tapi cewek itu tidak bisa melupakan cinta pertamanya yang datang kepadanya dan ingin bersatu dalam hubungan. Ya begitulah ceritanya...Eko," kata Budi.

"Cerita tentang pengkhianatan cinta toh," kata Eko. 

"Kenapa cewek itu tidak bisa melupakan cinta pertamanya?!" kata Budi. 

"Ya kadang kalau terlalu cinta sih, ya susah untuk melupakan cinta pertama," kata Eko. 

"Padahal pemuda itu pun telah memberikan cinta terbaik pada cewek itu," kata Budi. 

"Rasa cinta yang di berikan itu apa bisa menyentuh hati cewek itu. Kalau tidak bisa menyentuh hatinya, ya cewek itu lebih memilih cinta pertamanya kembali padanya," kata Eko. 

"Ooooo rasa cinta toh. Kalau rasa itu bisa menyentuh hati cewek itu, ya berarti cewek itu lebih baik memilih pemuda itu yang telah menjadi suaminya dan melupakan pacarnya, ya cinta pertama datang lagi yang ingin bersatu dalam hubungan," kata Budi. 

"Ya sudahlah ngomongin itu, ya lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok. Main catur!" kata Budi. 

Eko telah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja lah. Eko dan Budi, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. 

"Kita ini hanya lulusan SMA. Urusan politik, ya bisa di bilang tebak-tebakan dalam memutuskan siapa yang di pilih jadi pemimpin, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Tebak-tebakan. Ya bisa di bilang begitu sih. Nama juga lulusan SMA, ya beda lulusan Universitas yang mencari tahu dengan baik dengan proses penelitian yang ini dan itu dalam memutuskan pemimpin urusan politik sih," kata Eko yang menegaskan omongan Budi. 

"Ya sudahlah fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik lah.

Wednesday, November 10, 2021

MENJADI CONTOH YANG BAIK

Budi duduk di depan rumah, ya sedang membaca koran, ya sambil menikmati minum teh botol dan makan gorengan. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk dengan baik di sebelah Budi.

"Asik baca korannya," kata Eko.

Eko mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik lah tempe goreng.

Budi berhenti baca koran. 

"Sekedar saja Eko. Ingin tahu perkembangan ini dan itu, ya lewat membaca koran," kata Budi.

Budi menaruh koran di meja. Eko melihat foto di koran, ya foto artis yang berhijab. Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah.

"Cantik banget," kata Eko.

Budi mendengar omongan Eko, ya terkejut lah.

"Eko. Cantik itu siapa yang di omongin itu?!" kata Budi.

"Foto di koran!" kata Eko.

Budi melihat foto yang ada di koran, ya koran ada di mejalah. Foto di koran, ya foto artis cantik yang berpenampilan muslimah, ya berhijab gitu.

"Ooooo artis cantik berpenampilan muslimah. Cantik memang," kata Budi.

"Cewek berhijab, ya jadi contoh yang baik," kata Eko.

Eko mengambil teh botol di meja, ya di minum dengan baik teh botol.

"Ya memang sih. Cewek berhijab itu contoh yang baik bagi cewek-cewek menjalankan agamanya dengan baik," kata Budi.

Budi mengambil teh botol di meja, ya di minum dengan baik teh botol lah. Eko menaruh teh botol di meja. 

"Hidup ini ada yang baik dan buruk," kata Eko.

Budi menaruh teh botol di meja.

"Memang sih. Hidup ini ada yang baik dan buruk," kata Budi.

"Cewek yang belajar dengan baik pemahaman agama islam, ya akan terus memakai hijab dengan baik. Tapi ada yang alakadarnya belajar agama islam, ya jadinya....pake hijabnya kaya iya dan tidak," kata Eko.

"Omongan Eko memang bener. Satu sisi sungguh-sungguh menjalankan agama islam dengan baik. Satu sisi lain, ya alakadarnya. Ya contohnya sih banyak di dalam kehidupan sehari-hari," kata Budi.

"Contohnya banyak!" kata Eko.

"Purnama termasuk cewek yang menjalankan agama islam dengan baik, ya berhijab," kata Budi.

"Orang tuanya membimbing dengan baik Purnama, ya menjadi cewek muslimah yang baik," kata Eko.

"Semua orang tua yang paham agama islam, ya membimbing anak ceweknya menjadi cewek muslimah yang baik," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Eko. Lebih main catur saja!" kata Budi.

"Ok. Main catur!" kata Eko.

Budi mengambil bawah meja papan catur dan di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur.

"Kalau di pikir aku tertarik cewek cantik yang berhijab," kata Budi. 

"Masa?!" kata Eko. 

"Iya deh. Aku akui. Ada beberapa cewek yang aku sukai, ya belum berhijab dan juga ada yang beragama lain juga," kata Budi. 

"Pilih-pilih cewek yang baik untuk di jadikan pacar kan Budi?!" kata Eko. 

"Ya iya lah pilih-pilih. Nama juga cowok," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Mungkin aku bisa mencontoh Eko dalam memilih cewek. Ya mendapatkan cewek yang berhijab," kata Budi. 

"Terserah Budi!" kata Eko. 

"Ya udahlah. Fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik lah. 

Tuesday, November 9, 2021

KEADAAN YANG AKAN MENUNJUKKAN KEBENARAN

Eko dan Budi duduk di depan rumahnya Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.

"Eko. Ada sebuah cerita cerpen. Ceritanya seperti ini. Ada seorang pemuda yang rajin ibadah pada ajaran agama yang ia yakini, ya menyembah patung para dewa. Sampai suatu ketika. Ujian dateng warga desa. Satu persatu warga desa meninggal karena wabah penyakit. Tabib yang biasa mengobati warga desa, ya terkena penyakit juga dan akhirnya meninggal. Sampai adik pemuda itu terkena penyakit juga. Pemuda itu berdoa pada patung dewa, ya agar menyembuhkan adiknya yang sakit. Patung dewa tetap diam saja, ya tidak menolong pemuda itu. Adiknya akhirnya meninggal karena penyakit. Pemuda itu bersedih kehilangan adik, ya satu satunya. Pemuda itu marah banget dan menghancurkan patung dewa. Pemuda itu pun meninggal juga karena wabah penyakit," kata Budi.

"Ceritanya bagus," kata Eko.

"Tanggapannya kok cuma bagus aja Eko?!" kata Budi.

"Ok. Aku tanggapi dengan baik. Pemuda itu kecewa karena patung para dewa yang di sembahnya, ya tidak menolong karena wabah penyakit menyerang warga desa, ya sampai warga desa meninggal semuanya. Nama juga patung buatan manusia, ya ajaran yang di yakini kan antara benar dan tidak, ya nama juga buatan nenek moyang," kata Eko. 

"Patung di sembah, ya tidak bisa menolong karena buatan manusia. Zaman dulu di debut zaman kebodohan kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya iya lah. Zaman dulu zaman kebodohan, ya patung di sembah. Maka itu Tuhan Pencipta Alam Semesta, ya menurunkan wabah penyakit pada makluk hidup di muka bumi ini untuk menunjukkan kebenaran Tuhan Pencipta Alam Semesta. Makluk hidup, ya mati karena wabah penyakit. Takdir," kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Zaman sekarang kalau ada manusia menyembah patung gimana Eko?!" kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi di meja. 

"Ya biarin aja. Nanti kecewa lagi ketika kematian itu dateng dari wabah penyakit, ya cerita cerpen tadi aja jadi contoh. Patung yang di sembah, ya di hancurkan lah karena tidak bisa menolong," kata Eko. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Keadaan yang membuat manusia akan menghancurkan patung yang di sembah dan meninggalkan agama yang di yakini," kata Budi. 

"Jadi tidak perlu repot-repot berdebat dan bertindak untuk menghancurkan patung karena salah menyembah patung itu," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main catur saja!" kata Eko. 

"Ok main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Eko. Gimana dengan pemahaman liberal, ya ngomong sih kebanyakan para ustad yang punya gelar ini dan itu sih di bidang agama sih?!" kata Budi. 

"Pemahaman liberal. Ah. Kita hanya lulusan SMA. Tidak perlu membicarakan itu!" kata Eko. 

"Iya sih. Kita hanya lulusan SMA, ya lebih baik tidak membicarakan itu. Lebih baik fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

 Eko dan Budi main catur dengan baik.

Monday, November 8, 2021

LADY ROCKER

Eko duduk di depan rumah, ya baca koran sambil menikmati minum teh gelas dan makan gorengan. Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motor dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik. Ya Eko pun berhenti baca koran dan koran di taruh di meja.

"Eko aku ingin tanggapan tentang cerita yang aku baca di suatu majalah lama, ya cerpen sih," kata Budi. 

"Ceritanya seperti apa?!" kata Eko. 

