CAMPUR ADUK

Monday, March 28, 2022

SURGA DUNIA

Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil memandangi langit malam yang bertabur bintang di langit. Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi. Eko pun sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama dengan Budi di depan rumah Budi.

"Langit malam ini begitu indah, ya kan Eko," kata Budi.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Ya memang langit malam ini, ya indah banget. Bintangnya berkelap kelip," kata Eko.

"Sejauh apa umur manusia. Hidup di muka bumi ini. Ya menikmati keindahan di dunia ini?" kata Budi.

"Ya sejauh manusia bisa menjaga dirinya dengan baik, ya menjauhin masalah yang berdampak fatal pada dirinya yang dapat menyebabkan kematian. Tetap saja yang paling utama adalah kesehatannya yang paling utama," kata Eko.

"Kesehatan paling utama toh. Maka program kerja pemerintahan menanggulangi kesehatan manusia, ya di jalankan dengan baik dan penuh dengan kesabaran dalam menangani masalah kesehatan manusia. Agar manusia bisa menikmati lebih lama lagi dunia ini dengan cara kebaikkan," kata Budi.

"Dunia ini surga dunia. Di nikmati dengan baik hidup ini. Dengan cara yang baik," kata Eko.

Eko pun membuat kopi lah. Ya kopi pun jadi, ya Eko menikmati minum kopi dengan baik.

"Enaknya kopi ini. Salah satu kenikmatan surga dunia ini," kata Eko.

"Memang salah satu kenikmatan surga dunia ini, ya kopi yang enak," kata Budi.

Eko pun menaruh gelas berisi kopi di meja. Budi mengambil bakwan goreng di piring, ya bakwan goreng di makan dengan baik. Eko mengambil tahu isi di piring dan di makan dengan baik, ya tahu isi lah.

"Enak tahu isinya. Beli apa buat Budi?" kata Eko.

"Beli Eko. Sama langganan aku lah," kata Budi.

"Ooooo beli toh," kata Eko.

"Berita Tv masih urusan tentang minyak goreng," kata Budi.

"Ya namanya berita Tv tentang minyak goreng. Ya jadinya di goreng terus tuh berita Tv sampai, ya ceritanya panjang sih," kata Eko.

"Orang miskin. Memang keadaan miskin, ya berharap sih mendapatkan bantuan untuk menanggulangi kemiskinannya. Dapet minyak goreng bersyukur banget," kata Budi.

"Memang bersyukur banget, ya orang miskin," kata Eko.

"Karena kemiskinan. Ya orang miskin, ya bisa bertindak bodoh dengan cara mencuri dan menipu," kata Budi.

Budi selesai makan bakwan gorengnya, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

"Itu sih orang miskin yang jauh dari ilmu agama," kata Eko.

Eko selesai makan tahu isi, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Orang miskin yang paham ilmu agama, ya tidak mau melakukan tindakan mencuri dan menipu. Orang miskin paham agama, ya terus berusaha dengan baik, ya dengan usahanya agar hidupnya berubah gitu. Jadinya tidak miskin lagi," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Orang miskin jadinya antara yang baik dan buruk. Begitu juga dengan orang kaya, ya antara baik dan buruk," kata Eko.

"Memang hidup ini antara baik dan buruk......perilaku-perilaku manusia," kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Main catur saja...Eko!" kata Budi.

"Ok...main catur!" kata Eko.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh papan catur di atas meja dengan baik lah. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Main catur. Apa bisa di sebut salah satu kenikmatan surga dunia, ya permainan gitu?" kata Budi.

"Ya bisa saja sih. Di bilang permainan catur, ya salah satu kenikmatan surga dunia, ya permainan," kata Eko.

"Bersama dengan orang yang di cintai. Ya termasuk dalam surga dunia ini, ya kan Eko?" kata Budi.

"Ya omongan Budi benar lah. Mencintai orang yang di sukai, ya termasuk dalam surga dunia ini. Maka itu hubungan dengan orang yang di sukai, ya di jaga dengan baik agar urusan kisah cintanya berjalan dengan baik," kata Eko.

"Tetap saja. Waktu yang memutuskan siapa duluan yang akan meninggal?" kata Budi.

"Kalau urusan dengan kematian sih. Itu sih sudah Takdir. Hidup ini sejenak kok. Maka surga dunia ini di nikmati dengan baik bersama orang yang di sukai," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

Budi dan Eko, ya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

KISAH CINTA

Indro yang berada di salah satu taman di kota Jakarta. Ya Indro duduk di taman, ya sambil menikmati minum es cendol. Ya Indro melihat keadaan lingkungan dengan baik. Kasino menghampiri Indro yang asik duduk di taman. 

"Indro," kata Kasino.

Kasino duduk di sebelah Indro.

"Oooo Kasino," kata Indro.

Indro masih menikmati minum es cendolnya. Kasino membuka minuman botolnya yang rasa jeruk gitu. Indro melihat cowok dan cewek, ya jalan bareng di taman gitu.

"Kasino," kata Indro.

"Apa?" kata Kasino.

"Rasanya aku ingin bersama dengan Saskia. Ya karena melihat cowok dan cewek yang jalan bareng di sana!" kata Indro, ya sambil menunjukkan ke arah yang di omongkan.

"Indro. Kaya anak SMA saja," kata Kasino.

"Sinetron anak-anak SMA?" kata Indro.

"Iya," kata Kasino.

"Memang menarik sih sinetron anak-anak SMA sih," kata Indro.

"Ya begitulah cerita sinetron anak-anak SMA, ya di kemas dengan baik," kata Kasino.

"Kalau di zaman aku sekolah SMA sih. Boro-boro mikirin pacaran. Fokus sekolah dengan baik. Memang sih ada yang pacaran. Nama juga kisah cinta semasa SMA," kata Indro.

"Di zaman aku sekolah SMA. Aku, ya fokus sekolah. Pendidikan lebih nomor satu dari pada urusan kisah cinta," kata Kasino.

"Ketika aku kuliah. Ya mulailah menyukai cewek yang aku sukai," kata Indro.

"Penuh dengan pergolakan kisah cinta di masa kuliah kan Indro?" kata Kasino.

"Memang sih penuh dengan pergolakan kisah cinta sih. Aku berusaha mendapatkan cinta Saskia dengan baik. Setelah aku mendapatkan cinta Saskia, ya jadian. Hubungan kisah cinta itu berlangsung lama. Aku merasa boring dengan hubungan ku dengan Saskia, ya monoton gitu. Tidak rasa gereget lagi. Ternyata Saskia pun merasa boring juga. Jadi aku dan Saskia memutuskan satu permainan dengan baik, yaitu siapa yang merasa sakit duluan ketika orang di cintai, ya di sukai sama orang lain?. Aku bermain dengan baik, ya jalan bareng dengan cewek dan Saskia tahu itu. Begitu juga Saskia jalan bareng dengan cowok, ya aku pun tahu. Permainan itu berlangsung cukup lama sih. Sampai akhirnya hubungan aku dan Saskia putus. Yang sakit duluan ternyata Saskia memang, ya tapi dia diam selama ini. Membiarkan rasa sakit itu. Aku biasa saja sih. Mungkin karena aku....cowok, ya kurang sensitif dari pada cewek. Saskia mulai menjauh dari aku karena hubungan kita putus. Aku sadar dengan baik, ya kehilangan sosok orang yang aku cintai dengan baik. Aku pun memutuskan untuk kembali menyatukan kisah cinta ku kembali dengan Saskia. Ya pastinya bantuan Kasino dan Dono lah. Hubungan akhirnya kembali baik dengan Saskia," kata Indro.

"Indro benar-benar menetapkan satu cinta di hati, ya Saskia seorang di hati Indro. Begitu juga Saskia, ya menetapkan satu cinta di hati, ya Indro seorang di hati Saskia," kata Kasino.

"Sedangkan kisah cinta Kasino. Ya tetap biasa-biasa saja," kata Indro.

"Aku tidak tertarik menjalankan permainan apa pun. Ya jadinya kisah cinta ku dengan Selfi, ya biasa saja," kata Kasino.

"Kisah cinta Kasino dan Selfi, ya terlalu dewasa banget. Komitmen tetap kesetiaan di utamakan. Ya permainan tidak ada," kata Indro.

"Hidup ini kan pilihan dalam menjalankan kisah cinta," kata Kasino.

"Memang sih hidup ini pilihan sih dalam menjalankan kisah cinta," kata Indro.

"Sedang kisah cinta Dono. Ya bisa di bilang patah hati sih. Rara menikah dengan cowok pilihan orang tuanya Rara," kata Indro.

"Patah hati itu rasanya seperti apa?" kata Kasino.

"Sakit banget pokoknya," kata Indro.

"Serangan jantung," kata Kasino.

"Ya bisa di bilang begitu sih. Serangan jantung ringan," kata Indro.

Indro selesai minum es cendol, ya plastik di buang ke tong sampah lah dan juga Kasino selesai minum minuman botol, ya di buanglah botol minuma ke tong sampah. 

"Pulang Kasino!" kata Indro.

"Ayo...pulang!" kata Kasino.

Kasino dan Indro beranjak dari duduknya di taman. Keduanya berjalan dengan baik menuju arah rumah, ya sambil melihat lingkungan dengan baik lah.

Sunday, March 27, 2022

JAGUNG BAKAR

Abdul seusai urusan kerja. Abdul membeli jagung pada pedagang jagung di pasar, ya mempung lagi musim jagung gitu. Jagung pun di bawa pulang sama Abdul. Sampai di rumahnya, ya Abdul memasak jagungnya dengan baik di depan rumah dengan cara di bakar. Budi selesai urusannya dengan temannya, ya ke rumah Abdul lah dengan mengendarai motor dengan baik lah. Abdul telah membakar jagung empat buah sih, ya hasilnya matang jagung di bakar Abdul. Jagung bakar pun di taruh di piring dengan baik sama Abdul. Dengan santai Abdul memakan satu buah jagung bakar deh. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Abdul lah. Budi memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Abdul lah.

Budi segera duduk bersama Abdul di depan rumah. Memang Budi melihat Abdul yang sedang makan jagung bakar. Ya Budi melihat tungku untuk membakar jagung di lantai dan juga jagung mentah juga ada dalam plastik di lantai. Di meja, ya Budi melihat jagung bakar di piring sih, gelas berisi kopi lah dan juga benda-benda untuk membuat kopi lah. 

"Hari ini Abdul masak makanan jagung bakar," kata Budi.

"Ya ada rezeki, ya jadinya aku membeli jagung mentah dan di buat makanan jadi jagung bakar," kata Abdul.

Abdul masih menikmati makan jagung bakarnya dengan baik. Budi pun mengambil satu buah jagung bakar di makan dan di makan dengan baik lah.

"Emmmm. Enak jagung bakarnya," kata Budi.

"Memang jagung bakarnya enak," kata Abdul.

Abdul yang telah makan satu buah jagung bakar, ya menaruh bongkol di tong sampah lah. Abdul pun mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

"Satu jalan di jalanin manusia demi kehidupan ini di jalan kebaikan, ya jadi bisa di nikmati sama manusia lain. Jalan kebaikan tersebut benar-benar baik banget....petani jagung," kata Budi.

Budi masih menikmati makan jagung bakar. Gelas berisi kopi pun di taruh di atas meja lah.

