CAMPUR ADUK

Thursday, January 9, 2020

SELISIH HARGA

Seusai sholat jum'at. Dono dan Kasino duduk teras mesjid, ya nyantai gitu.

"Kasino, ngomong kemarin potong rambut.....mahal gak....harga yang di tetapkan di daerah sini?" tanya Dono.

"Ya....masih murah sih. Karena menetapkan harganya sesuai keadaan daerah sini," kata Kasino.

"Kalau di daerah lain, pulau lain yang lebih tinggi harga penetapan potong rambutnya. Tetapi tetap saja masyarakat tidak mengeluh tuh," kata Dono.

"Kan....Dono, tiap daerah...kan pertumbuhan ekonominya beda-beda. Ya tergantung jenis usaha besar yang berkembang di tiap daerah," tambahan Kasino.

"Benar....kamu, Kasino. Karena di pulau lain itu. Banyak perusahaan yang modalnya besar banget, ya gajinya tinggi pula," kata Dono.

"Kalau di daerah sini perusahaan sedikit. Ya kalau di naikin sesuai dengan pulau yang lain yang perkembangan ekonominya tumbuh pesat. Pasti pada ngeluh. Karena memang susah pertumbuhan ekonomi di daerah sini," kata Kasino.

Indro menghampiri Dono dan Kasino yang asik ngobrol.

"Don, Kasino....ngomongin apa?" tanya Indro.

"Selisih harga di daerah sini dan daerah lain," kata Dono.

"Iya, selisih harga," kata Kasino.

"Oh....ekonomi. Di lihat dari lingkungan berdasarkan harga penetapan di daerah sini dan di daerah lain," kata Indro.

"Udahan ngobrolnya lebih baik pulang," kata Dono.

"Iya....pulang," kata Kasino.

"Jadi udahan....ngobrolnya....masalah ekonomi di lingkungan," kata Indro.

"Iya, toh.....cuma sekedar ngobrol aja," kata Dono.

"Iya....sekedar ngobrol, tapi serius lah. Kalau masih urusan dengan ekonomi. Di pulau ini dan pulau itu. Atau daerah sini dan daerah situ. Padahal....kesannya....basa basi aja," kata Kasino.

"Oh....begitu. Ayo pulang," kata Indro.

Dono, Kasino dan Indro berjalan menuju rumah. Tiba-tiba Dono teringat janji dengan Rara, jadinya Dono tidak jadi pulang ke rumah, ya langsung bergerak menuju rumah Rara.

"Biasa....yang lagi kasmaran," kata Kasino.

"Iya....," saut Indro.

Kasino dan Indro berjalan sambil ngobrol yang asik gitu, ya gak jauh-jauh masih menyambung masalah ekonomi di lingkungan. Sampai di rumah juga. Kasino, ya seperti biasa mengerjakan pekerjaannya seperti biasanya dikamarnya, pembukuan. Indro seperti biasa nyetel Tv, ya ingin tahu perkembangan yang baru dari pemberitaan dari Tv di daerah sini dan daerah sana dengan mengganti chanel Tv saja pake remot.

AIR MATA LIRA

Dono berjalan menuju rumah seusai mengaji di mesjid. Ketika melewati gardu biasa di gunakan warga jaga malam. Ada sesosok gadis cantik duduk gardu dan sedang menangis.

Dono sebenarnya gak ikut campur urusan orang, apalagi cewek, takut ketiban sial. Di lihat seksama oleh Dono, gadis yang menangis di gardu.

"Loh, Lira," kata Dono.

Dono pun mendekati Lira.

"Lira kenapa kamu menangis?" tanya Dono.

Lira pun melihat Dono dengan baik dan berkata "Anu....anu....Mas....".

"Jangan-jangan kamu putus cinta ya," kata Dono memotong omongan Lira.

Lira menangis lagi karena dengan omongan Dono "Putus".

"Waduh....kacau. Beneran ini mah. Lira putus cinta," kata Dono yang bingung melihat Lira nangis.

Lira pun berhenti menangisnya dan beranjak dari tempat duduknya di gardu dan berjalan gitu aja.

"Lira, kamu mau kemana?" tanya Dono.

"Pulang," kata Lira.

Motor pun berhenti di samping Dono.