"Aku mulai cerita. Judul cerita Lady Rocker. Seorang cewek yang kemampuannya bernyanyi, genre rock gitu. Cewek itu mengalami kegagalan saat tampil pertama di panggung. Penontonnya tidak menyukai pembawaan cewek itu. Cewek itu bertemu dengan seseorang yang memahami musik, ya bisa di bilang guru musik. Cewek belajar pada guru musik untuk mencari tahu kesalahannya dalam bernyanyi. Guru musik menjelaskan semuanya pada cewek itu. Ya cewek itu belajar dengan baik bernyanyi yang baik sampai membuat syair lagu yang dapat menyentuh penonton. Ketika Waktunya menunjukkan hasil latihannya, ya bernyanyi di panggung pertunjukkan. Cewek itu berhasil dengan baik. Genre musiknya, ya pop biasa saja. Penonton menyukai lagu yang dinyanyikan cewek itu. Semenjak itu. Cewek itu dapet kontrak menyanyi, ya di acara besar dan bayarannya wow mahal. Guru musik yang membimbing cewek itu, ya mengingatkan tidak boleh melupakan genre awal yang di tekunin, ya rock. Cewek itu memahami omongan guru dengan baik, ya tetap menjalanin genre rock dengan baik," kata Budi.

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. 

"Ceritanya bagus," kata Eko.

Eko mengambil teh gelas di meja, ya di minum baik teh gelas. Budi menaruh teh gelas di meja. 

"Cuma gitu saja?!" kata Budi.

Eko menaruh teh gelas di meja. 

"Ok tanggapi dengan baik. Untuk mencapai keberhasilan dalam bermusik, ya memang sih tidak harus satu genre. Mencoba genre lain, ya siapa tahu berhasil. Kalau di cerita itu kan, ya berhasil berkat usaha dan belajar dari guru musik," kata Eko.

"Iya sih berhasilnya karena usaha dan belajar dari guru musik. Urusan musik. Kadang memang dengan genre musik awal yang di jalain, ya bisa membawa pada keberhasilan....contohnya banyak. Jika tidak bisa mendapatkan keberhasilan dari genre musik awal yang di tekunin, ya berganti ke genre musik lain. Siapa tahu berhasil dengan baik," kata Budi.

"Pasar," kata Eko.

"Aku paham omongan Eko. Harus bisa melihat pasarnya. Apa genre musik yang lagi populer yang di sukai masyarakat. Kalau bisa melihat pasar dengan baik, ya pasti berhasil seperti cerita di cerpen itu," kata Budi.

"Kerjaan bermusik, ya pada akhirnya ke urusan ekonomi," kata Eko.

"Selalu berkaitan dengan ekonomi," kata Budi.

"Sudah ngomongin tentang Lady Rocker. Lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Main catur!" kata Budi.

Eko telah mengambil papan catur di bawa meja dan di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Kalau ngomongin tentang agama kristen. Maka mengangkat agama kristen," kata Budi. 

"Iya," kata Eko. 

"Padahal yang ngomong orang agama islam," kata Budi. 

"Lumrah lah. Sekedar obrolan saja!" kata Eko. 

"Ya sudah ah. Fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi main catur dengan baik. 

Sunday, November 7, 2021

SURAT CINTA

Abdul duduk di depan rumah, ya sedang baca buku komik naruto, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi botolan lah. Budi sampai di rumah Abdul, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Abdul. Budi duduk dengan baik.

"Komik apa yang di baca Abdul?!" kata Budi.

Abdul berhenti membaca buku komiknya dan menunjukkan buku komik pada Budi, ya sambil berkata "Naruto."

"Oooooo komik Naruto," kata Budi. 

Abdul menaruh buku komik di meja. Budi memberikan sebuah amplop ke Abdul, ya sambil berkata "Surat cinta untuk Abdul!" 

Abdul mengambil amplop di tangan Budi. 

"Surat cinta dari siapa?!" kata Abdul. 

"Surat itu kiriman dari Erwin yang tinggal di Jakarta. Ya Erwin ketemu dengan Putri," kata Budi. 

Abdul membuka amplop itu dengan baik. 

"Oooooo....Erwin yang mengirim suratnya toh, tentang Putri. Ini mah surat infomasi tentang Putri, ya bukan surat cinta lah," kata Abdul. 

"Emmmm," kata Budi. 

Abdul mengeluarkan foto dari dalam amplop, ya Abdul terkejut dengan foto Putri yang sedang menggendong bayi. 

"Putri menggendong bayi," kata Abdul. 

Budi mendengar dengan baik omongan Abdul, ya berkata "Putri menggendong bayi. Mana aku lihat Abdul!" 

Abdul menunjukkan foto tersebut dengan baik sama Budi. 

"Putri beneran menggendong bayi," kata Budi. 

"Ini bayi anaknya Putri apa bukan ya?!" kata Abdul. 

"Bayi itu jangan-jangan anak Putri. Berarti Putri sudah menikah," kata Budi. 

"Putri sudah menikah. Ya berarti aku gagal mendapatkan Putri," kata Abdul. 

"Yang tabah ya Abdul. Jika Putri sudah menikah dan juga punya anak," kata Budi. 

"Aku bisa menerima sih. Putri sudah menikah dan punya anak sih," kata Abdul. 

Abdul memeriksa amplop dengan baik, ya ternyata ada selembar kertas, ya Abdul membaca dengan baik. Erwin menjelaskan di dalam surat yang di tulisnya sih, ya tentang Putri, ya masih kuliah di Jakarta, ya kehidupannya baik-baik saja bersama orang tuanya. Putri belum punya pacar karena masih fokus dengan kuliahnya. Foto Putri di ambil ketika Putri sedang menggendong bayi, ya bayi itu anak temannya Putri. 

"Ooooo begitu toh. Tentang Putri," kata Abdul. 

"Suratnya isi apa?!" kata Budi. 

"Baca sendiri!" kata Abdul sambil menyerahkan surat ke Budi. 

Budi mengambil surat di tangan Abdul, ya di baca dengan baik suratlah. Budi memahami isi surat dengan baik. 

"Oooo ternyata. Putri belum menikah. Bayi yang di gendong Putri, ya anak temannya Putri," kata Budi. 

Budi menyerahkan surat ke Abdul, ya di ambil dengan baik sama Abdul. 

"Aku masih ada harapan untuk bisa mendapatkan Putri," kata Abdul. 

"Putri masih jomlo, ya karena masih fokus dengan urusan kuliahnya," kata Budi. 

"Kalau cewek seneng gendong bayi, ya kemungkinan ingin cepet dapet jodoh kan...Budi?!" kata Abdul. 

"Kemungkinannya ada sih," kata Budi. 

Budi mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik. 

"Kemungkinan itu ada," kata Abdul. 

Abdul memasukkan foto dan surat ke amplop dan amplop di taruh di meja. Abdul mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik. Budi menaruh botol minuman di meja. 

"Kalau Putri sudah menikah dan punya anak. Ya sebenarnya aku masih bisa menerima Putri. Ya maksud ku, ya jandanya masih aku terima," kata Abdul. 

Budi menaruh botol minuman di meja. 

"Sampai segitunya cinta sama Putri. Janda di terima sama Abdul," kata Budi. 

"Nama juga cinta kan!" kata Abdul. 

"Memang cinta sih. Jalan ceritanya kaya sinetron atau film. Janda masih di terima dengan baik," kata Budi. 

"Kalau di sinetron atau film. Cerita yang aku suka. Cewek mengangkat anak yang masih bayi sih, ya jadi anak sendiri. Cewek itu statusnya jadi janda, tapi sebenarnya perawan, ya belum menikah. Cowoknya menyukai cewek itu, ya salah sangka saja kalau cewek itu janda karena punya anak. Ternyata cowok menerima dengan baik cewek itu karena cewek itu baik, ya mengangkat anak untuk status jadi ibu demi anak itu," kata Abdul. 

"Cerita itu aku suka juga," kata Budi. 

"Ya...lebih baik kita main catur saja!" kata Abdul. 

"Ok...main catur!" kata Budi. 

Abdul sudah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Abdul dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Saturday, November 6, 2021

POLISI

Budi duduk di depan rumah, ya sedang membaca koran, ya sambil minum teh gelas dan juga makan gorengan. Eko ada urusan kerjaan dan juga urusan cinta sama Purnama, ya Eko tidak bisa main ke rumahnya Budi. Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Abdul pun duduk di sebelah Budi.

"Serius amat Budi baca korannya?!" kata Abdul.

Budi berhenti baca korannya dan koran di taruh di meja.

"Berita di koran ada yang bagus ceritanya, ya tentang polisi," kata Budi.

"Oooo ada berita yang bagus toh. Tentang polisi," kata Abdul.

Abdul mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah.

"Polisi berhasil menangkap penjahat dari penjahat kecil sampai penjahat besar dari kejahatan yang di lakukan," kata Budi.

"Polisi menangkap penjahat bagus lah. Karena banyak manusia, ya susah untuk jadi baik. Contohnya saja : pencuri. Orang yang kerajaannya jadi pencuri, ya menipu teman ya sendiri dan juga orang lain," kata Abdul.

"Realita kehidupan dari pengalaman menjalankan hidup, ya sampai cerita orang-orang yang sama ceritanya," kata Budi.

Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah.

"Kalau urusan dagang, ya orang kerajaannya pencuri dan menipu bikin rugi pedagang," kata Abdul.