"Pintu rezeki terbuka dengan baik, ya untuk para pedagang yang menjualkan jagung di pasar. Sampai di barang dagangan itu di beli sama pembeli. Hasil di nikmati dengan baik sama pembeli....jagung bakar. Sama halnya dengan kopi lah," kata Abdul.

Budi selesai makan jagung bakar satu buah dan bongkolnya di buang di tong sampah. Budi pun membuat kopi lah. Kopi jadi, ya Budi menikmati minum kopi lah.

"Emmmm enak kopinya," kata Budi.

"Bermacam-macam jenis kopi yang di jual di pasar dan di beli sama pembeli yang menyukai kopi. Pintu rezeki di terbuka dengan baik. Semua orang menikmatinya hasil dari usaha yang di jalankan manusia dengan baik," kata Abdul.

Budi menaruh gelas kopi di meja.

"Dari rezeki yang di dapatkan dari usaha, ya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan baik. Jika lebih rezeki itu di sodakohin dengan baik. Manusia lain menikmati kebaikan dari orang lain dari usaha dan doa yang baik," kata Budi.

"Manusia yang memahami ilmu agama berjalan di jalan kebaikkan. Beda dengan manusia yang tidak memahami ilmu agama, ya bisa merugikan manusia lain. Contoh kenyatatan kehidupan ini, ya tentang manusia yang merugikan orang lain : manusia yang kerjaannya mencuri lah," kata Abdul.

"Hidup ini antara baik dan buruk," kata Budi.

Eko pun dateng ke rumah Abdul, ya Eko memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Abdul. Eko segera duduk bersama Abdul dan Budi. Melihat keadaan dengan baiklah Eko dan juga ada jagung bakar di piring di meja lah.

"Ada pesta jagung bakar," kata Eko.

"Ah...bukan pesta. Cuma menikmati makan jagung bakar saja," kata Abdul.

"Abdul ada rezeki lebih. Ya jadinya makan-makan jagung bakar deh. Aku telah menikmati jagung bakarnya," kata Budi.

"Ooooo bukan pesta. Rezeki lebih. Menikmati makan jagung bakar bersama teman-teman," kata Eko.

"Emmm," kata Abdul dan Budi bersamaan.

Eko mengambil jagung bakar di piring, ya di makan dengan baik.

"Enaknya jagung bakar ini," kata Eko.

"Kalau kemping. Enaknya makan jagung bakar. Kalau semasa SMA, ya berkumpul dengan teman-teman, ya menikmati makan jagung bakar gitu. Aku rindu masa itu," kata Budi.

"Masa SMA. Berkumpul dengan baik sama teman-teman dalam acara kemping dan menikmati makan jagung bakar. Kalau tidak salah ingatan ku, ya Abdul mau dekat dengan Putri. Di cuekin deh Abdul sama Putri," kata Eko.

Eko terus makan jagung bakarnya dengan baik.

"Cerita masa SMA, ya memang sih kemping, ya enaknya makan jagung bakar. Ya aku si memang di cuekin sama Putri. Susah banget menaklukin Putri," kata  Abdul.

"Putri itu cewek yang punya prinsip yang kuat. Ya jadinya susah untuk mendapatkan Putri," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Yang penting kan aku tetap suka sama Putri. Walau belum jadian sih sama Putri sampai sekarang karena keadaan juga sih. Aku di Bandar Lampung dan Putri di Jakarta," kata Abdul.

"Realita kisah cinta Abdul dan Putri, ya begitu adanya," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Kalau liburan kesuatu tempat, ya ada jualan jagung bakar. Rasa jagung bakarnya juga enak," kata Abdul.

"Banyak cerita tentang liburan ke suatu tempat, ya makan jagung bakar. Enak sih rasa jagung bakarnya," kata Eko.

"Cerita itu aku tahu tentang tempat liburan yang ada jualan jagung bakar. Ya memang jagung bakarnya enak gitu," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah. Eko selesai makan jagung bakarnya, ya bongkolnya di taruh di tong sampah lah. Eko membuat kopi lah. Budi dan Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja lah. Eko menikmati kopi yang di buatnya.

"Main kartu remi saja!" kata Budi.

"Ok!" kata Abdul.

"Ok...main kartu remi!" kata Eko.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. Abdul mengambil kartu remi di bawah meja, ya di kocok dengan baiklah kartu remi dan di bagikan dengan baik. Ketiganya main kartu remi, ya permainan cangkulan lah, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan jagung bakar. Kalau jagung bakar habis, ya masak jagung bakar lagilah ketiganya.

Saturday, March 26, 2022

MISTERINYA CERITA

Dono yang berada di kota Batam, ya tepatnya Dono berada di rumahnya lah. Dono duduk dengan baik di kamarnya, ya sedang asik mengetik di leptopnya dengan baik membuat cerita. Roh pertama muncul di atas kepalanya Dono.

Roh pertama berkata "Seperti biasanya membuat cerita."

Dono pun berhenti dari mengetik di leptopnya dan mendengarkan omongan Roh. Roh ke dua pun muncul di atas kepalanya Dono.

Roh kedua berkata "Seperti biasanya sesuai dengan rencana kamu. Manusia itu penuh dengan rencana untuk melakukan kegiatan yang di inginkan".

"Seperti biasa aku di ganggu," kata Dono.

"Sebenarnya aku tidak ingin menggangu kamu. Karena kamu bisa mendengarkan suara-suara gaib karena ilmu mu. Jadi kamu mendengarkan omongan aku dan juga dia," kata Roh pertama.

"Aku sih golongan pengganggu. Kalau di bilang penggangu, ya benar sih. Banyak orang yang tersesat karena bisikan diri ku. Mungkin karena banyak manusia itu telahir bodoh. Maka jatuh pada kebodohan. Merasa diri manusia itu pinter padahal sebenarnya bodoh sih. Ribuan tahun di bodohin manusia dengan ilmu yang ini dan itu, ya tetap di jalankan sampai sekarang, ya tetap manusia itu bodoh," kata Roh kedua.

"Aku paham dengan baik, ya karena mendengarkannya dengan baik," kata Dono.

"Banyak manusia tidak bisa mendengarkan aku sih," kata Roh pertama.

"Memang banyak manusia juga tidak mendengarkan aku juga. Ya karena pendengaran mereka tertutup tertutup dengan baik," kata Roh kedua.

"Aku melihat semua ulah manusia yang di sembunyikan dengan baik. Walau sebenarnya manusia berusaha menyembunyikannya dari manusia lain dengan baik," kata Roh pertama.

"Aku juga melihat ulah manusia yang ini dan itu. Terkadang aku sesatkan dengan bisikan ini dan itu. Ya agar manusia itu menjadi buruk lebih jauh lagi. Hatinya menjadi gelap segelap mungkin," kata Roh kedua.

"Karena kamu mendengarkan aku bicara. Aku membimbing mu dengan baik di jalan kebaikan, ya demi kebaikan mu. Berjalan di muka bumi ini," kata Roh pertama.

"Omongan ku di dengarkan dengan baik juga. Jadinya percuma aku menyesatkan dirimu. Amalan mu banyak. Maka itu kamu dapat mendengarkan suara aku dengan baik," kata Roh kedua.

"Aku paham. Malaikat dan Setan," kata Dono.

"Kalau begitu. Aku pergi saja. Karena urusannya cuma membuat cerita saja," kata Roh kedua.

Roh kedua pergi dengan cara menghilang.

"Selama berjalan di jalan kebaikkan. Amalan itu tetap di katakan baik. Walaupun sekecil banget amalan itu. Tetap aku hitung dengan baik," kata Roh pertama.

"Emmmmm," kata Dono.

"Kalau begitu aku pergi juga," kata Roh pertama.

Roh pun pergi dengan cara menghilang.

Dono yang tidak lagi mendengarkan suara Roh, ya suara gaib gitu. Dono melanjutkan mengetiknya di leptopnya dengan baik.

"Manusia terkadang belum di sesatkan oleh Setan. Sudah tersesat sendiri karena kebodohannya," celoteh Dono.

Dono terus mengetik di leptopnya dengan baik. Indro yang berada di Jakarta, ya tepatnya di rumahnya. Indro duduk di halaman belakang sambil main game di Hp-nya. Kasino yang selesai merawat tanaman di potnya. Kasino pun duduk bersama Indro.

"Hari yang tenang," kata Kasino.

Kasino mengambil gelas yang berisi teh, ya di minum dengan baik. Memang Indro mendengarkan omongan Kasino dengan baik sih. Indro berhenti main game di Hp-nya.

"Memang keadaan hari ini tenang," kata Indro.

Kasino menaruh gelas berisi teh di meja.

"Ngomong-ngomong....gimana kabar Dono?" kata Kasino.

"Kabar Dono. Ya baik saja. Ada di rumahnya. Dono lagi asik seperti biasa. Mengetik di leptopnya. Membuat cerita ini dan itu, ya sesuai dengan keinginan Dono lah," kata Indro.

"Kabar Dono baik. Seperti biasa kerjaannya mengetik di leptopnya. Membuat cerita ini dan itu berdasarkan kehidupan sehari-hari yang di dapatkan ceritanya dari lingkungan masyarakat dan di sesuaikan dengan baik. Ya sesuai keinginan Dono," kata Kasino.

"Cerita Dono. Ya terkadang sekedar cerita saja," kata Indro.

"Ya memang realitanya begitu sih. Sekedar cerita saja," kata Kasino.

"Pasarnya masih....SMA. Karena ada cerita di Tv, ya tentang anak-anak sekolahan," kata Indro.

"Dono kan mengikuti pasar dari acara Tv saja. Kalau masih SMA, ya ceritanya terus di buat dengan baik di kaitkan dengan SMA lah," kata Kasino.

"Cerita misteri pun masih di tayangkan dengan baik di Tv. Ya acaranya bagus sih. Cuma?" kata Indro.

"Cuma apa Indro?" kata Kasino.

"Cerita Drakula kan yang di tayangkan di Tv. Identik banget dengan ajaran Kristen. Apa tujuannya menaikkan agama Kristen ya?" kata Indro.

"Ya menurut Indro. Tujuannya menaikan agama Kristen. Ya tidak ada masalahkan. Semua rencana manusia dengan tujuan ini dan itu," kata Kasino.

"Kontrafesi yang paling aku tidak suka. Ya orang Kristen ngaku jadi orang Islam. Orang Islam ngaku jadi orang Kristen. Ya begitu juga dengan agama lainnya," kata Indro.

"Kalau urusan itu sih. Tidak perlu di permasalahkan lah. Kan cuma kontrafesi saja," kata Kasino.

"Ya.....memang sih. Cuma kontrafesi. Seperti cerita tentang orang Islam menikah dengan orang Kristen di gereja. Jadi bahan obrolan manusia yang membahasnya berdasarkan keilmuan ini dan itu. Tetap saja dari dulu sampai sekarang, ya cuma gitu-gitu saja pembahasannya. Antara iya dan tidak," kata Indro.

"Nama juga manusia mencari rezeki dengan cara membahas sesuatu yang jadi permasalahan manusia. Ya jadinya antara iya dan tidak lah. Tetap kontrafersi lah," kata Kasino.

"Kalau begitu sih aku lanjut main game di Hp aku saja!" kata Indro.

Indro segera main game di Hp-nya dengan baik. 

"Aku juga main game ah!" kata Kasino.

Kasino pun main game di Hp-nya dengan baiklah.