"Ada apa Don?" tanya Toing.

"Ini....Lira nangis. Gimana.....anterin Lira pulang ke rumahnya dari pada jalan sendirian karena patah hati," kata Dono.

"Ok, beres aku anter Lira ke rumahnya," kata Toing.

Toing pun menghampiri Lira dengan motornya dan mengajaknya Lira ikut dengannya, ya di anterin ke rumah Lira. Lira pun menerima niat baiknya Toing yang mau mengantarkan Lira ke rumahnya.

Lira duduk di belakang, ya Toing membawa motornya dengan baik ke rumah Lira. Dono pun senang melihat Lira di antar pulang oleh Toing. Sampai di rumah.

"Asalamualikum," salam Dono.

"Waalaikumsalam," jawab Indro dengan suara banter.

Dono masuk rumah, ya langsung ke ruang tengah melihat Indro yang asik nonton Tv.

"Asik nonton Indro," kata Dono.

"Iya, musik dangdut," kata Indro.

"Oh...gitu," kata Dono.

Dono pun ke kamarnya dan segera menghidupkan leptopnya, ya seperti biasa mengetik.

"Ide ceritanya apa ya?" kata Dono yang berpikir.

"Oh iya, cerita tentang Lira yang menangis di gardu karena patah hati," kata Dono.

Dono langsung mengetik dengan penuh ide dan ide yang baik dari dalam dirinya. Indro terus asik nonton Tv, yang acaranya musik dangdut. Kasino pun masuk rumah dan tidak lupa mengucap salam "Asalamualaikum".

"Waalaikumsalam," jawab Indro dengan suara banter.

Kasino langsung berjalan ke ruang tengah dan melihat Indro asik nonton Tv.

"Indro asik nonton Tvnya," kata Kasino.

"Iya, acara musik dangdut," kata Indro.

"Emmm," kata Kasino.

Kasino pun masuk ke kamarnya untuk berbenah diri. Dono pun selesai mengetiknya di kamarnya, ya keluar dari kamar dan duduk bersama Indro untuk nonton Tv.

"Don hari ini mengetik tentang apa?" tanya Indro.

"Patah hati, ada gadis di daerah sini yang gagal dalam urusan percintaannya. Ya aku angkat ceritanya," kata Dono.

"Oh begitu," kata Indro.

Indro tidak nanya lagi ke Dono dan kembali asik nonton Tv, ya begitu juga dengan Dono yang asik nonton Tv....acara musik dangdut.

Wednesday, January 8, 2020

CINTA

Indro sudah keadaan tenang dan rapih bangat. Kamera di hidupkan oleh Kasino.

"Selamat malam semuanya. Hari ini berjumpa kembali dengan aku, Indro. Host yang ganteng dan keren, walau terlihat bersinar di kepala. Maklum keturunan jidat lebar gitu. Untung saja bukan keturunan tuyul. Hiiiii hantu....., takut. Ok,  Aku tidak membahas tentang hantu. Aku akan membahas tentang 'Cinta' saja. Maka itu tema hari ini......'Cinta'. Dan narasumber hari ini, biasa Dono".

Dono pun muncul di ruang tamu.

"Semuanya tepuk tangan kehadiran tamu kita, Dono!" kata Indro.

Indro pun bertepuk tangan. Dono ya terlihat tenang, tapi tersipu malu banyak yang bertepuk tangan pada dirinya. Kasino ya sebenarnya menghidupkan vidio orang tepuk tangan, agar suasana meriah banget.

"Dono, terima kasih bisa hadir di acara aku yang eskulisif banget....banget," kata Indro.

"Iya, kebetulan aku tidak acara. Jadi main ke sini," kata Dono.

"Ok....ok...baiklah. Silakan duduk!" kata Indro.

"Iya," saut Dono.

Dono pun duduk sofa yang di sediakan begitu juga Indro.

"Dono. Aku mulai perbincangan ini. Singkat padat dan berisi," kata Indro yang basa-basi gitu.

"Silakan," kata Dono.

"Apa pendapat Dono tentang cinta?" tanya Indro.

"Cinta itu. Perasaan aja. Ibarat makan aja. Aku suka makan itu, nama cinta. Kalau aku tidak suka dengan makan itu, maka aku tidak cinta, mungkin bisa membenci makan tersebut," penjelasan Dono.