"Memang sih...pencuri dan penipu itu merugikan dalam urusan orang yang menjalankan usaha di jalan baik-baik," kata Budi.

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik. 

"Ada cerita tentang pencuri dan penipu. Seorang pemuda yang sukunya jawa dan agama islam, ya bekerja dengan baik sama orang china, ya jadi pegawai sebuah toko. Pemuda itu berteman dengan pemuda, ya suku batak dan agama kristen. Awalnya sih baik sih. Tapi pemuda yang sukunya batak itu ternyata mencuri uang temannya dan juga menipu sana sini. Kata orang tentang orang dengan kebiasaan di masyarakat, ya haram halal hantam, ya kerjaannya pencuri dan penipu, ya jadi hidup susah lah," kata Abdul.

Abdul pun mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas lah. Budi menaruh teh gelas di meja.

"Cerita itu. Pemuda yang suku batak itu, ya berteman dengan temannya suku batak beragama kristen. Ya kerjaannya juga sama sih, ya pencuri dan penipu," kata Budi.

Abdul menaruh teh gelas di meja.

"Pemuda suku batak itu, ya katanya tidak melakukan perbuatannya pencuri dan penipu lagi, ya bisa di bilang tobat karena kerja sama orang china. Orang china sih jaga-jaga sih dengan pemuda suku batak itu karena suatu saat, ya bisa kembali menjadi pencuri dan penipu....dari segi keadaan ekonomi. Ya orang china ya bisa melapor ke polisi, ya menangkap pemuda itu dan juga temannya yang masih satu suku," kata Abdul.

"Agama itu membimbing manusia di jalan kebaikan. Kalau manusia meninggalkan agama. Maka manusia itu akan melakukan tindakan mencuri, menipu sampai membunuh," kata Budi.

"Pemuda suku batak yang beragama kristen, ya meninggalkan agama kristen, ya agamanya cuma status saja di KTP untuk citra baik saja gitu," kata Abdul.

"Beda dengan pemuda yang suku batak, ya agama kristen yang menjalankan ibadahnya di gereja dengan baik, ya di bimbing dengan baik....agar menjalankan kehidupan di jalan kebaikan," kata Budi.

"Hidup ini antara baik dan buruk," kata Abdul.

"Memang hidup ini antara baik dan buruk. Maka itu polisi ada untuk memberantas kejahatan di mana-mana tidak melihat suku maupun agama, ya jika manusia melakukan kejahatan harus di tangkap dan di penjara," kata Budi.

"Karena manusia itu ada yang memahami ilmu agama dan ada yang tidak dalam kehidupan sehari-hari dari setiap suku yang ada di dunia ini," kata Abdul.

"Sudah ngomongin polisi. Lebih baik main catur!" kata Budi.

"Ok, main catur!" kata Abdul.

Budi sudah mengambil papan catur di bawah meja di taruh di atas meja. Budi dan Abdul menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Friday, November 5, 2021

SESUAI DENGAN RENCANA

Abdul duduk depan rumah sedang baca koran, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum teh gelas. Budi dan Eko memang bersama ke rumah Abdul dengan menggunakan motor. Eko dapet telpon dari Purnama, ya jadinya Eko memutuskan ke rumah Purnama. Budi tetap dengan tujuannya ke rumah Abdul. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Abdul. Ya Budi memarkirkan motornya dengan baik, ya di depan rumahnya Abdul. Budi pun duduk di sebelah Abdul. 

Abdul menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di meja. 

"Eko mana Budi?!" kata Abdul. 

"Eko ada urusan dengan Purnama, ya tidak jadi main ke rumah Abdul," kata Budi. 

Budi mengambil tempe goreng di meja, ya di makan dengan baik tempe goreng. Abdul mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah. 

"Hidup sesuai dengan rencana masing- masing, ya kan Abdul," kata Budi. 

"Memang hidup sesuai dengan rencana masing-masing. Seperti aku lulus sekolah SMA, ya kerjanya membangun usaha sendiri. Sampai urusan cinta, ya aku memilih cewek yang aku sukai.....Putri," kata Abdul. 

"Sampai-sampai urusan kematian pun, ya di sesuaikan dengan rencana agama yang kita jalanin kan Abdul?!" kata Budi. 

"Budi. Kok ngomongin mati," kata Abdul. 

"Jadi Abdul takut mati?!" kata Budi. 

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. 

"Ya takut mati lumrah lah. Karena masih ingin menikmati hidup. Kan banyak manusia berusaha sehat dari penyakitnya, ya agar bisa hidup lebih lama, ya menikmati hidup lebih lama lagi. Sampai-sampai berobatnya keluar negeri," kata Abdul. 

Abdul mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. Budi menaruh teh gelas di meja. 

"Ya sebenarnya aku juga takut mati. Karena masih ingin menikmati hidup ini lebih lama. Tapi ada yang berani mati, ya membela agama," kata Budi. 

Abdul menaruh teh gelas di meja. 

"Boleh-boleh saja berani mati demi membela agama. Tapi harus benar membelanya. Kan ada yang membela agama, ya mati koyol. Jalan salah," kata Abdul. 

"Iya sih ada jalan yang salah bisa terjadi. Karena kurang pemahaman keilmuan," kata Budi. 

"Emmmm," kata Abdul. 

"Oiya Abdul. Orang agama islam itu kalau mati, ya pake peti mati apa enggak?!" kata Budi. 

"Setahu aku sih, ya enggak sih," kata Abdul. 

"Jadi tidak pake peti mati. Berarti yang pake peti mati, ya agama kristen, ya kan Abdul," kata Budi. 

"Iya sih. Di film banyak cerita agama kristen, ya tentang orang mati pake peti mati. Di kubur bersama peti mati," kata Abdul. 

"Ekonomi," kata Budi. 

"Zaman sekarang, ya jadinya sih di kaitkan ekonomi. Ya kan peti mati di jual dengan baik," kata Abdul. 

"Peti mati itu. Identik dengan film drakula kan Abdul?!" kata Budi. 

"Ya memang identik banget sih peti mati dengan film drakula dan juga film lainnya yang bentuk film horror," kata Abdul. 

"Film drakula memang bagus sih," kata Budi. 

"Memang bagus film drakula," kata Abdul menegaskan omongan Budi. 

"Kenapa orang agama islam yang meninggal di berita di Tv, ya pake peti mati ya?!" kata Budi. 

"Mana aku tahu?!" kata Abdul. 

"Mungkin karena mayatnya hancur, ya akibat dari kecelakaan, ya jadi masukkan dalam peti atau ada kaitan dengan covid-19," kata Budi. 

"Bisa jadi.....bisa jadi," kata Abdul. 

"Ya lah kemungkinan," kata Budi. 

"Ya sudah lah tidak perlu di bahas lagi, ya lebih baik main catur!" kata Abdul. 

"Ya main catur," kata Budi. 

Abdul telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja, ya papan catur. Abdul dan Budi, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

KECELAKAAN

Budi duduk di depan rumah, ya sedang baca koran. Budi sambil menikmati makan gorengan dan juga minum minuman botol rasa soda gitu. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motor dengan baik di halaman depan rumah Budi. Eko pun duduk dengan baik.

"'Serius amat baca korannya," kata Eko.

Eko mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng lah. Budi menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di meja.

"Biasa aja sih Eko baca korannya," kata Budi.

Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik lah tempe goreng.

"Tahu goreng enak yang aku makan. Oooo iya. Beritanya tentang minyak goreng katanya naik harganya?!" Eko.

"Memang berita seperti itu," kata Budi.

Eko mengambil tahu goreng lagi di piring. Eko melihat gambar di koran, ya foto mobil yang mengalami kecelakaan, ya pokoknya keadaan mobil hancur gitu. Eko memakan tahu gorengnya lah.

"Walau harga minyak goreng naik kata di berita, ya tetap di beli dengan baik karena kebutuhan sih," kata Budi.

"Sayang banget ya hal yang cantik dan bagus hancur," kata Eko.

Budi terkejut dengan omongan Eko, ya karena awal pembicaraan masih  membicarakan urusan minyak goreng yang harganya naik, ya kata berita sih.

"Eko ngomongin apa?!" kata Budi.

"Aku ngomongin tentang mobil, ya gambar mobil di koran yang hancur berantakan tuh mobil karena kecelakaan," kata Eko.

Eko mengambil minuman botol di meja, ya di minum dengan baik minuman botol.

"Oooo ngomongin tentang mobil toh. Ya memang sih berita di koran tentang mobil yang mengalami kecelakaan," kata Budi.

Budi mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik minuman botol lah. Eko menaruh minuman botol di meja. 

"Mobil bagus hancur. Sayang banget," kata Eko.

Budi menaruh minuman botol di meja. 

"Memang sih mobil bagus hancur, ya sayang banget sih," kata Budi.

"Mobil yang mengalami kecelakaan di asurasiin apa tidak ya?!" kata Eko. 

"Ya di berita tidak di jelasin sih. Mobil yang mengalami kecelakaan itu di asuransikan apa tidak?!" kata Budi. 