SIOMAY

Abdul duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca koran. Budi sampai di rumah Abdul, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Abdul. Budi segera ke tempat keberadaan Abdul, ya duduk bersama Abdul lah. Budi melihat di meja, ya ada secangkir kopi, benda-benda untuk membuat kopi, tiga gelas aqua dan satu ini yang beda......ada sebuah tudung saji kecil, ya pastinya ada makanan yang di tutup tudung saji kecil itu. 

"Abdul," kata Budi.

Abdul berhenti baca korannya dengan baik, ya koran di taruh di bawah mejalah.

"Apa?" kata Abdul.

"Di dalam tudung saji kecil itu apa?" kata Budi sambil menunjuk dengan jari telunjuknya.

Abdul membuka tudung saji kecil dan berkata "Siomay."

Tudung saji kecil di taruh di meja dengan baik sama Abdul. 

"Oooooo siomay. Beli apa buat?" kata Budi.

"Beli lah Budi. Aku kan sibuk urusan dengan usaha. Mana ada waktu untuk membuat siomay. Kecuali Ibu aku yang buat....siomaynya," kata Abdul.

"Oooooo beli toh siomaynya," kata Budi.

Budi pun mengambil piring kecil dan juga garpu. Dengan garpu, ya Budi mengambil siomay yang ada di mangkok besar dan di taruh lah siomay di piring kecil, ya tiga buah siomay lah. Bumbu kacangnya berada di mangkok, ya di sendokin dengan baik sama Budi dan di taruh di atas siomay di piring kecilnya Budi. Budi memakan siomay tersebut dengan baik. Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik.

"Emmmmm...enak siomay ini," kata Budi.

Budi terus makan siomay dengan baik. Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Yang jual siomay yang di makan Budi, ya buat orang miskin lah," kata Abdul.

"Yang buat orang miskin ini siomay yang aku makan. Cerita kehidupan orang yang buat siomay gimana ceritanya Abdul?" kata Budi.

"Ok. Aku ceritakan tentang penjual siomay tersebut. Begini ceritanya. Seorang pemuda yang hanya tamatan SD saja, ya di karenakan orang tuanya miskin. Sebenarnya Ibunya kerja sebagai pembantu di rumah orang kaya dan Bapaknya seorang tukang pijat. Sebenarnya Bapaknya, ya seorang penjudi lah masa lalunya dan juga jauh dari agama.  Bapak itu punya prinsip seperti orang zaman dulu, ya banyak anak banyak rezeki. Realita kenyataannya tetap saja miskin. Pemuda itu anak ketiga dari 6 saudara saudari. Pemuda itu ikut orang jualan siomay dengan tujuan ilmunya dan juga modal usaha. Setelah beberapa tahun, ya pemuda itu sudah kawakan dengan ilmu membuat siomay dan juga modal usaha ada, ya berarti gerobak siomay pun ada. Usaha yang di jalankannya berjalan dengan baik. Ada beberapa gejala perubahan ekonomi terjadi di masyarakat. Maka harga siomay pun pernah mengalami perubahan harga, ya mengikuti gejala perubahan ekonomi. Pemuda itu terus berjualan siomay dengan baik, ya mengikuti gejolak ekonomi dengan baik. Pemuda harus berjualan siomay demi dirinya dan membantu keluarganya. Pemuda itu di jebak sama cewek, ya cewek nakal gitu. Cewek itu hamil di luar nikah. Cowoknya tidak mau bertanggung jawab, ya kabur lah. Kesalahan cewek kan pergaulan dengan cowok, ya pacaran gitu. Ada beberapa pendapat ahli agama melarang pacaran karena di takutkan pergaulan cowok dan cewek, ya di luar nikah dan akhirnya cowoknya tidak bertanggungjawab........kabur lah. Mungkin perkara lain, ya menggugurkan janin lah. Cerita ini, ya pemuda itu menikah dengan cewek nakal itu demi anak yang di kandung cewek itu. Sampai tuh anak lahir, ya pemuda itu selayaknya seorang Bapak yang mencintai anaknya. Kenyataan berkata lain. Anaknya mati di umur satu tahun, ya anggap saja matinya karena sakit lah. Cewek memilih untuk putus hubungan dengan pemuda itu karena alasan anaknya telah meninggal dunia. Pemuda itu membiarkan cewek tersebut pergi. Pemuda itu tetap menjalankan kehidupannya seperti biasa, ya jualan siomay lah. Sampai waktunya pemuda itu menemukan cewek yang baik, ya jadi istrinya lah. Begitulah ceritanya," kata Abdul.

Budi memang telah selesai makan siomay, ya piringnya di taruh di meja. Budi mengambil aqua gelas di meja, ya di minum dengan baik.

"Cerita Abdul....menarik dan juga bagus," kata Budi.

"Cerita kenyataan kehidupan tentang orang miskin di lingkungan daerah sini, ya salah satunya," kata Abdul.

Budi bangun dari duduknya dan membuang aqua gelas yang kosong ke tong sampah yang ada tutupnya lah. 

"Nama juga realita kehidupan di kota Bandar Lampung. Ada yang baiknya dan juga ada yang buruknya di lihat dari sisi pergaulan cowok dan ceweknya," kata Budi.

Budi duduk bersama dengan Abdul lagi.

"Ngomong-ngomong. Eko tidak kesini, ya Budi?" kata Abdul.

"Biasa...Eko ada urusan dengan Purnama. Jadi tidak bisa kesini gitu," kata Budi.

"Kalau begitu kita main catur saja!" kata Abdul.

"Ok....main catur!" kata Budi.

Abdul mengambil papan di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Abdul dan Budi, ya menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur.

"Menceritakan makan ini dan itu dan publikasikan di jaringan internet. Sama aja mempromosikan makan ini dan itu......enak kan Abdul?" kata Budi.

"Ya iyalah. Jadi sama saja seperti iklan di koran," kata Abdul.

"Ya nama juga obrolan lulusan SMA, ya beda dengan lulusan Universitas," kata Budi.

"Emmmmm," kata Abdul.

Abdul dan Budi, ya main catur dengan baik lah.

Friday, March 25, 2022

JAGUNG REBUS

Budi duduk di depan rumah, ya sedang asik makan jagung rebus yang enak gitu. Eko dateng ke rumah Budi. Ya Eko memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Eko pun ke tempat Budi, ya Budi sedang duduk santai sambil makan jagung rebus lah. Budi pun berkata "Jagung rebus enak Eko."

Eko pun duduk dan berkata "Jagung rebus. Beli atau kah masak sendiri jagung rebusnya Budi?" 

"Beli Eko. Kebetulan aku bertemu dengan penjual jagung rebus, ya beli jagung rebus gitu," kata Budi.

"Oooooo beli toh," kata Eko.

Eko mengambil jagung rebus di piring, ya di mejalah. Eko makan jagung rebus dengan baik.

"Enaknya jagung rebus. Manis rasanya," kata Eko.

"Memang manis rasa jagung rebusnya," kata Budi.

Budi dan Eko terus makan jagung rebus yang rasa manis itu dengan baik banget. 

"Eko aku ingin cerita," kata Budi.

"Cerita saja!" kata Eko.

"Baiklah aku cerita. Seorang Bapak itu sebatang kara karena istri dan anaknya meninggal karena sakit. Bapak itu tegar menghadapi ujian di tinggal orang-orang yang di cintainya. Bapak itu pun memutuskan untuk meninggalkan kampungnya, ya merantau di kota. Sampai di kota. Ya  kotanya Bandar Lampung saja ceritanya. Bapak itu pun tinggal di pemukiman orang miskin. Bapak itu berbaur dengan baik dengan orang-orang sekitar. Nama nya orang-orang miskin, ya tidak muluk-muluk dalam pergaulannya karena menunjukkan realita kehidupan yang miskin, ya pas-pasan lah rezekinya. Ya beda dengan orang-orang kaya, ya menunjukkan harta bendanya, ya terlihat banget dari gaya dan juga rumahnya. Bapak itu hidup tempat tinggal baru, ya masih bingung mau kerja apa?. Bapak itu pun pergi ke pasar untuk belanja keperluaannya. Sampai di pasar. Bapak itu melihat penjual jagung. Bapak itu berkata "Apa aku jualan jagung rebus saja ya?". Bapak itu berpikir dengan baik dan akhirnya benar-benar memutuskan untuk berjualan jagung rebus. Bapak itu pulang ke rumahnya setelah belanja di pasar. Di rumahnya, ya Bapak itu mulai menyusun rencananya untuk berjualan jagung rebus. Bapak itu kreatif sih, ya jadi membuat gerobak jagung rebus. Setelah jati gerobak jagung rebus dan Bapak itu telah memasak jagung rebus dengan baik, ya di jual dengan baiklah jagung rebus. Dengan sabar Bapak itu menjual jagung rebusnya. Ya ada saja yang beli nama juga jalan rezeki dari orang mengusahakan dalam usaha yang di tekunin dengan baik. Bapak itu bersyukur dengan baik dari usaha yang di jalankannya dengan baik, ya dengan cara ibadah dengan baik. Suatu ketika Bapak, ya berjodoh dengan janda tapi miskin sih. Bapak itu pun memutuskan untuk berumah tangga dengan janda tersebut. Setelah janda itu di nikahi sama Bapak itu, ya ternyata janda itu punya hutang. Maklum sih nama juga janda miskin pasti masalahnya hutang, ya demi hidup ini lah. Bapak itu sebagai suami yang baik, ya membayar hutang istrinya. Ya hutang istrinya, ya tidak besar, ya biasa saja sih. Hidup berumah tangga dengan baik, ya mendapatkan buah cinta gitu. Bapak itu terus bersyukur dengan baik jalan hidup barunya di kota dengan cara ibadah dengan baik pula. Begitulah ceritanya," kata Budi.

Budi memang cerita sambil makan jagung, ya jadinya jagung habis di makan Budi satu buah. Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Cerita yang bagus," kata Eko.

Eko selesai makan jagung rebus satu buah, ya Eko pun membuat kopi dan benda-benda untuk membuat kopi ada di meja dengan baik. Kopi selesai di buat Eko, ya segera di minum dengan baik lah kopi. Budi menaruh kopinya di meja dengan baik.

"Realita kehidupan ini sebenarnya yang namanya usaha, ya pasang surut air laut," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di mejalah.

"Realitanya kehidupan ini dalam usaha. Pedagang itu.....ada yang bisa bertahan dalam usahanya dan ada juga tidak. Pada akhirnya kreatifitas dalam menjalankan usaha harus di jalankan dengan baik dengan tujuan bisa bertahan dalam usaha yang di jalankan. Jika telah di usahakan tetap tidak bisa bertahan, ya biasa mencari jalan lain, ya jualan yang lain di sesuaikan dengan gejala pasar," kata Eko.

"Membaca keadaan pasar dengan baik," kata Budi.

"Ilmu ekonomi," kata Eko.

"Di bangku sekolah tingkat SMA, ya di jelaskan dengan baik......ilmu ekonomi. Untuk lebih jauh tentang ilmu ekonomi, ya Universitas," kata Budi.

"Orang-orang yang berpendidikan di Universitas, ya kerjaannya meneliti ini dan itu, ya sampai lulus di Universitas dan kerja di bidang apa pun, ya tetap meneliti ini dan itu dengan tujuannya urusan kerja lah. Karena hidup ini penuh dengan persaingan dengan tujuan kaya raya," kata Eko.