"Mudah di pahami kalau cinta di ibaratkan makanan....ya. Aku suka....suka. Bagaimana penonton?" kata Indro.

Kasino pun menghidupkan vidio dan suara manusia yang berteriak "Suka".

"Terima kasih. Terima kasih. Kalau semua penonton suka," kata Indro.

"Dono. Agak sedikit mengorek-ngorek perjalan hidup kamu, ya berkaitan dengan cinta," kata Indro.

"Silakan aja. Tidak masalah kalau urusan pribadi kok," kata Dono.

"Ok baiklah. Don. Pernahkah kamu patah hati?" kata Indro yang antusias.

"Patah hati. Pernah sih. Rasanya itu. Sakitnya tuh di sini di dalam hati ku. Sakit....sakit....sakit. Ya sakit banget gitu," penjelasan Dono.

"Wah kalau patah hati itu sakit. Jangan bermain cinta," kata Indro.

"Namanya juga. Perjalan hidup pencarian pasangan. Ya wajar aja lika likunya. Ada yang bahagia, ada juga tidak bahagia. Apa yang kita rencanakan belum tentu tujuannya sukses," kata Dono.

"Biasa itu, lebih tepatnya. Ada yang tepat janji dan ada yang ingkar janji dalam menjalankan hubungan percintaan," tambahan Indro.

"Benar...kamu Indro. Kayanya lebih baik kamu jadi narasumbernya, bukan aku," kata Dono.

"Ah....Dono gitu. Kalau aku jadi narasumbernya. Aku kerjaan jadi host berhenti. Di ganti orang lain. Kalau yang menggantiin bisa naikin reting. Kalau gak. Acara ini kan di ganti acara lain," kata Indro.

"Jujur banget....omongan Indro," pujian Dono.

"Terima kasih. Terima kasih. Gimana dengan penonton suka dengan acara ini?" kata Indro.

Kasino menghidupkan vidio, orang yang berteriak "Suka".

"Terima kasih. Terima kasih. Kalau semua penonton suka pada ku. Aku cinta kalian semuanya," kata Indro.

Kasino menghidupkan vidio, semua orang yang berteriak "Cinta".

"Sekali lagi. Aku terima kasih. Ok.....kembali ke leptop. Salah punya pelawak terkenal Tukul. Ok kembali ke pertanyaan. Dono. Kabarnya sudah punya pasangan, baik dan cantik. Apa yang membuat mu tertarik pada pasangan kamu tersebut...
Don?" kata Indro.

"Sama...omongan kamu tadi Indro. Baik dan cantik," kata Dono.

"Kalau gitu kita sama. Selera tentang cewek. Baik dan cantik. Oh ternyata waktu telah di hujung acara. Kalau begitu. Terima kasih, ya Dono. Mau main ke tempat aku. Kapan-kapan kita ngobrol lagi dengan tema yang lainnya," kata Indro.

"Iya. Siap hadir kalau di minta," kata Dono.

"Ok. Acara ini telah usai. Dengan tema yang menyenangkan. Sampai jumpa di lain waktu dengan tema yang lebih menarik. Da...da..da," kata Indro.

Kasino menghidupkan vidio, semua orang pun bertepuk tangan. Kasino pun berkata "Cat, bagus".

"Siplah. Aku berhasil membuat vidio, kaya INI TALKSHOW," kata Indro.

"Nyenengin teman apa salahnya," kata Dono.

"Bagus. Bagus. Semuanya bagus. Sesuai dengan rencana padat dan singkat," pujian Kasino.

"Kalau begitu. Aku pergi kawan-kawan ke rumah Rara," kata Dono.

"Iya. Hati-hati jalan," kata Indro.

"Idem," saut Kasino.

Dono keluar dari rumah, ya lewat pintu depan walau banyak barang-barang yang di gunakan untuk set acara Indro. Ya Indro dan Kasino beres-beres setelah rekaman acara selesai dan telah di simpan baik-baik.

Saturday, January 4, 2020

OBROLAN DI HARI MINGGU

Dono lagi asik makan bakso di tempat langganannya, tepatnya sih di pinggiran pasar gitu. Indro yang selesai belanja keperluan rumah, ya mampir ke untuk makan bakso. Indro pun melihat Dono, asik makan bakso, ya segera duduk bersamanya.