"Ya kalau tidak di jelaskan di berita, ya mobil itu asurasikan apa tidak? Ya tidak ada masalah sih. Kan bukan urusan aku," kata Eko. 

"Emmmm!" kata Budi. 

"Orang meninggal karena kecelakaan itu, ya kasihan juga sih," kata Eko. 

"Memang kasihan sih," kata Budi. 

"Ada cerita tentang kecelakaan," kata Eko. 

"Hamil maksudnya?!" kata Budi niat becanda. 

"Emmm malah di alihkan ke urusan kecelakaan hubungan terlarang sampai jadi ya hamil," kata Eko. 

"Becanda," kata Budi. 

"Ya ceritanya tentang orang yang mengalami kecelakaan, ya sampai mati. Keluarganya bersedih banget dengan orang yang mengalami kecelakaan sampai mati," kata Eko. 

"Oooo cerita itu. Suaminya meninggal karena kecelakaan. Ya istrinya jadi janda, ya belum punya anak lagi. Pernikahannya baru sih," kata Budi. 

"Sudah takdir kematian seperti itu mau di bilang apa ya?!" kata Eko. 

"Mau di bilang apa? Ya kejadiannya seperti itu!" kata Budi. 

"Ya sudahlah. Lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok. Main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. 

"Berita tentang kecelakaan ini dan itu, ya selalu heboh," kata Eko. 

"Seperti biasanya, ya berita. Ya heboh jadinya," kata Budi. 

Budi dan Eko main catur dengan baik. 

MALAIKAT

Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca koran. Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motor dengan baik di halaman depan rumahnya Budi lah. Abdul duduk sambil menaruh seplastik es dugan dan satu plastik es dugan, ya di minum Abdul lah.

"Budi es dugan," kata Abdul.

Budi menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di atas meja. Budi mengambil plastik es dugan, ya di minum dengan baik es dugan. Budi dan Abdul menikmati minum es dugan lah.

"Hidup cuma begini-begini saja," kata Budi.

"Memang hidup begini-begini saja," kata Abdul.

"Manusia membangun peradaban dunia ini, ya manusia berevolusi," kata Budi.

"Oooo ilmu evolusi. Manusia bilang binatang sih....dari ilmu evolusi sih," kata Abdul.

"Hidup kan jadi sia-sia kan....kalau manusia itu adalah bintang," kata Budi.

"Memang sia-sia," kata Abdul menegaskan omongan Budi.

"Maka itu manusia di katakan binatang, ya tidak ada masalah. Ya untuk apa marah? Karena memang manusia itu binatang!" kata Budi.

"Manusia yang merasa dirinya manusia, ya marah. Tapi kelakuannya sama dengan binatang. Aneh!!!!" kata Abdul.

"Dengan belajar ilmu agama, ya membimbing manusia menjadi makluk yang memiliki budi pekerti yang baik. Derajat manusia lebih baik dari pada derajat bintang. Maka itu harus mengikuti aturan agama," kata Budi. 

"Memang harus mengikuti aturan agama, ya bagi yang meyakini dan di jalankan dengan baik. Tapi beda dengan orang-orang yang meninggalkan agama, ya sekedar saja status di KTP. Hidup yang di kejar setiap hari, ya kebutaan hidup. Ekonomi terus, ya demi menanggulangi masalah ekonomi, " kata Abdul. 

"Sia-sia sampai mati," kata Budi. 

"Memang sia-sia sampai mati," kata Abdul menegaskan omongan Budi. 

"Jika agama hancur karena orang-orang meninggalkan agama. Sampai kitab-kitab ajaran jadi musnah semua....jadi gimana ya?!" kata Budi. 

"Ya kalau hancur, ya sudah hancur. Mau di bilang apa?!" kata Abdul. 

"Mau di bilang apa? Kalau sudah hancur!" kata Budi. 

"Untung saja. Ada pemuda, yang sering di omongin Budi dan Eko. Ya pemuda itu telah berhasil dengan ilmu akherat. Pemuda itu telah mendengar suara roh. Pemuda itu di bimbing dengan baik," kata Abdul. 

"Iya juga. Kitab-kitab agama hancur semua, ya tidak ada masalah. Selama ada pemuda yang bisa mendengarkan roh. Roh itu malaikat," kata Budi. 

"Ngomong-ngomong nama roh itu siapa?!" kata Abdul. 

"Nama roh itu. Ya di larang untuk di sebutkan namanya. Karena dapat menunjukkan kebenaran dari pemuda itu, ya di jalan benar. Agama ya benar, ya jujur," kata Budi. 

"Ooooo di larang untuk di sebutkan namanya toh," kata Abdul. 

"Semua ini sekedar obrolan," kata Budi. 

"Emmmm," kata Abdul. 

Abdul dan Budi, ya selesai minum es dugan, ya plastiknya di buang di tempat sampah yang ada tutupnya lah. 

"Kalau begitu main catur saja!" kata Abdul. 

"Ok!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di atas meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Abdul, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

LEGENDA ULAR KEPALA TUJUH

Randa selesai bermain bulu tangkis bersama Hari, ya mainnya sih di lapangan. Hari pulang ke rumah dan Randa pulang ke rumahnya. Permainan bulu tangkis yang menang, ya Randa sih. Di rumah, ya Randa duduk santai lah di ruang tamu sambil menikmati minum sirup rasa jeruk dan juga makan kue. 

"Santai," kata Randa. 

Randa menikmati kesantaiannya dengan baik. Randa mengambil buku di meja, ya di baca dengan baik buku lah. 

Isi buku yang di baca Randa :

Legenda Tujuh Headed Snake adalah sebuah  Bengkulu cerita rakyat,  tepatnya dari Kabupaten Lebong. Menceritakan petualangan Gajah Merik, putra bungsu Raja Bikau Bermano mengalahkan Ular Tujuh Kepala yang menjaga Danau Tes. Ular tersebut dipercaya oleh masyarakat Lebong sebagai penjaga Danau Tes. Sarangnya ada di Teluk Lem sampai ke dasar Pondok Lucuk. Karena itu, jika warga menyeberangi danau Tes menggunakan perahu, mereka tidak berani berkata sembarangan.

Alkisah, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kutai Rukam yang dipimpin oleh Raja Bikau Bermano. Raja memiliki delapan putra. Pada suatu ketika, Raja Bikau Bermano ingin mengadakan upacara pernikahan putranya yang bernama Gajah Meram dengan seorang putri dari Kerajaan Suka Negeri bernama Putri Jinggai. Keraton Kutai Rukam kemudian mempersiapkan segala sesuatunya untuk melangsungkan pernikahan semeriah mungkin.

Hari pernikahan Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai pun tiba. Awalnya, upacara pernikahan berjalan lancar. Namun, tiba-tiba hal aneh terjadi. Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai tiba-tiba menghilang entah kemana. Saat itu, keduanya sedang melakukan prosesi upacara mandi bersama di Pemandian Aket di tepi Danau Tes. Tidak ada yang tahu di mana pasangan itu hilang.

Tiba-tiba Raja Bikau Bermano dan ratu menjadi cemas. Khawatir terjadi sesuatu pada putranya dan calon menantunya, Raja segera mengirim beberapa panglima perang untuk mencari mereka. Para hulubalang segera mencari di sekitar Danau Tepi, tetapi tidak menemukan keduanya. Akhirnya para panglima perang kembali ke istana.

"Maafkan kami, Yang Mulia Raja. Kami tidak berhasil menemukan putra mahkota dan Putri Jinggai di sekitar Danau Tes.” para panglima perang melaporkan.

"Kau tidak berhasil menemukan mereka?" tanya Raja yang panik.

“Benar, Yang Mulia Raja! Kami mencoba mencari di sekitar danau, tetapi kami tidak dapat menemukannya." jawab panglima perang lainnya.

Raja Bikau Bermano kemudian mengumpulkan semua penghuni istana. Di depan semua penghuni istana, Raja bertanya apakah ada di antara mereka yang tahu ke mana perginya Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai.

"Apakah ada di antara kalian yang mengetahui keberadaan putra dan menantuku?" tanya Raja Bikau Bermano.

Tak satu pun penghuni istana menjawab pertanyaan Raja. Semua orang hanya bisa diam. Dalam diam, tiba-tiba seorang lelaki tua kerabat Putri Jinggai dari Kerajaan Suka Negeri menjawab, “Hamba yang terhormat, Baginda Raja. Biarkan saya mengatakan sesuatu. ”

"Tolong beri tahu saya, orang tua!" jawab Raja.

"Permisi, Yang Mulia Raja. Sejauh yang saya tahu, putra mahkota dan Putri Jinggai diculik oleh Raja Ular yang memerintah di bawah Danau Tes. Ular Tujuh Kepala sangat sakti dan sangat licik, kejam, dan suka mengganggu orang yang sedang mandi di Danau Tes.” jawab orang tua itu.

"Jika itu benar, maka kita harus menyelamatkan mereka sekarang. Kita harus memikirkan cara untuk mengalahkan ular berkepala tujuh .” kata Raja Bikau Bermano.

“Tolong maafkan aku, Ayah. Biarkan Ananda pergi membebaskan saudara Gajah Meram dan calon istrinya.” kata Gajah Merik, putra bungsu raja.