"Seperti kita lulusan SMA. Ya menjalankan hidup ini biasa-biasa saja karena ilmunya masih ilmu SMA," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

Abdul pun dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Abdul duduk bersama Eko dan Budi. Abdul melihat di piring ada jagung rebus.

"Tumben jagung rebus. Biasanya gorengan?" kata Abdul.

"Biasanya gorengan. Budi beli jagung rebus sama penjual jagung rebus," kata Eko.

"Aku kepengen makan jagung rebus, ya jadinya aku beli jagung rebus lah," kata Budi.

"Ooooo Budi kepengen makan jagung rebus toh," kata Abdul.

Abdul mengambil jagung rebus, ya di makan dengan baik jagung rebus.

"Emmmm....enak jagung rebusnya. Manis rasanya," kata Abdul.

"Kalau begitu main kartu remi saja!" kata Eko.

"Ok main kartu remi saja!" kata Budi.

"Emmm," kata Abdul.

Abdul masih asik makan jagung rebus yang rasa manis itu. Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya di kocok dengan baik kartu remi. Abdul merasa haus, ya membuat kopi lah dan benda-benda untuk membuat kopi, ya ada di mejalah. Budi membagikan kartu remi dengan baik. Kopi jadi, ya di minum dengan baik lah kopi sama Abdul. 

"Enak kopinya," kata Abdul.

Abdul menaruh gelas kopi di meja dengan baik. Abdul masih makan jagung rebus lah. Karena kartu remi telah di bagikan dengan baik. Maka itu ketiga main kartu dengan baik lah, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan jagung rebus lah.

Thursday, March 24, 2022

MISTERI KEHIDUPAN

Malam yang tenang di kediaman rumah Budi. Ya Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil membaca koran. 

"Berita menarik-menarik," kata Budi.

Budi terus membaca korannya dengan baik. Eko sampai di rumah Budi, ya segera memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama Budi. Karena ada Eko, ya Budi berhenti baca koran dan koran di taruh di atas meja. Memang di meja ada gorengan sih di piring, ya jadinya Eko mengambil bakwan goreng. Ya bakwan goreng di makan dengan baik sama Eko. Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik.

"Aku punya cerita Eko," kata Budi.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Budi punya cerita saja!" kata Eko.

Eko terus makan bakwannya.

"Cerita tentang seorang pemuda yang berhasil dengan ilmunya, ya mendengar kan suara-suara roh.Ya memang roh menjelaskan banyak hal tentang kehidupan ini. Kenyataan kehidupan, ya manusia lebih senang yang pasti saja seperti contohnya : makan atau minuman. Pemuda paham dengan manusia-manusia yang tidak bisa mendengarkan suara-suara roh. Pemuda itu tetap di nyatakan pembohong karena tidak bisa di buktikan kebenaran tentang suara-suara roh, ya pada manusia-manusia yang lain. Ya sebenarnya pemuda itu, ya malas untuk mengajarkan ilmunya pada manusia-manusia lain karena resikonya terlalu berat, ya kematian lah. Maka itu lah pemuda itu cuma cerita saja seperti kebiasaan para pemuka agama menceritakan cerita tentang para nabi sampai dengan para dewa. Setiap cerita yang di ceritakan para pemuka agama, ya ada tujuannya untuk menasehati dan mengajarkan manusia berjalan di jalan kebaikkan. Pemuda itu terus mencari orang-orang yang memiliki kemampuan sama dengan dirinya dengan tujuannya, ya pemuda itu tidak di golongkan golongan pembohong. Inginnya pemuda itu masuk golongan kejujuran dari ilmunya yang dapat mendengarkan suara-suara roh yang membimbing dirinya di jalan kebaikkan. Pemuda itu sering menonton Tv dengan asik di rumahnya, ya menonton manusia-manusia yang punya kemampuan lebih dari ilmu pendidikan sampai mendapatkan gelar pendidikan yang tinggi banget dan juga kedudukan di pemerintahan, ya jadi pemimpin di negeri ini dan negeri lain. Pemuda itu pun belum mendapatkan petunjuk tentang manusia-manusia yang dapat mendengarkan suara-suara roh tersebut. Pemuda itu tetap saja menjalankan hidupnya seperti biasanya, ya sambil mencari manusia-manusia yang mampu mendengarkan suara-suara roh dan tujuannya pemuda itu masuk dalam golongan kejujuran. Begitulah ceritanya," kata Budi.

Ternyata Eko telah makan gorengan dua buah, ya karena mendengarkan cerita Budi lah. Eko membuat kopi dengan baik, ya semuanya telah di sediakan Budi di meja untuk membuat kopi lah. Eko pun berkata pada Budi "Cerita yang bagus."

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko selesai membuat kopinya dan segera di minum dengan baik kopi.

"Misterinya kehidupan ini," kata Eko.

Eko pun menaruh gelas berisi kopi di meja. Budi pun menaruh gelas berisi kopi di meja lah.

"Memang misterinya kehidupan ini," kata Budi.

"Bagi yang memahami ilmu-ilmu pasti. Ya harus di buktikan dengan baik. Agar manusia percaya. Apalagi tentang ilmu-ilmu yang dapat mendengarkan suara-suara roh, ya harus bisa di buktikan dengan baik, ya agar manusia lain percaya gitu dengan ilmu-ilmu tersebut," kata Eko.

"Kalau tidak bisa di buktikan, ya bisa di bilang mitos saja kan, ya Eko?" kata Budi.

"Ya begitulah kenyataan hidup ini. Tidak bisa di buktikan dengan baik, ya bisa di bilang mitos saja," kata Eko.

"Karena manusia telah berhasil pergi keluar angkasa dengan kemajuan teknologi. Maka itu harus di buktikan. Ilmu-ilmu tingkat Universitas," kata Budi.

"Manusia-manusia yang berpendidikan tinggi yang belajar di Universitas, ya terus meneliti ini dan itu. Untuk membuktikan ini dan itu. Apakah benar semua atau kah salah?" kata Eko.

"Ya sudahlah tidak perlu di bahas lagi. Sekedar bahan obrolan saja. Lebih baik kita main catur saja!" kata Budi.

"Ok main catur!" kata Eko.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan yang enak banget gitu.

WORTEL

Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca koran sih.

"Beritanya tentang yang lagi hits di beritakan tentang demo ini dan itu," kata Budi.

Budi terus membaca koran dengan baik. Dari berita-berita di dalam negeri dengan bentuk persoalan yang ini dan itu, ya sampai berita-berita luar negeri dengan persoalan ini dan itu. Berita olah raga di baca dengan baik juga sama Budi lah. Berita tentang artis Indonesia, ya di baca dengan baik sama Budi juga sih. Eko yang selesai dengan urusannya, ya ke rumah Budilah. Eko membawa motornya dengan baik dan juga memakai perlengkapan berkendaraan dengan baik, ya satunya helm dan juga masker karena masih dalam keadaan urusan kebijakan pemerintahan dalam urusan kesehatan manusia, ya covid-19. Eko membawa dengan baik surat-surat motor dan juga sim lah. Kan ada cerita di masyarakat tentang motor curian, maka itu polisi memeriksa surat-surat kelengkapan kepemilikan motor. Sedangkan sim, ya ada cerita di masyarakat tentang orang yang tidak memiliki sim tapi mengendarai motor atau juga mobil, ya jadinya polisi bertindak tegas lah. Abdul yang selesai urusan kerjaannya, ya ke rumah Budi lah. Abdul membaca motornya dengan baik dan juga memakai pelengkapan berkendaraan dengan baik juga demi keamanan diri. Di  jalan Eko mengikuti aturan berlalu lintas yang baik, ya demi keselamatan diri dan juga orang lain....tujuannya menghindari musibah kecelakaan di jalan raya. Abdul pun berkendara bermotor, ya mengikuti aturan di jalan raya dengan baik lah. 

Singkat waktu, ya Eko sampai di rumah Budi. Eko memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama Budi lah. Eko pun melihat di meja, ya ada satu piring berisi wortel, satu gelas berisi kopi dan juga ada benda-benda untuk membuat kopi lah.

"Budi," kata Eko.

Budi pun menghentikan baca korannya dengan baik dan koran di taruh di mejalah. 

"Apa Eko?" kata Budi.

"Tumben tidak ada gorengan. Yang ada wortel," kata Eko, ya sambil menunjuk wortel di piring di mejalah.

Budi mengambil wortel di piring.

"Wortel ini makan sehat Eko," kata Budi.

Budi memakan wortel tersebut dengan baik.

"Emmmmm....rasanya manis wortel," kata Budi.

"Budi. Kaya kelinci saja makan wortelnya seperti itu. Seharus tuh wortel di olah Budi, ya jadi makan apa atau minuman apa gitu?!" kata Eko.

"Aku maunya makan wortel, ya seperti ini saja. Sehat dan alami gitu," kata Budi.

"Memang sih sehat dan juga alami. Ok. Aku coba makan wortelnya," kata Eko.

Eko mengambil wortel di piring, ya di makan dengan baik wortel sama Eko lah.

"Emmmmmm enak. Manis. Wortelnya," kata Eko.

"Manis kan wortelnya," kata Budi.

Budi dan Eko makan wortelnya dengan baik sih. Budi selesai makan wortel satu buah, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi. Eko juga selesai makan wortel satu buah, ya segera Eko membuat kopinya. Setelah kopi jadi, ya Eko minum kopinya dengan baik. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Abdul dateng, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. Abdul duduk bersama dengan Budi dan Eko. Abdul membawa makan di plastik sih. Abdul melihat di piring ada wortel, ya Abdul berkata "Wortel. Biasa gorengan."

"Ya memang biasa gorengan. Cuma Budinya kepengen tuh makan wortel," kata Eko.

"Wortel kan makanan sehat," kata Budi.

"Ya memang wortel makan sehat," kata Abdul.

Abdul mengambil wortel di piring dan segera di makan.

"Manis wortel ini," kata Abdul.

"Memang wortelnya rasanya manis," kata Eko.

"Wortel memang manis," kata Budi.

"Aku bawa makan," kata Abdul, ya menaruh plastik yang berisi makanan di meja. "Ya seperti biasa gorengan," kata Abdul.

"Gorengan. Abdul membeli gorengan," kata Eko.

"Gorengan toh," kata Budi.

Abdul menghabiskan wortel satu buah dan segera membuat kopilah. Eko dan Budi, ya mengambil gorengan di plastik dan di makan dengan baik. Kopi jadi, ya Abdul segera meminum kopinya dengan baik.

"Gorengan yang di beli Abdul. Enak rasanya gorengannya. Penjual gorengannya pinter buat makan yang enak. Murah meriah makanan gorengan," kata Eko.

"Memang gorengan yang di beli Abdul. Enak rasanya gorengannya. Tapi....kalah sih manis sama wortel," kata Budi yang sedikit becanda gitu.

Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Ya....wortelnya manis," kata  Abdul menegaskan omongannya Budi.

"Kalau begitu main remi saja!" kata Eko.

"Ok..main kartu remi," kata Budi.

"Ok main kartu remi," kata Abdul.

Budi selesai makan satu buah  gorengan, ya mengambil gelas berisi kopi di meja dan segera di minum dengan baik. Ya Eko selesai sih makan gorengan satu buah dan segera mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum dengan baik lah. 

"Kartunya di mana Budi?!" kata Abdul.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Di bawah meja," kata Budi.

Abdul segera mengambil kartu di bawah meja. Eko menaruh gelas berisi kopi di mejalah. Abdul mengocok kartu dengan baik banget dan di bagikan dengan baik. Budi, Eko dan Abdul main kartu remi dengan baik, ya permainannya cangkulan lah. 

Wednesday, March 23, 2022

ANTARA BAIK DAN BURUK

Malam yang tenang di kediaman rumah Eko lah. Budi dan Eko duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

“Eko,” kata Budi.

“Apa?” kata Eko.

“Kenapa ada orang yang mencuri uang temannya sendiri?” kata Budi.

“Namanya hidup di dunia ini. Tidak semua di katakan baik. Pastinya ada orang seperti di omongin Budi, ya mencuri uang temannya sendiri. Ya biasanya orang itu sih, ya jauh dari ajaran agama. Ya agama yang di tekunin tuh orang ilmu-ilmu mistik gitu,” kata Eko.

“Ilmu-ilmu mistik. Padahal ilmu-ilmu itu di tekunin bisa menjadi fatal karena ada menciptakan kesialan-kesialan pada orang yang menekuninnya,” kata Budi.

“Memang sih realitanya. Ada ceritanya sih di masyarakat. Orang-orang yang menekunin ilmu-ilmu mistik, ya hidupnya sial. Bukan kaya jadi miskin. Hidupnya penuh dengan celaka ini dan itu,” kata Eko.

“Kenapa orang-orang itu memilih jalan kebodohan seperti itu?” kata Budi.

“Mana aku tahu lah,” kata Eko.

“Padahal. Yang menjalankan ilmu-ilmu agama, ya ada yang tersesat juga,” kata Budi.

“Ya realita di masyarakat. Ceritanya ya ada sih. Orang-orang yang tersesat padahal menekunin ilmu-ilmu agama,” kata Eko.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

“Sebentar lagi bulan Ramadhan,” kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Ia sebentar lagi bulan Ramadhan. Apakah orang-orang yang tersesat bisa kembali ke jalan yang benar di bulan Ramadhan ?” kata Budi.

Eko pun menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Mungkin bisa kembali ke jalan yang benar, ya orang-orang yang tersesat. Mungkin juga tidak kembali tuh orang-orang yang tersesat,” kata Eko.

“Susah menyadarkan orang-orang yang tersesat itu, ya Eko?” kata Budi.

“Memang susah. Hati dan pikirannya tertutup. Apalagi yang menguasai ilmu-ilmu mistik. Sudah tahu diri dan keluarganya sial karena ilmu mistik. Tetap saja di tekunin dengan baik. Tujuannya kaya. Kaya enggak. Miskin juga iya,” kata Eko.

“Ada orang-orang kaya. Ya kepinginnya sih hura-hura. Ingin menikmati kehidupan kaya gaya orang-orang barat. Kebebasan ini dan itu,” kata Budi.

“Orang-orang kaya yang ingin kebebasan ini dan itu seperti orang-orang barat. Kaya cerita di film-film saja,” kata Eko.

“Rasa malu hilang. Yang di tampakkan, ya kegilaannya melebihin takarannya seperti binatang. Contohnya : sex bebas gitu,” kata Budi.

“Benar-benar gila. Kalau rasa malu itu hilang. Kehancuran di mana-mana di buat orang gila,” kata Eko.

“Nama juga orang-orang yang jauh dari agama,” kata Budi.

“Memang sih. Orang-orang yang jauh dari ilmu agama, ya ulahnya melebihin takarannya seperti binatang,” kata Eko.

“Apakah orang-orang itu sadar, ya sebentar lagi di bulan Ramadhan?” kata Budi.

“Mungkin sadar. Mungkin juga tidak,” kata Eko.

“Hidup di masyarakat. Penuh dengan orang-orang yang berjalan di jalan kebaikan dan keburukan,” kata Budi.

“Antara baik dan buruk. Hidup ini,” kata Eko.

“Untung saja kita memilih jalan kebaikkan. Karena demi kebaikkan kita sendiri, keluarga dan teman,” kata Budi.

“Karena kita berpikir baik untuk masa depan yang baik, demi kebaikan bersama. Beda dengan orang-orang yang ingin baik jalan hidupnya tapi tersesat karena kebodohannya sendiri dengan cara mencuri uang temannya sendiri dan juga menekunin ilmu-ilmu mistik, ya jauh banget dari ilmu-ilmu agama,” kata Eko.

“Maka itu itu. Orang-orang ahli agama terus memberikan nasehat pada orang lain. Agar berjalan di jalan kebaikan dan juga mengembalikan orang-orang yang tersesat kembali ke jalan yang benar. Dan ahli –ahli agama menyambut baik bulan Ramadhan,” kata Budi.

“Bulan Ramadhan. Bulan penuh pengampunan,” kata Eko.

Abdul sampai di rumah Eko, ya memarkirkan dengan baik motor Abdul di depan rumah Eko lah. Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi.

“Eko dan Budi. Asik ngobrolin  tentang apa?” kata Abdul.

“Ngomongin hal biasa-biasa aja sih,” kata Eko.

“Ya ngomongin….orang-orang yang tersesat.  Dari mencuri uang temannya sendiri, ya sampai pergaulan bebas,” kata Budi.

“Ooooo kelakuan-kelakuan orang-orang yang jauh dari agama toh,” kata Abdul.

“Memang sih. Orang-orang yang jauh dari agama dan juga ada yang tersesat juga dalam hal menekunin ilmu agama sih,” kata Budi.

“Ya nama juga imannya lemah, ya pastinya tersesat juga lah,” kata Eko.

“Ujian hidup kan?” kata Abdul.

“Memang ujian hidup. Antara baik dan buruk,” kata Budi.

“Baik dan buruk…hidup ini,” kata Eko.

“Sebentar lagi...bulan Ramadhan. Penuh dengan pengampunan. Moga-moga di bulan Ramdhan. Orang-orang yang masih buruk, ya kembali ke jalan yang benar,” kata Abdul.

“Semoga saja orang-orang itu kembali ke jalan yang benar,” kata Budi.

“Semoga saja,” kata Eko.

“Kalau begitu main kartu remi saja!” kata Abdul.

“Ok….main kartu remi!” kata Budi.

“Main kartu remi!” kata Eko.

Eko mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik. Eko pun membagikan kartu remi dengan baik. Eko, Budi dan Abdul main kartu remi dengan baik lah dan seperti biasanya permainan kartu remi, ya main cangkulan lah.

Tuesday, March 22, 2022

BAKWAN GORENG

Budi berada di dapur, ya ingin masak. Ya isi dapur di periksa dengan baik sama Budi. Ternyata di lemari makan ada bahan-bahan untuk membuat bakwan, ya biasa Ibu yang belilah bahan-bahan makan yang ini dan itu. Budi kan tidak sempat ke pasar karena terlalu sibuk dengan kerja jadi buruh. Budi mulai mengolah bahan-bahan untuk membuat bakwan. Ya singkat waktu bakwan goreng buatan Budi telah jadi gitu, ya Budi mencobanya dengan baik.

“Enaknya bakwan goreng yang aku buat. Untung di ada minyak goreng, ya jadi lah makanan yang aku buat jadi bakwan goreng. Kalau bakwan di rebus….jadi apa ya?” kata Budi.

Budi masih berpikir dengan panjang, ya jika bakwan di masak dengan cara di rebus. Budi sambil makan bakwan goreng yang enak itu.

“Ooooooo. Kalau di proses dengan cara beda. Bakwan bisa di masak dengan cara di rebus. Kaya mirip proses pembuatan cilok,” kata Budi.

Budi pun selesai makan bakwan satu buah dan segera minum air putih.

“Kalau proses masaknya berubah, ya jadi bakwan rebus lah,” kata Budi.

Budi pun membawa satu piring berisi bakwan goreng ke depan rumah. Piring berisi bakwan goreng, ya di taruh di meja dan Budi duduk dengan baik di depan rumah. Budi mengambil koran di bawah meja dan segera di baca dengan baik.

“Beritanya masih urusan pemerintahan ini dan itu toh,” kata Budi.

Budi terus membaca koran dengan baik, ya tujuannya meningkatan wawasan Budi tentang perkembangan ini dan itu yang terjadi di lapisan masyarakat dalam bentuk sistem pemerintahan di Indonesia, ya sampai pemerintahan di negara lain. Eko pun sampai di rumah Budi, ya Eko memarkirkan motornya dengan baik di rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama Budi. Terlihat di meja, ya satu piring berisi bakwan dan juga benda-benda untuk membuat kopi gitu.

“Bakwan gorengnya. Beli apa buat Budi?” kata Eko.

Budi, ya berhenti baca koran dan menaruh koran di meja. Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng lah.

“Buat Eko,” kata Budi.

Budi mengambil bakwan goreng di piring dan di makan dengan baik.

“Emmmmm enak juga bakwan bikinan Budi,” kata Eko.

Eko terus makan bakwan goreng sampai habis satu buah dan mengambil lagi bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik lah.

“Terima kasih pujiannya Eko,” kata Budi.

Budi terus menikmati makan bakwan gorengnya.

“Bakwan goreng di masak dengan cara di rebus….jadi apa ya?” kata Eko.

“Cilok,” kata Budi.

“Kalau di pikir dengan baik, ya bisa jadi sih jadi cilok…kalau proses masaknya bakwan goreng jadi di rebus, ya cilok lah,” kata Eko.

“Becandaan kan Eko?” kata Budi.

“Ya iyalah becandaan. Namanya juga obrolan lulusan SMA. Beda dengan obrolan lulusan Universitas yang kerjaannya penelitian ini dan itu. Banyak yang jadi sarjana terbaik, ya duduk di pemerintahan dan mengatur pemerintahan dengan baik. Agar sistem pemerintahan berjalan dengan baik,” kata Eko.

“Ya realitanya begitu. Tentang orang-orang pinter yang duduk di pemerintahan,” kata Budi.

Budi pun membuat kopi dengan baik, ya kopi jadi segera di minum dengan baik. Eko pun membuat kopi, ya kopi jadi dan segera di minum dengan baik.

“Enaknya kopi Lampung,” kata Budi.

“Memang enak kopi Lampung. Karena keberadaan kita ada di Lampung. Kalau keberadaannya di Jakarta…gimana Budi?” kata Eko.

“Kalau keberadaan kita di Jakarta, ya berarti….enaknya kopi Jakarta,” kata Budi.

Budi pun menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Bakwan kalau prosesnya masaknya di kukus. Jadi apa Budi?” kata Eko.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Bakwan kalau prosesnya masaknya di kukus, ya jadinya somai lah,” kata Budi.

“Kalau di pikir dengan baik, ya bakwan di masak dengan cara di kukus, ya jadinya somai,” kata Eko.

Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng lah. Budi mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik lah.

“Bakwan kalau di proses masaknya di panggang, ya bisa di bilang di oven gitu. Jadi….apa Budi?” kata Eko.

“Bakwan kalau di proses masaknya di panggang, ya bisa di bilang di oven. Jadinya…..pizza,” kata Budi.

“Di pikir dengan baik. Ya bakwan di proses masaknya di panggang, ya bisa di bilang di oven….jadinya pizza,” kata Eko.