Semua orang di istana kaget, karena Pangeran Gajah Merik baru berusia 13 tahun. Raja Bikau Bermano tentu saja tidak menyetujui permintaan putra bungsunya itu. Dia tidak ingin kehilangan putranya yang lain. Tapi Gajah Merik bersikeras dengan mengatakan bahwa sejak dia berusia 10 tahun, hampir setiap malam dia bermimpi dikunjungi oleh seorang kakek yang mengajarinya ilmu sihir.

“Baiklah, anakku tercinta Gajah Merik. Besok kamu bisa pergi ke Danau Tes untuk membebaskan saudaramu. Tapi pertama-tama kamu harus pergi ke pertapaan di Tepat Topes untuk mendapatkan senjata warisan.” kata Raja.

"Ayah yang baik." jawab Gajah Merik.

Keesokan harinya, Gajah Merik pergi ke Tepat Topos untuk bertapa. Tempat tersebut terletak di antara ibu kota Pemerintahan Suka Negeri dan desa baru. Selama tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik menjadi pertapa dengan konsentrasi penuh, tidak makan dan minum. Setelah melakukan pertapaan, Gajah Merik akhirnya berhasil memperoleh senjata pusaka berupa keris dan selendang. Keris pusaka mampu membuat jalannya di dalam air sehingga bisa dilewati tanpa harus menyelam. Sedangkan selendang ajaib, bisa menjelma menjadi pedang.

Selanjutnya, Gajah Merik kembali ke keraton dengan membawa dua senjata warisannya. Saat tiba di desa Telang Macang, ia melihat beberapa tentara pusat menjaga daerah perbatasan Kerajaan Kutai Rukam dengan Kerajaan Suka Negeri. Tidak ingin terlihat oleh para prajurit, Gajah Merik segera melompat ke Sungai Air Ketahun menuju Danau Tes sambil memegang keris pusakanya. Gajah Merik terkejut karena dia sama sekali tidak tersentuh oleh air sungai.

Awalnya Gajah Merik berniat untuk kembali ke istana terlebih dahulu, namun saat melewati Danau Tes, ia berubah pikiran untuk segera mencari Raja Ular. Gajah Merik kemudian menyelam ke dasar danau. Tak lama kemudian, ia berhasil menemukan tempat persembunyian Raja Ular Ajaib. Gajah Merik melihat sebuah gerbang di depan mulut sebuah gua besar. Saat hendak memasuki mulut gua, tiba-tiba ia dihadang oleh dua ekor ular besar.

“Hai, bung! Kamu siapa? Beraninya kamu datang ke sini! ” teriak seekor ular.

"Nama saya Gajah Merik. Saya ingin membebaskan saudara saya, Gajah Meram.” jawab Gajah Merik.

"Kamu tidak bisa masuk!" Cegat ular itu.

Gajah Merik, tentu saja, terus membobol. Akibatnya, terjadilah pertarungan sengit antara Gajah Merik dengan kedua ular tersebut. Setelah pertarungan panjang, kedua ular itu akhirnya dikalahkan oleh Gajah Merik. Selanjutnya, Gajah Merik terus menyusuri lorong gua hingga masuk ke dalam. Setiap kali dia melewati pintu, dia selalu dihadang oleh dua ular besar. Namun, Gajah Merik selalu memenangkan pertarungan. Saat hendak melewati pintu ketujuh, tiba-tiba Gajah Merik mendengar suara tawa ular.

"Hei, Raja Ular itu jelek. Keluarlah padaku jika kamu berani! Saya Gajah Merik, putra Raja Bikau Bermano dari Kerajaan Kutai Rukam. Lepaskan adikku dan calon istrinya, atau aku akan menghancurkan istana ini!” seru Gajah Merik.

Merasa tertantang, Raja Ular mendesis. Desisannya mengeluarkan kepulan asap. Beberapa saat kemudian, kepulan asap berubah menjadi ular raksasa. Raja Ular berkata bahwa ia bersedia membebaskan Gajah Meram dengan syarat Gajah Merik mampu menghidupkan kembali ular penjaga yang ia bunuh dan Gajah Merik juga harus mampu mengalahkan Raja Ular Ajaib. Dengan kesaktian yang didapat dari kakeknya dalam mimpinya, Gajah Merik segera mengusap satu persatu mata ular yang telah dibunuhnya sambil membaca mantra. Dalam sekejap, ular-ular itu hidup kembali.

Raja Ular kaget melihat kesaktian anak kecil itu. "Sekarang lawan aku. Tunjukkan sihirmu, jika kamu berani! ” jawab Ular Ajaib berkepala tujuh.

Tanpa berpikir panjang, Raja Ular segera menjentikkan ekornya ke arah Gajah Merik. Gajah Merik yang sudah siap, segera mengejang dengan lincah, untuk menghindari terjepitnya ekor Raja Ular. Pertarungan sengit pun terjadi. Keduanya bergantian menyerang dengan melakukan jurus sihir masing-masing. Pertarungan antara manusia dan binatang itu seimbang.

Sudah lima hari lima malam, tetapi belum ada yang dikalahkan. Memasuki hari keenam, Raja Ular mulai lelah. Dia hampir kehabisan energi. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Gajah Merik. Ia terus menyerang hingga akhirnya Raja Ular Ajaib putus asa. Di saat yang tepat, Gajah Merik langsung menusukkan selendangnya yang sudah menjelma menjadi pedang ke perut Raja Ular.

"Aduuuhh... sakiiit!" Raja Ular menjerit kesakitan.

Melihat Raja Ular tidak berdaya, Gajah Merik mundur beberapa langkah untuk berhati-hati siapa tahu raja ular sakti itu tiba-tiba menyerangnya lagi. “Kamu hebat, anak kecil! Saya mengaku kalah,” kata Raja Ular. Mendengar pengakuan Raja Ular Ajaib, Gajah Merik segera membebaskan adiknya dan Putri Jinggai yang dikurung di sebuah ruangan.

Saat berada di istana, Raja Bikau Bermano merasa. Sudah dua minggu Gajah Merik kembali dari pertapaannya. Oleh karena itu, Raja memerintahkan beberapa panglima perang untuk mengikuti Gajah Merik di Tepat Topos. Namun, sebelum para hulubalang pergi ke pertapaan Tepat Topos, tiba-tiba salah satu hulubalang yang ditugaskan untuk menjaga tempat pemandian di tepi Danau Tes datang dengan tergesa-gesa, mengumumkan bahwa Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai telah kembali dengan selamat.

“Maafkan saya, Yang Mulia! Kami yang berjaga di danau juga kaget, tiba-tiba muncul Gajah Merik dari dalam danau bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai. Ternyata, setelah bertapa selama tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik langsung pergi ke istana Raja Ular dan berhasil membebaskan Gajah Meram dan Putri Jinggai.” hulubalang menjelaskan.

Tidak lama kemudian, Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai tiba di istana yang dijaga oleh beberapa panglima perang yang menjaga Danau Tes. Kedatangan mereka disambut oleh Raja dan seluruh keluarga istana. Kabar kembalinya Gajah Meram dan keperkasaan Gajah Merik menyebar ke seluruh pelosok negeri. Selanjutnya, Raja mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.

Setelah itu, Raja menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Meram. Namun, Gajah Meram menolak untuk menerima tahta Kerajaan Kutai Rukam. Bahkan mengorganisir Raja untuk menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Merik. Setelah didesak, akhirnya Gajah Merik bersedia menerima tahta kerajaan Kutai Rukam dengan syarat dapat mengangkat Raja Ular dan pengikutnya yang telah ditaklukkannya menjadi panglima perang Kerajaan Kutai Rukam. Permintaan Gajah Merik dikabulkan oleh Raja. Akhirnya, Raja Ular yang telah ditaklukkannya diangkat menjadi kepala Kerajaan Kutai Rukam.

***

Randa selesai baca bukunya, ya buku di taruh di meja dengan baik. Randa pun mengambil remot di meja, ya menghidupkan Tv dan memilih chenel Tv yang acara film kartun, ya karena Randa masih anak-anak duduk SD kelas 3 lah. Randa menonton dengan baik film kartun yang bagus, ya dengan keadaan santai lah. 

Thursday, November 4, 2021

SIA-SIA SAJA

Budi dan Eko duduk di depan rumah, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi botolan. 

"Peradaban," kata Budi. 

"Maksudnya....peradaban manusia?!" kata Eko. 

"Iya peradaban manusia lah. Emang ada peradaban yang lain?!" kata Budi. 

"Ya ada sih peradaban lain yang di tulis di kitab-kitab agama," kata Eko. 

"Oooo peradaban yang di tulis di kitab agama. Antara iya dan tidak," kata Budi. 

"Manusia yang memahami ilmu perkembangan keilmuan sekarang, ya lebih memahami tentang ilmu evolusi dari manusia dari zaman dulu sampai sekarang," kata Eko. 

Eko mengambil tahu gorengan di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng kan. 