Eko selesai makan bakwan goreng, ya satu buah dan segera mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi pun selesai makan bakwan goreng satu buah, ya segera mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

“Bakwan di proses masaknya di bakar. Jadi apa…Budi?” kata Eko.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah.

“Bakwan di proses masaknya di bakar. Jadinya apa ya? Ini saja jadi….bakso bakar,” kata Budi.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Bakwan di proses masaknya di bakar, ya jadinya angus bakwannya,” kata Eko.

“Iya juga ya. Gosong jadi bakwannya,” kata Budi.

“Nama juga mainan kan Budi?” kata Eko.

“Mainan. Bahan obrolan saja. Kalau begitu main catur saja!” kata Budi.

“Ok…main catur!” kata Eko.

Eko dan Budi sepakat ingin main catur. Abdul dateng, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi. YaAbdul melihat bakwan goreng di piring, ya segera di ambil tuh bakwan goreng dan di makan Abdul.

“Enak bakwan goreng. Beli apa buat?” kata Abdul.

“Buat,” kata Budi.

“Oooo Budi buat toh,” kata Abdul

“Budi ada waktu untuk membuat makanan, ya di buat dengan baiklah makan. Ya bakwan goreng,” kata Eko.

“Emmm,” kata Budi.

“Emmmm,” kata Abdul.

Abdul selesai makan bakwan, pun membuat kopi dengan baik. Budi dan Eko, ya tidak jadi main catur karena ada Abdul. Kopi telah jadi buat Abdul, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi mengambil koran di meja, ya koran di taruh di bawah meja. Budi mengambil kartu di bawah meja, ya di kocok dengan baiklah kartu remi dan di bagikan dengan baik. Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja. Budi, Eko dan Abdul main kartu remi dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan bakwan goreng buatan Budi yang enak gitu.

TAHU ISI

Eko di dapur. Eko memeriksa dengan baik keadaan dapur, ya ingin membuat makan gitu sih. Ternyata Eko mendapatkan bahan yang mau ia buat makanan di lemari makan.

“Ada tahu dan juga sayuran. Kalau begitu di buat tahu isi saja atau di sebut tahu bunting,” kata Eko.

Eko mulai membuat makan dengan serius, ya tapi santai. Emangnya membuat makan tahu isi kaya mengerjakan tugas sekolah tingkat SMA, ya matematika gitu dan di usahakan hasilnya nilainya bagus gitu. Singkat waktu, ya Eko selesai membuat makannya dengan baik. Tahu isi di coba Eko.

“Emmmm enaknya. Tahu isi buatan aku,” kata Eko.

Eko memakan tahu isi, ya sampai dua buah gitu. Setelah makan tahu isi, ya Eko minum segelas air putih lah. Eko pun membawa tahu isi satu piring ke depan rumah. Ya di depan rumah….Eko menaruh piring yang ada tahu isinya, ya di taruh di meja dengan baik. Eko pun duduk santai di depan rumah. Di ambillah koran di bawah meja dan di baca dengan baik koran sama Eko.

“Beritanya…menarik,” kata Eko.

Eko terus membaca berita yang ada di koran, ya dari urusan pemerintahan dari pusat dan pemerintahan daerah….sampai masalah artis yang ini dan itu lah. Budi selesai urusan dengan temannya, ya segera ke rumah Eko lah, ya seperti biasa Budi membawa motornya dengan baik lah. Abdul yang selesai urusan di rumah, ya ke rumah Eko lah, ya Abdul membawa motornya dengan baik lah. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Eko lah dan memarkirkan dengan baik di depan rumah Eko lah. Budi duduk bareng bersama Eko. Budi melihat di meja, ya ada sepiring tahu isi dan juga minuman kopi botolan gitu.

“Eko,” kata Budi.

Eko berhenti baca korannya dan koran di taruh di atas mejalah.

“Apa Budi?” kata Eko.

Eko mengambil kopi botolan di meja, ya di minum dengan baik kopi botolan lah.

“Tahu isinya. Beli apa buat?” kata Budi.

“Buat,” kata Eko.

Eko menaruh kopi botolan di meja dengan baik.

“Eko buat tahu isi toh,” kata Budi.

Budi mengambil tahu isi di piring, ya Eko juga sih mengambil tahu isi di piring sih.

“Emmmmm enak tahu isi buatan Eko,” kata Budi.

“Ya begitu lah hasil tahu isi buatan ku,” kata Eko.

Eko dan Budi terus makan tahu isi yang enak itu.

“Tahu isi di buatan Eko. Kenapa tidak di buat tahu isi mercon?” kata Budi.

Budi yang telah habis makan tahu isi satu buah, ya mengambil lagi tahu isi di piring dan di makan dengan baik.

“Aku tidak kepikiran untuk membuat tahu isi mercon. Tahu isi, ya biasa saja,” kata Eko.

Eko selesai makan satu buah tahu isi, ya mengambil lagi tahu isi di piring dan di makan dengan baik tahu isi lah.

“Ooooooo. Tidak kepikiran membuat tahu isi mercon. Padahal tahu isi mercon, ya enak banget. Sensasi pedasnya luar biasa gitu,” kata Budi.

“Budi pecinta makan pedas ya?” kata Eko.

“Ya enggak juga sih pencinta makan pedas. Cuma sekedar saja sih,” kata Budi.

“Oooooo sekedar saja…suka makan pedas,” kata Eko.

“Kenapa cewek suka banget dengan makan pedas?” kata Budi.

Omongan Budi mulai ngomongin cewek, ya Eko biasa sedikit aneh saja mendengar omongan Budi. Walau sebenarnya sih Eko sudah tahu kebiasaan Budi, ya biasa ngomongin tentang cewek sih.

“Mungkin cewek itu pecinta makan pedas,” kata Eko.

“Memang sih cewek itu suka makan pedas,” kata Budi.

Budi selesai makan tahu isi, ya Budi mengambil kopi botolan di meja lah, ya kopi botolan di minum dengan baik.

“Budi lagi dekat dengan cewek yang suka makan pedas, ya Budi?” kata Eko.

Eko selesai makan tahu isi, ya mengambil kopi botolan di meja, ya di minum dengan baik kopi botolan lah.

“Memang sih aku dekat dengan cewek. Ya cuma teman saja. Untuk lebih lanjutnya aku masih mikir dua kali,” kata Budi.

Budi menaruh kopi botolan di mejalah.

“Ooooo. Dekat dengan cewek. Sekedar teman saja toh,” kata Eko.

Eko menaruh kopi botolan di meja dengan baik.

Abdul pun sampai di rumah Eko, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Eko lah. Abdul pun duduk bersama Budi dan Eko lah. Ya Abdul melihat dengan baik di meja….ada tahu isi di piring dan juga kopi botolan sih.

“Ada tahu isi. Beli apa buat?” kata Abdul.

Abdul mengambil tahu isi di piring, ya segera di makan dengan baik lah.

“Eko…buat tahu isi,” kata Budi.

“Aku memang membuat tahu isi. Karena ada waktu untuk membuat makanan gitu,” kata Eko.

“Emmmm…tahu isi buatan Eko….enak. Tahu isi enak. Jangan-jangan Eko ada niat untuk jualan gorengan?” kata Abdul.

“Sekedar membuat makanan. Tidak ada niat jualan gorengan,” kata Eko.

“Ooooo sekedar saja toh,” kata Abdul.

Abdul selesai makan tahu isi satu buah, ya segera mengambil kopi botolan di meja lah dan kopi botolan di minum dengan baik lah.

“Karena sudah ngumpul. Lebih baik main kartu remi saja!” kata Budi.

“Ok….main kartu remi!” kata Eko.

“Ok main katu remi!” kata Abdul.

Abdul menaruh kopi botolan di meja dengan baik. Eko mengambil koran di meja, ya di taruh di bawah mejalah. Eko mengambil kartu remi di bawah meja, y segera di kocok dengan baik kartu remilah dan di bagikanlah kartu remi dengan baik. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya seperti biasa main cangkulan dan sambil menikmati minum kopi botolan yang enak sesuai dengan iklannya dan juga makan tahu isi yang enak buatan Eko lah.

Monday, March 21, 2022

TEMAN HIDUP

Budi dan Eko duduk di depan rumah Eko, ya sedang makan cilok gitu. Ciloknya yang beli Eko lah, ya belinya sama penjual ciloknya yang keliling menjajakan makanan yang di jualnya pada masyarakat, ya yang tertarik dengan makan yang murah meriah dan yang penting enak gitu. Nama juga usaha orang kecil yang kreatif dalam usahanya dengan tujuannya untuk diri sendiri dan juga keluarga.

“Emmmm enak cilok yang Eko beli,” kata Budi.

“Penjual ciloknya pinter buat makan yang murah meriah dan juga enak gitu,” kata Eko.

Budi dan Eko terus menikmati makan cilok yang enak itu.

“Kalau aku sebenarnya butuh teman hidup,” kata Budi.

Budi menaruh plastik berisi cilok di meja dan segera mengambil kopi botolan di meja, ya di minum dengan baiklah kopi. Eko sebenarnya aneh mendengar omonga Budi.

Eko pun berkata “Budi. Aku kan teman Budi yang masih hidup. Jadinya teman hidup”, ya sebenarnya Eko niatnya becanda gitu. Ya Eko menaruh plastik berisi cilok di meja, ya segera mengambil kopi botolan di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

“Kok. Ngomong begitu Eko?” kata Budi.

Budi pun menaruh kopi botolan di mejalah.

“Apa aku salah menanggapinya, ya Budi?” kata Eko.

Eko menaruh kopi botolan di meja.

“Ya….Ekonya. Terlalu lebay saja menanggapi omongan aku tentang teman hidup,” kata Budi.

“Budi. Budi. Budi. Sebenarnya sih. Teman hidup itu di usahakan dan di doa kan dengan baik, ya agar dateng pada Budi,” kata Eko.

“Kalau sudah di usahakan dan di doa kan belum dapet…gimana Eko?” kata Budi.

“Bersabarlah dengan baik. Sampai dia datang pada Budi. Teman hidup yang terbaik untuk Budi, ya sesuai dengan keinginan Budi lah,” kata Eko.

“Omongan Eko benarlah. Lebih baik aku sabarin saja. Nanti juga dia akan datang pada ku. Teman hidup yang terbaik, ya sesuai dengan keinginan ku,” kata Budi.

Budi, ya mengambil plastik berisi cilok di meja dan segera di makan lagi ciloknya dengan baik. Eko pun mengambil plastik berisi cilok di meja, ya segera di makan dengan baik ciloknya lah yang enak gitu. Abdul pun dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Eko. Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi.

“Asik makan cilok,” kata Abdul.

“Iya begitulah,” kata Budi.

“Emmmm,” kata Eko.

Abdul melihat di meja ada plastik berisi cilok di meja, ya Abdul berkata “Cilok siapa yang ada di meja?”, Abdul menunjuknya dengan baik.

“Cilok yang ada di meja, ya untuk Abdul!” kata Eko.

“Memang Eko beli ciloknya. Untuk Abdul, ya satu bungkus plastik itu!” kata Budi.

“Aku kirain buat. Ternyata beli toh. Ciloknya,” kata Abdul.

Abdul mengambil plastik berisi cilok di meja, ya segera di makan dengan baik tuh cilok.

“Enaknya…cilok yang di beli Eko,” kata Abdul.

“Penjual ciloknya pinter buat makan murah meriah dan juga enak,” kata Eko.

“Keadaan orang kecil demi diri dan keluarga, ya berjualan cilok. Kalau aku tidak kerja jadi buruh di perusahaan. Ya bisa saja jualan cilok. Demi kehidupan ini lah,” kata Eko.

“Ya…..benerlah omongan Eko. Kalau aku tidak kerja jadi buruh di perusahaan, ya bisa jadi pilihan ku jadi penjual cilok. Hasil dari jualan cilok kan. Demi diri dan juga bantu orang tua,” kata Budi.

“Aku yang membangun usaha dengan baik. Ya aku paham omongan Eko dan Budi. Ya aku pun tahu proses usaha cilok itu gimana hasilnya dengan baik,” kata Abdul.

Abdul menaruh plastik berisi cilok di meja, ya mengambil kopi botolan di meja, ya segera di minum dengan baik. Eko, ya menaruh plastik berisi cilok di meja, ya segera mengambil kopi botolan di meja, ya di minum dengan baik. Budi mengikuti cara Eko dan Abdul lah….menaruh plastik berisi cilok di meja dan mengambil kopi botolan di meja, ya di minum dengan baik.

“Rasanya aku kepingin sekali punya teman hidup yang baik,” kata Abdul.

“Teman hidup,” kata Budi.

“Aku dan Budi. Kan teman yang masih hidup gitu. Jadinya teman hidup,” kata Eko yang niat becanda.

Abdul menaruh kopi botolan di meja.

“Maksudnya bukan seperti omongan Eko. Teman hidup, ya pendamping hidup. Kekasih hati gitu,” kata Abdul.

Eko menaruh kopi botolan di meja.

“Ya paling….Putri yang di rasani sama Abdul. Cinta itu membuat rasa ini dan itu,” kata Eko.

Budi menaruh kopi botolan di meja lah.

“Putri. Yang di sukai Abdul. Berusahlah Abdul dengan baik, ya di iringi dengan doa. Agar tujuan Abdul kesampaian gitu. Ilmu-ilmu yang lagi tren di berita, ya ilmu-ilmu mistis gitu pun pasti bisa kalah dengan doanya orang-orang ahli ibadah. Ya kemungkinan besar sih. Abdul bisa mendapatkan Putri,” kata Budi memberikan masukan yang baik pada Abdul.

“Kok. Jadinya di kaitkan dengan urusan ilmu-ilmu mistis?” kata Abdul.

“Biasa. Obrolan lulusan SMA, ya kan Budi. Di kaitkan dengan berita ini dan itu. Sekedar obrolan saja!” kata Eko.

“Ya omongan Eko benar lah,” kata Budi.

“Ok. Memang aku akui dengan baik, ya sekedar obrolan saja. Kalau begitu main kartu remi saja!” kata Abdul.

“Ok. Main kartu remi!” kata Budi.

“Emmmmm. Main kartu remi!” kata Eko.

Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya segera di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik. Eko, Budi dan Abdul main kartu remi dengan baik, ya permainan cangkulan lah. Ketiga sambil menikmati makan cilok yang enak dan minum kopi botolan lah.

Saturday, March 19, 2022

MANTANG REBUS

Minggu pagi. Abdul duduk di depan rumahnya, ya sambil santai makan matang rebus dan juga minum kopi. Terdengar suara musik yang keras banget, ya acara pernikahan yang di adakan cukup jauh dari rumah Abdul.

“Kebiasaan orang-orang daerah sini. Kalau acara keluarga bentuk apa pun, ya mengadakan orgen tunggal. Musiknya, ya keras banget suaranya sampai terdengar sampai kesini. Kadang orang-orang yang menyanyi, ya sekedar menyanyi saja. Nama juga hiburan,” kata Abdul.

Abdul mengambil gitarnya di kursi yang kosong. Gitar di mainkan Abdul dengan baik dan bernyanyilah Abdul.

Lirik lagu yang di nyanyikan Abdul :

“Titip kembang iki

Dinggo wong sing tak tresnani

Dijogo lan ojo nganti ilang

Masio ra sesandingan

Ning ati tetep sayang

Ning mburimu aku wes berjuang

Nanging opo kabeh iki raono artine

Kowe milih ninggal tresno tulus sing tak jogo

Kembange wes layu koyo janjimu neng aku

Tresnoku wes ilang, kabur koyo layangan

Kowe sing tak sayang akhire pisahan

Tak cobo nglalekne kenangan sing gawe aku loro

Ikhlas kowe lungo, aku ora popo

Haa-aa-aa

Aa-aa-aa

Huu-uu-uu

Titip kembang iki

Dinggo wong sing tak tresnani

Dijogo lan ojo nganti ilang

Masio ra sesandingan

Ning ati tetep sayang

Ning mburimu aku wes berjuang

Nanging opo kabeh iki raono artine

Kowe milih ninggal tresno tulus sing tak jogo

Kembange wes layu koyo janjimu neng aku

Tresnoku wes ilang, kabur koyo layangan

Kowe sing tak sayang akhire pisahan

Tak cobo nglalekke kenangan sing gawe aku loro

Ikhlas kowe lungo

Tresnoku wes ilang, kabur koyo layangan

Kowe sing tak sayang akhire pisahan

Tak cobo nglalekne kenangan sing gawe aku loro

Ikhlas kowe lungo, aku ora popo

Haa-aa-aa

Aku lilo

Dadio wong liyo ning uripku”

***

Abdul pun selesai bernyanyi dan juga main gitarnya. Abdul pun menaruh gitar di kursi yang kosong. Abdul mengambil koran di bawah meja, ya di baca dengan baik.

“Beritanya masih tentang Moto GP Mandalika,” kata Abdul.

Abdul membaca berita itu dengan baik. Eko yang selesai urusan dengan temannya, ya ke rumah Abdul. Eko membawa motornya dengan baik ke rumah Abdul. Budi selesai urusan dengan di rumah, ya ke rumah Abdul. Budi membawa motornya dengan baik ke rumah Abdul. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Abdul. Budi memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Abdul. Budi pun duduk bersama Abdul. Ya Abdul berhenti baca korannya karena ada Budi gitu. Koran di taruh di atas mejalah. Budi melihat di meja, ya ada matang rebus di piring, gelas berisi kopi dan juga benda-benda untuk membuat kopi lah.

“Kok tumben ada mantang rebus. Biasanya gorengan gitu?” kata Budi.

“Ibu beli mantang. Ya aku buat saja mantang rebus,” kata Abdul.

“Gara-gara berita tentang minyak goreng yang ini dan itu. Maka Abdul lebih baik masak mantangnya di rebus saja, ya Abdul?” kata Budi.

“Ya gak juga gitu……tentang berita minyak goreng yang ini dan itu. Akunya kepengen makan mantang rebus, ya aku buat lah,” kata Abdul.

“Oooooo kepengen makan mantang rebus toh. Aku kirain ada kaitan dengan minyak goreng ini dan itu,” kata Budi.

“Nama juga berita di Tv. Yang begini dan begitu,” kata Abdul.

“Ya memang berita dari berita kejujuran sampai berita kebohongan,” kata Budi.

“Emmmm,” kata Abdul.

Budi pun mengambil mantang rebus di piring, ya di makan dengan baik mantang rebus lah. Abdul pun mengambil mantang rebus di piring, ya di makan dengan baik mantang rebus lah.

“Emmmmmm….mangan enak tenan iki..,” kata Budi.

“Emmmm,” kata Abdul.

Abdul dan Budi terus makan mantang rebus dengan baik. Eko pun dateng ke rumah Abdul, ya Eko memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Abdul. Eko pun duduk bersama Budi dan Abdul. Abdul selesai makan mantang satu buah, ya mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum dengan baik. Budi membuat kopi dengan baik, ya setelah itu di minum kopi buatan Budi lah. Eko memang melihat Abdul dan Budi makan mantang rebus dan juga ada mantang rebus ada di piring.

“Kok hari ini mantang rebus. Tumben banget. Biasa gorengan. Apa kah krisis minyak goreng, ya Abdul?” kata Eko.

Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Ibu beli mantang. Ya aku buat mantang rebus. Karena aku kepengen makan mantang rebus. Urusan tentang minyak goreng, ya tidak ada kaitannya tentang krisis minyak goreng,” kata Abdul.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Nama namanya juga kepengen makan mantang rebus, ya Abdulnya. Ya di buat dengan baik,” kata Budi.

“Ok. Ok. Ok. Abdulnya kepengen makan mantang rebus,” kata Eko.

Eko mengambil mantang rebus di piring, ya di makan dengan baik mantang rebus.

“Emmmmmm…mangan enak tenan iki..,” kata Eko.

“Emmm,” kata Budi.

“Emmmm,” kata Abdul.

Eko terus makan mantang rebus nya dengan baik.

“Kenapa ada orang, ya ingin hidup membujang terus menerus sampai tua, ya tidak menikah gitu?” kata Budi.

“Keputusan orang itu menjalankan hidupnya,” kata Abdul.

Eko yang selesai makan mantang satu buah.

“Jangan-jangan yang di omongin Budi. Orang itu Biksu. Kan Biksu…tidak menikah. Hidupnya selalu membujang gitu,” kata Eko.

Eko membuat kopi dengan baik, ya setelah kopi jadi di minum dengan baik kopi lah.

“Ya…memang sih. Yang aku omongin itu Biksu. Memang jadi Biksu, ya sudah keputusan orang yang menjalanin aturan dari agamanya. Membujang sampai tua, ya tidak menikah gitu,” kata Budi.

Eko menaruh gelas kopi di meja.

“Kisah cinta tentang seorang cowok dan cewek. Ya ketika waktunya. Cowoknya memilih jadi Biksu. Ceweknya di biarkan merana dengan kisah cintanya dengan cowoknya jadi Biksu. Cowoknya menjalankan pilihannya jadi Biksu dengan baik. Seiring waktu, ya ceweknya mengerti dengan pilihan cowoknya. Ceweknya pun mendapatkan pencerahan di dalam dirinya, ya bisa membebaskan diri dari urusan cintanya pada cowoknya yang menjadi Biksu. Cewek menjalankan hidupnya jadi tenang deh,” kata Budi.

“Kisah cinta antara cowok dan cewek toh. Ya akhirnya perpisahan karena cowoknya jadi Biksu. Ya masih mending sih, ya urusan agama. Kalau urusan kisah cinta dan akhirnya berpisah karena perselingkungan, ya bisa dari pihak cowok atau pihak cewek. Sakitnya bukan main rasa dari pengkhianatan itu,” kata Abdul.

“Omongan Abdul bener lah. Yang sakit itu rasa pengkhianatan dari perselingkuhan…..baik cowok maupun cewek,” kata Eko menegaskan omongan Abdul.

“Kalau begitu lebih baik. Main kartu remi saja!” kata Budi.

“Ok…main kartu remi!” kata Abdul.

“Ok…main kartu remi!” kata Eko.

Abdul mengambil koran di meja, ya di taruh di bawah meja. Abdul mengambil kartu remi di bawah meja dan di kocok dengan baik. Ya setelah di kocok dengan baik, ya Abdul membagikan kartu remi dengan baik. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya seperti biasa main cangkulan dan sambil menikmati minum kopi dan juga makan mantang rebus.

MARTABAK TELOR

Malam tenang di kediaman Abdul. Ya Abdul duduk di depan rumahnya, ya sedang memainkan gitarnya dan bernyanyi.