"Kalau memahami ilmu evolusi manusia. Ya berarti hidup cuma gini-gini saja. Lebih banyak sia-sianya hidup manusia," kata Budi. 

Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik. 

"Untuk apa membangun ini dan itu dengan susah payah. Pada akhirnya di tinggal kan. Di hargai, ya sekedar saja," kata Eko. 

"Kerjaan manusia, ya membangun peradaban demi kesejahteraan manusia," kata Budi. 

Budi mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik botol minuman lah. 

"Sampai urusan kematian manusia, ya di anggap biasa saja," kata Eko. 

Eko mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik botol minuman. Budi menaruh botol minuman di meja. 

"Berita tentang kematian di lingkungan dan juga di berita di Tv. Kalau memahami ilmu evolusi manusia, ya kematian di anggap biasa saja," kata Budi. 

Eko menaruh botol minuman di meja dengan baik. 

"Manusia yang memahami ilmu agama, ya hidup tidak lah sia-sia," kata Eko. 

"Menciptakan perubahan ini dan itu pada manusia dan juga harapan ini dan itu," kata Budi. 

"Agama lebih banyak benturannya karena pemahan dari satu agama ke agama lain yang di yakini dan di jalankan dengan baik. Tujuannya membela agama di yakini dan di jalanin dengan baik," kata Eko. 

"Kadang banyak orang, ya meninggalkan aturan agama. Sekedar status di KTP saja. Memilih menjalankan hidup apa adanya saja, ya karena tuntunan ekonomi," kata Budi. 

"Ekonomi ini dan itu," kata Eko. 

"Ada yang berhasil membangun ekonominya jadi kaya. Ada yang tidak bisa membangun ekonominya, ya karena tekanan ini dan itu yang mengakibatkan kegagalan dalam membangun ekonomi," kata Budi. 

"Lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok!!!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh lah papan catur di atas meja dengan baik. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. 

"Banyak orang bilang, ya enak ya kerja di pemerintahan," kata Budi. 

"Kerjaan di pemerintahan, ya ada jaminan ini dan itu....jadinya hidup sejahtera," kata Eko. 

"Kan ada gak enaknya. Ya manusia kan ada yang buruk dengan tingkah lakunya," kata Budi. 

"Manusia atau binatang ya kalau masih dalam ilmu evolusi manusia," kata Eko. 

"Mungkin?!" kata Budi. 

"Berarti hidup tetap jadi sia-sia," kata Eko. 

"Begitulah," kata Budi. 

"Sekedar obrolan saja!" kata Eko. 

"Ya....sekedar obrolan saja!" Budi. 

Budi dan Eko main catur dengan baik. 

KAMEN RIDER

Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang baca koran lah. Abdul baru sampai di rumah Budi. Abdul memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumah Budi. Abdul membawa es cendol di keresek dan duduk di sebelah Budi. 

"Es cendol Budi," kata Abdul. 

Abdul menaruh satu plastik es cendol di meja. Abdul minum es cendolnya lah. Budi menghentikan baca koran, ya koran di taruh di meja. Budi mengambil plastik es cendol di meja, ya di minum dengan baik es cendol lah. 

"Enak es cendol," kata Budi. 

"Memang es cendol enak," kata Abdul. 

Abdul dan Budi menikmati minum es cendol yang enak. 

"Sampai-sampai Kesatria Baja Hitam, ya jualan cendol," kata Budi. 

"Ooooo berita itu," kata Abdul. 

"Pinter yang buat beritanya dan juga orang yang memerankan Kesatria Baja Hitam, ya jualan cendol," kata Budi. 

"Orang pinter itu kreatif dalam berkarya ini dan itu," kata Abdul. 

"Apa ada kaitannya dengan film Kesatria Baja Hitam yang di tayangkan di salah satu chenel Tv, ya bentuk promosi gitu?!" kata Budi. 

"Kalau itu aku tidak tahu....Budi. Padahal yang di omongin Budi itu kan berita lama," kata Abdul. 

"Aku paham sih omongan Abdul. Tapi kan kalau di omongin lagi, ya nama ya di ulang dan juga di kemas dengan versi berbeda, ya jadi ya baru lagi," kata Budi. 

"Kaya lagu lama dinyanyikan sama penyanyi muda sekarang. Ya memang sih jadinya baru lagi lah," kata Abdul. 

"Film Kesatria Baja Hitam itu bagus sih, ya di masa kecil aku suka. Di masa aku dewasa, ya sekarang suka juga," kata Budi.

"Pasti Budi nonton di rumah anak orang yang ada parabolanya, ya di masa anak-anak," kata Abdul. 

"Anak orang kaya pelit, ya pintunya tertutup, ya jadinya aku tidak bisa nonton. Ya aku nonton di rumah teman ku, ya tidak kaya lah, ya sederhana. Mampu beli parabola gitu," kata Budi. 

"Oooo sederhana teman Budi," kata Abdul. 

Es cendol habis di minum Abdul dan Budi, ya menaruh plastik di tempat sampah, ya tempat sampahnya ada tutupnyalah. 

"Film-film Kamen Rider itu terus di buat dengan baik, ya ada fersi barunya," kata Budi. 

"Sama aja seperti Ultraman, ya di buat versi barunya," kata Abdul. 

"Industrinya begitu, ya mengikuti perubahan zaman," kata Budi. 

"Penggemarnya kan dari dulu sampai sekarang, ya menyukainya. Kan mengikuti perkembangannya dengan baik," kata Abdul. 

"Penggemar itu mengikuti perkembangan dari masa dulu sampai masa sekarang," kata Budi menegaskan omongan Abdul. 

"Lebih baik kita main catur saja!" kata Abdul. 

"Ok!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh atas meja. Budi dan Abdul, ya menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. 

"Aku ini menyukai Kamen Rider, ya Ultraman juga sih. Apa aku kekanak-kanakan, ya Abdul?!" kata Budi. 

"Ya biasa saja...Budi!" kata Abdul. 

"Biasa toh!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Abdul. 

"Oooo iya Abdul. Urusan Putri gimana?!" kata Budi. 

"Putri. Ya masih dalam proses aku berusaha jadi kaya. Kalau aku jadi kaya dengan baik, ya segera menyatakan cinta sama Putri, ya melamarnya lah," kata Abdul. 

"Memberikan jaminan kehidupan layak, ya tujuannya bisa mendapatkan Putri," kata Budi. 

"Karena saingan ku, ya pastinya orang kaya yang selevel Putri lah," kata Abdul. 

"Iya juga ya saingan Abdul. Abdul di kota Bandar Lampung. Sedangkan Putri di kota Jakarta. Ya pastinya Putri, ya dekat dengan cowok yang ganteng, keren dan juga kaya," kata Budi. 

"Aku kesatria sejati, ya tidak akan mundur dalam urusan cinta," kata Abdul. 

"Seperti Kamen Rider," kata Budi. 

"Emmmm," kata Abdul. 

"Kalau kalau kalah gimana?!" kata Budi. 

"Sudah berusaha dengan baik. Kalau pada akhir kalah, ya sudah di ikhlasin saja cinta ku," kata Abdul. 

"Oooo begitu," kata Budi. 

Budi dan Abdul main catur dengan baik. 

Wednesday, November 3, 2021

MAKAM ORANG KAYA

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati makan gorengan dan minum minuman sirup rasa melon. 

"Eko. Orang kaya itu kerjaan membangun rumahnya, ya Eko. Terus jadi gedong bertingkat?!" kata Budi. 

"Orang kaya yang mana?!" kata Eko. 

"Orang kaya yang ada di seberang jalan sana," kata Budi. 

"Ooooo orang kaya itu. Nama juga orang kaya. Ya iya sih membangun rumahnya," kata Eko. 

"Ada orang kaya. Telah membangun rumahnya, ya sebagus mungkin. Ketika Waktunya perumahan ekonomi, ya rumahnya di robohkan yang gedung itu di jadikan ruko," kata Budi. 

"Kalau itu sih tuntutan hidup," kata Eko. 

"Kalau di pikir dengan baik. Kenapa orang kaya meninggal tidak di kuburkan di rumahnya yang di bangun gede banget kaya gedong gitu. Malahan di kubur di kuburan tempat umum?!" kata Budi. 

"Iya juga ya. Sebaiknya orang kaya kalau meninggal di kuburkan di rumah yang ia bangun kaya gedong, ya dari pada di kuburan tempat umum. Orang kaya banyak sombong dengan kekayaannya, ya lebih baik di kubur di rumahnya, karena orang kaya cinta dengan hartanya itu," kata Eko. 

"Gila harta dunia ternyata tidak bisa di bawa mati," kata Budi. 

"Orang kaya sombong kan, ya gila harta dunia. Ketika mati, ya hartanya jadi rebutan anaknya. Orang kaya sombong di kuburkan di kuburan tempat umum. Sedangkan rumahnya yang gedong, ya di jual anaknya karena tuntutan ekonomi," kata Eko. 

"Ya begitulah kehidupan. Harta tidak bisa di bawa mati, ya harta jadi rebutan orang-orang yang masih hidup," kata Budi. 

"Cerita orang kaya yang makamnya besar banget, ya salah satu sih Piramida, ya makamnya raja sih," kata Eko. 