Lirik lagu yang di nyanyikan Abdul :

“Angin bengi iki atis

Salam marang awakku

Nanging sampeyan ora bisa pengin panas

Iki atiku

Aku rumangsa kaya wongku nabrak

Kanthi sikapmu

Apa amarga aku

Manungsa kurang

Iku gampang kanggo sampeyan kanggo muter

Oh bisa uga dhewe iki

Bisa ngganti busa

Sing whitens

Dadi karpet

Kaya panjaluk

Kowe ngomong apa

Ing janji katresnan

Uga mokal kanggo kula

Tekan lintang ing langit

Aku iki sopo

Mung wong biasa

Kabeh iku

Pancen aku

Ora ana sing bisa mbayar

Aku uga salah

Gara-gara jatuh cinta

Wong kaya sampeyan kaya malaikat

Aku kudu

Refleksi aku

Sadurunge sandiworo ati

Aku mbukak”

***

Abdul selesai main gitarnya dan menyanyi, ya gitar di taruh di kursi yang kosong. Abdul mengambil teh botolan di meja, ya di minum dengan baik.

"Emmmm enak bener rasa teh botol yang aku minum," kata Abdul.

Abdul pun menaruh teh botol di meja dengan baik. Ya Abdul pun mengambil koran di bawah meja dan koran di baca dengan baik banget gitu. Budi setelah urusan dengan temannya, ya ke rumah Abdul lah. Budi membawa dengan baik motornya dengan baik menuju rumah Abdul. Budi di pikirannya, ya inginnya naik motor gede gitu kaya orang kaya gitu....penuh dengan gaya gitu, tapi kenyataannya ya motor biasa-biasa saja gitu. Eko selesai urusan dengan temannya, ya ke rumah Abdul lah. Eko membawa motornya dengan baik ke rumah Abdul. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Abdul. Budi memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Abdul lah. Budi duduk bersama Abdul. Memang Budi melihat di meja, ya ada matabak telor di piring dan juga teh botol. 

"Abdul," kata Budi.

Abdul menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di atas meja.

"Apa?" kata Abdul.

"Tumben ada martabak telur?" kata Budi.

"Sebenarnya mau beli gorengan, ya seperti biasanya. Tiba-tiba aku kepengen makan martabak telur. Aku beli martabak telur," kata Abdul.

"Ooooo gitu ceritanya," kata Budi.

Budi pun mengambil martabak telur di piring dan segera di makan dengan baik banget.

"It's really good to eat what I ate...," kata Budi.

Budi terus makan martabak telur tersebut. 

"Emmmm," kata Abdul.

Budi selesai makan satu buah martabak telur, ya mengambil lagi makan martabak telur di piring. 

"Laper apa nafsu Budi makan martabaknya?" kata Abdul.

"Laper," kata Budi.

"Oooooo laper toh!" kata Abdul.

Abdul mengambil martabak telur di piring, ya di makan dengan baik tuh martabak telur lah. Budi, ya selesai makan martabak telur, ya segera mengambil teh botol di meja. Teh botol, ya di minum dengan baik sama Budi.

"What a delicious drink I drink....," kata Budi.

Abdul selesai makan martabak telur, ya mengambil teh botol di meja dan di minum dengan baik teh botol lah. Budi menaruh teh botol di meja. Ya Budi melihat dengan baik di kursi ada gitar gitu. Abdul menaruh teh botol di meja. 

"Abdul....gitar di kursi. Berarti Abdul abis main gitar dan nyanyi ya?" kata Budi.

"Iya. Aku abis nyanyi dan main gitar. Lagunya "Buih Jadi Permadani', ya aku ubah sih liriknya jadi lagu Bahasa Jawa," kata Abdul.

"Oooo...'Buih Jadi Permadani' di ganti liriknya jadi Bahasa Jawa. Ya sekedar lagu Bahasa Jawa gitu," kata Budi.

"Ya sekedar saja!" kata Abdul.

"Ok. Sekedar saja. Atau jangan-jangan ada kaitannya dengan Putri lagi?!" kata Budi.

"Mungkin?" kata Abdul.

"Oooooo mungkin toh. Nama juga rasa...itu tetap ada toh," kata Budi.

"Ya begitu lah," kata Abdul.

Eko pun dateng, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Abdul. Eko pun duduk bersama Budi dan Abdul. Melihat meja, ya ada martabak telur dan juga teh botol.

"Ada martabak telur. Tumben. Biasanya gorengan?!" kata Eko.

"Aku kepengen makan martabak telur," kata Abdul.

"Ooooo Abdul kepengen makan martabak telur. Ya jadinya martabak telurnya beli toh," kata Eko.

"Emmm," kata Abdul.

"Nama juga kepengen makan martabak, ya pasti di belilah," kata Budi.

"Emmmm," kata Abdul dan Eko bersamaan.

Eko mengambil martabak telur di piring, ya di makan dengan baik lah martabak telur.

"Emmmmmm it's good to eat what I eat..," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi dan Abdul bersamaan.

Eko selesai makan martabak telur satu buah, ya mengambil teh botol di meja dan di minum dengan baik. 

"Main kartu remi saja!" kata Budi.

Eko menaruh teh botol di meja. 

"Ok..main kartu remi," kata Abdul.

"Ok...main kartu remi," kata Eko.

Abdul mengambil koran di meja, ya di taruh di bawah meja. Abdul mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik kartu remi, ya segera di bagikan dengan baik tuh kartu remi. Ketiganya main kartu remi, ya seperti biasa permainan cangkulan, ya sambil menikmati minum teh botol dan makan martabak telur yang enak banget.

Friday, March 18, 2022

NINGGALAKE SINGLE

Malam yang tenang di kediaman Budi. Ya Budi duduk di depan rumahnya sedang main gitarnya dan menyanyikan sebuah lagu gitu.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi yang berjudul ‘Ninggalake Single’ :

 “Mungkin wektune

'Aku bakal mungkasi kesepian

Siapke ati kanggo nglamar sampeyan

Tampa kula

Mungkin saiki aku bakal ninggalake urip single

'Aku bakal nikah karo sampeyan

Dadi partner lan urip lawas karo kula

Tampa tresnaku

Mungkin wektune

'Aku bakal mungkasi kesepian

Siapke ati kanggo nglamar sampeyan

Tampa tresnaku, hu-uh-oh-oh

Mungkin saiki aku bakal ninggalake urip single

'Aku bakal nikah karo sampeyan

Dadi partner lan urip lawas karo kula

Tampa tresnaku

Uh-oh-oh-oh, wo-wo-wo

Wo-uh-hu-uh

Mungkin saiki aku bakal ninggalake urip single

'Aku bakal nikah karo sampeyan

Dadi partner lan urip lawas karo kula

Oh, mbok menawa saiki aku bakal ngeculake uripku sing jomblo

'Aku bakal nikah karo sampeyan

Dadi partner lan urip lawas karo kula”

***

Budi selesai menyanyikan lagu dan juga main gitarnya, ya gitar di taruh di bangku yang kosong lah. Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko sampai di rumah Budi, ya segera memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Eko duduk bersama Budi lah. Terlihat dengan baik ada gorengan di piring di mejalah, ya segera Eko mengambil bakwan goreng dan di makan dengan baik. Budi, ya mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik. Eko melihat gitar di bangku kosong dan Eko berkata “Budi abis main gitar dan juga nyanyi ya?” 

“Iya aku memang abis main gitar dan nyanyi,” kata Budi.

“Lagu apa yang di nyanyikan?” kata Eko.

Eko selesai makan satu buah bakwan goreng, ya segera membuat kopi lah, ya bahan sudah di siapkan Budi dan ada di meja lah. 

“Ninggalake Single,” kata Budi.

Budi selesai makan satu buah bakwan goreng, ya Budi mengambil gelas kopi di meja dan di minum dengan baik.

“Oooooo…Melepas Lajang,” kata Eko.

Eko selesai membuat kopi, ya segera di minum dengan baik kopi lah.

“Emmmm,” kata Budi. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Eko pun menaruh gelas berisi kopi di meja lah.

“Kalau sudah mencapai tujuan dari impian, ya keberhasilan dari usaha dan doa. Pastinya orang-orang yang berhasil selalu memutuskan untuk menikah. Ya melepas lajang. Hidup bersama dengan orang yang di cintai dengan baik,” kata Budi.

“Realita kehidupan kan memang sesuai dengan omongan Budi lah,” kata Eko.

“Berita di Tv. Tentang artis, ya masih kaitannya tentang pernikahan, ya kan Eko?” kata Budi.

“Mungkin?” kata Eko.

“Kok mungkin?” kata Budi.

“Becandaan saja!” kata Eko.

“Oooo becanda toh!” kata Budi.

“Berita di Tv sih. Masih hebohin tentang Moto GP Mandalika,” kata Eko.

“Memang sih berita di Tv masih menghebohin tentang Moto GP Mandalika,” kata Budi menegaskan omongan Eko.

“Emmmm,” kata Eko.

“Aku sih punya impian ingin mengendarai motor gede, ya motor balap gitu. Rasanya gimana ya mengendarai motor balap di sirkuit dengan kecepatan yang luar biasa gitu? Maklum impian orang tidak punya seperti aku,” kata Budi.

“Entah rasanya gimana mengendarai motor balap di sirkuit?” kata Eko.

“Kaya bisa menikmati hal apa pun kan, ya Eko?” kata Budi.

“Ya….memang sih kaya bisa menikmati hal apa pun. Contoh saja seperti Presiden Joko Widodo mengendarai motor gede di sirkuit Mandalika,” kata Eko.

“Pencapaian dari usaha dan doa. Impian bukan sekedar impian jika telah berhasil mewujudkan impian menjadi kenyataan,” kata Budi.

“Maka itu terus berusaha dan berdoa dengan baik, ya agar impian jadi kenyataan dengan baik!” kata Eko.

“Termasuk menikah, ya kan Eko?” kata Budi.

“Menikah kan……impian semua orang yang ingin hidup bersama dengan orang di cintai,” kata Eko menegaskan omongan Budi.

“Kalau begitu main catur saja!” kata Budi.

“Ok…main catur!” kata Eko.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas mejalah. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

“Berita Tv  tentang minyak goreng, ya terus bergulir dengan baik, ya kan Eko?” kata Budi.

“Ya begitulah realita berita di Tv,” kata Eko.

Eko dan Budi main catur dengan baik banget, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. 20 menit Eko dan Budi main catur. Abdul dateng ke rumah Budi. Abdul memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk bersama dengan Eko dan Budi. Ya karena ada Abdul, ya permainan catur pun berakhir dan yang menang adalah Budi. Eko dan Budi membereskan permainan catur dan papan catur di taruh Budi di bawah meja. Budi mengambil kartu remi dan di kocok dengan baik.

“Keberhasilan itu berdasarkan dari usaha yang keras dan doa, ya kan Budi dan Eko?” kata Abdul.

“Iya,” kata Budi, ya sambil membagikan kartu remi dengan baik.

“Iya,” kata Eko.

Abdul, Budi dan Eko, ya main kartu remi dan permainannya seperti biasa main cangkulan. Ketiganya bermain kartu remi dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

CAMPUR ADUK

JEFF, WHO LIVES AT HOME

Malam hari, ya bintang berkelap-kelip di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus....FTV di chenel AllPlay Ent, ya seperti bia...

CAMPUR ADUK