"Ya memang lah Piramida makamnya para raja," kata Budi. 

"Tanah seluas itu di bangun Piramida, ya tujuannya hanya jadi makam raja," kata Eko. 

"Nama juga peradaban masa lampau," kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

"Film pun di buat dengan baik, ya di kaitkan dengan Piramida, ya misteri lah. Mumi," kata Budi. 

"Film itu bagus," kata Eko. 

Eko mengambil gelas minuman di meja, ya di minum dengan baik. 

"Memang sih film tentang mumi itu bagus. Misteri banget pokoknya," kata Budi. 

Budi mengambil gelas minuman di meja, ya di minum dengan baik minuman. Eko menaruh gelas minuman di meja. 

"Piramida itu di bangun sama Jin ya?!" kata Eko. 

Budi menaruh gelas minuman di taruh di meja. 

"Kok Piramida di bangun sama Jin. Kaya cerita Candi Prambanan di bangun sama Jin?!" kata Budi. 

"Cerita misteri. Lebih baik Piramida di bangun Jin lah," kata Eko. 

"Di film, ya Piramida di bangun sama alien, ya makluk luar angkasa yang kecerdasaannya sangat tinggi gitu," kata Budi. 

"Kalau kenyataan sih. Piramida, ya di bangun sama manusia," kata Eko. 

"Kenyataan tetap kenyataan. Piramida, ya di bangun sama manusia," kata Budi. 

"Zaman dulu. Manusia di samakan derajatnya kaya binatang, ya budak," kata Eko. 

"Ya nama juga zaman dulu. Manusia hidup menderita banget, ya jadi budak sih," kata Budi. 

"Kalau sekarang, ya budak ya gak ada lah," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main catur saja!" kata Eko. 

"Ok," kata Budi. 

Budi telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.  

MAIN KARTU BERGAMBAR

"Aku ingin beli mainan. Tapi mainan apa ya?!" kata Hari. 

Hari berpikir dengan baik, ya sambil berjalan menuju toko yang menjual mainan. 

"Beli mainan kartu bergambar Ultraman saja ya!" kata Hari. 

Hari melanjutkan perjalannya menuju toko mainan. Tahu-tahu Hari berpapasan dengan Putri. 

"Putri" kata Hari. 

"Hari. Mau kemana?!" kata Putri. 

"Mau beli mainan kartu bergambar," kata Hari. 

"Ooooo beli mainan kartu bergambar," kata Putri. 

"Putri dari beli apa?!" kata Hari yang melihat keresek plastik yang di bawa Putri. 

"Putri abis beli buku, penggaris dan juga pulpen," kata Putri. 

"Alat-alat untuk sekolah," kata Hari. 

"Hari udahan ngobrolnya. Putri harus cepat pulang karena ada urusan dengan Mama," kata Putri. 

"Iya," kata Hari. 

Hari berjalan lagi menuju toko. Putri berjalan dengan baik, ya menuju arah rumahnya lah. Sampai di toko mainan, ya hari masuk ke dalam toko lah, ya Hari melaksanakan keinginannya membeli kartu bergambar Ultraman dan juga Para monsternya juga lah. Setelah itu, ya Hari keluar dari toko lah dengan memegang kartu bergambar Ultraman dan monster lah. Hari berjalan menuju rumahnya. 

"Kartu bergambar Ultraman dan juga monster ini di taruh di album, ya di koleksi atau aku mainkan saja ya?!" kata Hari. 

Hari melihat kartu bergambar Ultraman dan monster, ya satu persatu sambil berjalan dengan baik. Tiba-tiba angin bertiup kencang banget sampai menerbangkan kertas koran yabg tadinya tergeletak di kursi di pinggir jalan. Koran itu terbang dan mengenai Hari, ya menutup wajahnya Hari. 

Hari mengambil koran di wajahnya. Angin jadi tenang, ya bertiup sepoy-sepoy gitu. Koran pun di buang di tempat sampah sama Hari. Hari tidak sadar salah satu kartu bergambar Ultraman, ya jatuh di jalan. Hari terus berjalan menuju rumah, ya setelah membuang koran di tempat sampah. 

Sampai di rumah Hari. Ridwan sudah menunggu Hari di depan rumah, ya duduk gitu. 

"Ridwan main ke rumah aku. Main kartu bergambar atau main lain?!" kata Hari. 

"Main kartu bergambar. Aku telah bawa kartu bergambar, " kata Ridwan. 

Hari memang melihat bawaan Ridwan, ya kartu bergambar sih, ya cukup banyak sih dan juga kartu bergambar banyak jenisnya lah gambarnya. 

"Ok kita main. Main teplek kartu apa mengumbul kartu, ya dengan taruhan kartu bergambar yang kita sepakati?!" kata Hari. 

"Main teplek kartu saja. Taruhannya yang kalah menyerahkan kartunya, ya satu," kata Ridwan. 

"Sepakat," kata Hari. 

Hari dan Ridwan main teplek kartu di depan rumah. Permainan, ya menyenangkan di mainkan keduanya. Sampai Waktunya, ya kedua selesai main. Ridwan pulang ke rumahnya, ya menang dari Hari sih permainan teplek kartu. Hari kalah dalam permainan, ya tidak ada masalah yang penting kartu yang mau di koleksi, ya tidak di mainkan alias tidak pertaruhkan. 

Hari mau menyimpan kartu bergambar di album, ya koleksi gitu. Hari sadar kehilangan salah satu kartu yang ingin di koleksi. 

"Kartu bergambar Ultraman yang mau di koleksi hilang saat di jalan atau aku jadikan taruhan dalam permainan teplek sama Ridwan ya?!" kata Hari. 

Hari terus berpikir dengan baik, ya sambil menaruh kartu bergambar di album. 

"Kayanya hilang. Besok aku beli lagi aja kartu bergambar Ultraman," kata Hari. 

Setelah itu menaruh kartu Bergambar di album, ya Hari belajar dengan baik di kamar, ya mengulas pelajaran yang di dapatkan di sekolah SD karena memang Hari masih SD kelas 3. 

Tuesday, November 2, 2021

GELAR EKONOMI

Budi dan Abdul duduk di depan rumah, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi, ya botol gitu. 

"Abdul gimana dengan usahamu?!" kata Budi. 

"Baik lah," kata Abdul. 

"Baik usaha yang di jalankan Abdul, ya begitu juga dengan kerjaan ku," kata Budi. 

Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan lah gorengan. 

"Semua usaha ku berjalan baik, ya managemen di jalankan dengan baik lah," kata Abdul. 

Abdul mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik lah. 

"Managemen. Omongan Abdul kaya omongan pendidikan tinggi saja. Padahal hanya lulusan SMA," kata Budi. 

"Walau lulusan SMA, ya belajar ilmu ekonomi dengan baik," kata Abdul. 

"Memang sih. Pada masa sekolah SMA, ya kita belajar ilmu ekonomi dengan baik. Setelah lulus dari SMA, ya di terapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, ya aku kerja dengan baik, ya bisa di bilang ikut orang yang punya modal besar dalam menjalankan usaha dan Abdul, ya buat usaha karena Abdul mampu berspekulasi yang cukup tinggi, ya di lihat dari keadaan ekonomi di kota Bandar Lampung," kata Budi. 

Budi mengambil minuman botol di meja, ya di minum dengan baik. 

"Kalau di pikir dengan baik. Buku ekonomi SMA itu kan hasil dari penelitian orang-orang sarjana," kata Abdul. 

Abdul mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik. Budi menaruh botol minuman di meja. 

"Buku ekonomi SMA," kata Budi yang berpikir dengan baik, ya mengingat isi buku ekonomi lah. 

Budi menaruh botol minuman di meja. Budi teringat isi buku ekonomi dan berkata "Daftar Pustaka, ya menjelaskan tentang orang-orang meneliti di bidang keilmuan di bidang ekonomi." 

"Buku itu hasil penelitian orang-orang di bidang ekonomi, ya tujuannya memberikan penjelasan dengan baik ekonomi ini dan itu," kata Abdul. 

"Memang menjelaskan ini dan itu sih buku ekonomi SMA," kata Budi menegaskan omongan Abdul. 

"Berarti kedudukan kita sama kan dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi?!" kata Budi. 

"Kalau di pikir dengan baik, ya sama sih dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Karena kita sekarang kan menjalankan ekonomi dengan baik, ya praktek kenyataan dalam menjalankan ekonomi sehari-hari," kata Abdul. 

"Gelar kita apa Abdul?!" kata Budi. 

"Gelarnya kan tetap lulusan SMA," kata Abdul. 

"Berarti tetap harus melanjutkan pendidikan ke Universitas tujuannya gelar," kata Budi. 

"Memang mendapatkan gelar harus berpendidikan di Universitas," kata Abdul. 

"Duduk di bangku kuliah, ya teori ini dan itu deh. Padahal aku dan Abdul, ya sudah praktek dengan baik. Ya tahu tentang ekonomi sebenarnya dari pekerjaan lah," kata Budi. 

"Lulusan Universitas kan, ya ada jenjang karir yang lebih baik, ya salah satunya jadi pejabat di pemerintahan. Jadi orang kaya sih," kata Abdul. 

"Jadi pejabat pemerintahan, ya kaya," kata Budi. 

"Jadi orang kaya itu, ya enak sih. Tujuan aku mendapatkan Putri, ya bisa tercapai dengan baik," kata Abdul. 

"Aku paham omongan Abdul sih. Menyetarakan status. Agar bisa mendapatkan Putri. Cinta dan juga impian Abdul," kata Budi. 

"Ya begitulah," kata Abdul. 

"Lebih baik kita main catur saja!" kata Budi. 

"Ok!!!" kata Abdul. 

Budi telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Abdul menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. 

"Segala gelar di Universitas, ya orang mendapatkan gelar di pendidikan ini dan itu sih, ya masih berkaitan dengan ekonomi dalam kehidupan, ya menggerakkan ekonomi gitu," kata Budi. 

"Kalau di pikirkan dengan baik, ya iya sih ada kaitannya semuanya dengan ekomomi," kata Abdul. 

"Gelar semua orang berarti ekonomi semua dong?!" kata Budi. 

"Bisa jadi!" kata Abdul. 

"Sekedar obrolan saja!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Abdul. 

Abdul dan Budi main catur dengan baik. 

KARTU BERGAMBAR ULTRAMAN

Faul berjalan dengan santai menuju rumahnya. Faul, ya seorang pemuda dan masih duduk di bangku sekolah SMA lah. Saat di jalan, ya Faul melihat selembar kartu di jalan. Faul mengambil kartu tersebut, ya di lihat dengan baik kartu tersebut.

"Kartu bergambar Ultraman. Anak-anak suka kartu ini, ya di mainkan dengan baik kartu. Kalau aku simpan saja kartu ini," kata Faul.

Faul menaruh kartu bergambar Ultraman di taruh di saku celana. Faul berjalan dengan penuh ke santainya menuju rumah. Hari yang membawa sepedah, ya menggonceng Putri. Hari pun menghampiri Faul yang sedang berjalan santai. Hari berhenti di samping Faul dan berkata "Faul."

"Hari dan juga Putri. Kalian berdua?!" kata Faul. 

"Ya bisa di bilang aku dan Putri, ya pacaran," kata Hari.

"Ooooo," kata Faul.

"Pulang jalan sendiri?!" kata Hari. 

"Ya iya lah jalan sendiri. Emangnya Hari bersama Putri," kata Faul. 

"Ya deh. Kalau begitu aku mau nganterin Putri, ya pulang ke rumahnya lah," kata Hari.

"Iya," kata Faul.

Hari menggoes sepedahnya dengan baik, ya menuju arah rumah Putri lah.

"Hari mudah banget ya mendapatkan Putri, ya di jadiin pacar. Sedangkan aku, ya masih mikir dua kali ingin menyatakan cinta sama Rimar. Itu pun kalau di terima Rimar," kata Faul.

Faul berjalan dengan baik menuju rumahnya. Ketika hampir sampai di rumah Faul. Randa yang membawa motor, ya membonceng Meli. Randa menghampiri Faul, ya berhenti tempat di samping Faul.

"Faul sendiri saja," kata Randa.

"Iya sendiri. Randa...bersama dengan Meli?!" kata Faul.

"Aku masih penjajakan dengan Meli," kata Randa.

Meli memukul pundak Randa dan berkata Meli "Udah jadian!" 

"Jadian toh," kata Faul.

"Memang sudah jadian. Yang suka duluan Meli," kata Randa.

"Randa duluan yang suka sama aku," kata Meli.

"Randa...Randa....Randa," kata Faul.

"Becanda doang. Ya memang yang suka duluan aku, ya jadinya menyatakan cinta sama Meli," kata Randa.

"Ooooo," kata Faul.

"Kalau begitu. Aku nganterin Meli pulang ke rumahnya," kata Randa.

"Ya...ya...ya...," kata Faul.

Randa membawa dengan baik motornya, ya menuju arah rumahnya Meli, ya nganterin Meli pulang ke rumahnya. Faul berjalan dengan menuju rumahnya. Ya akhirnya sampai juga di rumah, ya Faul masuk rumah. Faul beres-beres diri di kamar. Ayah dan Ibu ada sih, ya lagi santai di sedang santai di halaman belakang, ya ayah baca koran dan Ibu menyulam. Setelah itu beres-beres di kamarnya, ya Faul makan di ruang makan sampai perut kenyang lah. Faul pun membereskan dengan baik, ya peralatan yang di gunakan makan lah. 

"Waktunya santai," kata Faul.

Faul melanjutkan kegiataannya dengan santai nonton Tv, main game PS, belajar, ya sampai waktunya tidur lah.

Esok harinya. 

Faul menjalankan kegiataannya pergi ke sekolahnya, ya pamitan sama orang tua. Ketika keluar rumah. Keadaan jadi berubah. Faul pun bingung dengan keadaan lingkungan.

"Aku beranda dunia apa?!" kata Faul.

Faul berpikir dengan baik untuk mencari tahu tentang keadaannya. Sampai teringat tentang sesuatu, ya dari acara Tv, ya film. 

"Dimensi waktu," kata Faul. 

Tiba-tiba muncullah monster yang besar banget, ya menghancurkan keadaan sekitar. Faul kenal dengan monster itu, ya salah satu monster di kalahkan Ultraman yang bernama Red King. Monster Red King, ya terus menghancurkan kota. Faul berusaha untuk berlari bersama warga kota yang takut dengan monster Red King yang menghancurkan segalanya. 

Faul berharap Ultraman menolong warga kota, ya Ultraman mengalahkan monster Red King. Ternyata harapan Faul itu pupus karena Ultraman tidak ada. Faul dan warga kota hanya bisa berusaha sebaik mungkin untuk selamat dari monster Red King. Pasukan militer telah mengerahkan semua persenjataan yang hebat untuk mengalahkan monster Red King. 

Monster Red King menghancurkan persenjataan militer, ya bisa di bilang kalah sih manusia. Faul yang menyukai Ultraman, ya berharap Ultraman itu ada, ya menolong sih. 

Kartu bergambar Ultraman di saku celana Faul, ya bercahaya sih. Faul mengambil kartu itu dari celananya. 

"Kartu ini bercahaya kenapa?!" kata Faul. 

Faul yang punya harapan besar pada Ultraman, ya berkata "Ultraman Muncul lah!" 

Faul pemikirannya seperti anak-anak yang menyukai Ultraman, ya padahal sudah remaja SMA. Kartu tidak bersinar lagi. 

"Kenapa kartu ini tidak bersinar?!" kata Faul. 

Monster Red King terus menghancurkan kota, ya bergerak menuju keberadaan Faul. 

"Gawat. Monster Red King mendekat kesini," kata Faul. 

Faul masih berharap pada Ultraman, ya menolong untuk mengalahkan monster Red King. 

"Ultraman," kata Faul. 

Kartu pun bercahaya sangat terang banget, ya Faul masuk ke dalam cahaya itu, ya menjadi Ultraman. 

"Aku berada di dalam tubuh Ultraman. Jadi aku Ultraman," kata Faul. 

Faul yang sadar dirinya menjadi Ultraman, ya segera bertarung melawan monster Red King. Faul yang sering nonton acara Tv, ya film Ultraman saat masih anak-anak, ya saat remaja juga sih kalau tidak sibuk dengan urusan belajar untuk meraih prestasi di SMA lah. Faul tahu jurus-jurus Ultraman dengan baik, ya bertarung dengan baik untuk mengalahkan Red King. 

Pertarungan Ultraman dan juga Red King sangat sengit banget. Sampai akhirnya Ultraman mengalahkan Red King, ya di hancurkan dengan sinar pengancur dari tangannya Ultraman. Setelah Red King kalah. Ultraman pun terbang ke langit. Lalu Ultraman turun di tempat yang baik, ya suyi gitu dan berubahlah kembali menjadi Faul yang sedang megang kartu bergambar Ultraman. 

"Aku berhasil mengalahkan monster Red King karena aku menjadi Ultraman," kata Faul. 

Tiba-tiba keadaan lingkungan berubah kembali menjadi lingkungan sebenarnya Faul tinggal. 

"Berubah keadaan lingkungan sebenarnya. Demensi waktu, kaya dunia fantasi aja," kata Faul. 

Faul teringat dengan sekolahnya, ya melihat waktu di jam tangannya. 

"Waktunya untuk masuk sekolah. Aku telat masuk sekolah ini mah," kata Faul. 

Faul pun menyimpan kartu bergambar Ultraman di saku celana. Faul pun berlari dengan sekuat tenaga menuju sekolah. Untung saja bertemu dengan Randa yang bawa motor, ya Faul nebeng naik motor sama Randa menuju sekolah. Pada akhirnya Faul dan Randa tempat waktu masuk sekolah. 

CAMPUR ADUK

JEFF, WHO LIVES AT HOME

Malam hari, ya bintang berkelap-kelip di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus....FTV di chenel AllPlay Ent, ya seperti bia...

CAMPUR ADUK