"Bang baksonya satu mangkok!" kata Indro yang memesan bakso.

"Baik Bang, minumnya apa ni," kata Abang penjual bakso.

"Biasa, es teh manis," kata Indro.

"Es teh manis," kata Abang penjual bakso.

Dono terus menikmati makan baksonya. Tiba-tiba ada orang gila lewat situ dan berkata pada semua orang yang asik makan bakso.

"Minta uang!" kata orang gila.

Semua mengabaikan omongan orang gila tersebut.  

"Panjang umur juga orang itu," kata Dono.

"Iya, Dono.....orang gila panjang umur," kata Indro.

Orang gila pun yang minta uang meninggalkan tempat tersebut. Abang penjual bakso menyajikan mangkok bakso dan gelas es teh manis di meja. Indro segera menikmati makan baksonya. Kasino selesai potong rambut, ya segera ke tempat penjual bakso untuk makan bakso.

Melihat Dono dan Indro yang asik makan bakso, segera duduk bersama teman-teman. 

"Abang pesan bakso satu mangkok, minumnya teh botol sosro!" kata Kasino.

"Bang, maaf teh botol sosronya gak ada, yang ada es teh manis," kata Abang penjual bakso.

"Ya sudah, es teh manisnya!" kata Indro.

"Es teh manis," kata Abang penjual bakso.

Dono selesai makan baksonya dan asik minum es teh manisnya. Hp pun di keluarkan Dono, ya biasa untuk melihat berita yang terbaru.

"Beberapa hari ini, berita selalu berkaitan dengan banjir aja," kata Dono.

"Memang berita yang terus di beritakan masalah banjir aja. Polanya pun tetap sama aja," kata Indro.

"Iya memang ada itu beritanya. Kalau di lihat lingkungan sekitar kita yang ada orang dagang semuanya. Kalau di angkat beritanya, paling harga barang di pasar...contohnya harga cabe sekilonya seginilah segitulah," kata Kasino.

Abang penjual bakso menyajikan mangkok bakso dan gelas es teh manis di meja. Ya Kasino segera makan bakso. Abang penjual bakso membereskan pekerjaan yang lain.

"Omongan kamu benar Kasino. Kalau kaitannya dengan berita yang diangkat di lingkungan," kata Dono.

"Gimana dengan proses penanggulan bencana, ya banjir sih?" tanya Indro.

"Kerja pihak-pihak terkait, pemerintahan, sudah sesuai sih," kata Dono.

"Oh, begitu. Jadi kenapa bisa jadi banjir dan siapa yang akan di salahkan. Biasanya berita selalu menyudutkan satu sistem di lapisan apapun?" kata Indro.

"Itu bener omongan Indro. Siapa yang harus di salahkan sampai bencana banjir?" saut Kasino.

"Kalau di berita sih, biasalah....bencana alam gitu. Tapi ya....siapa yang menanganin suatu daerah tersebut agar tidak terkena banjir. Masalah banjir kan terjadi berkali-kali. Ya pastinya sih kalau kesimpulan aku sih. Salah semuanya," kata Dono.

"Salah semuanya. Berarti masyarakat dong," kata Indro.

"Kalau masyarakat sih, ya benar sih. Memang yang terkena banjir. Lebih tepatnya sih masyarakat yang tinggal di kawasan rawan banjir," tambahan Kasino.

"Kalau proses sistem aliran sungai bagus sih, maka tidak akan banjir, walau di kala hujan. Volume air yang di tertampung langsung ke aliran sungai, tidak melebar ke sana ke sini," kata Dono.

"Benar kamu Don. Semua karena aliran sungainya. Ya paling saluran sungai menjadi kecil karena ada yang membuat perumahan di pinggiran sungai sampai membuang sampah di sungai," kata Indro.

"Ya....jelas itu sih. Masyarakat di sekitar tersebut....yang terkena banjir karena kesalahan di buat mereka. Untung saja kerja pemerintahan dan penanggulangan bencana aktif, ya banyak yang selamat," tambahan Kasino.

"Ya...sudah gak sudah di bahas lagi," kata Dono.

"Iya, obrolan sambil menikmati makan bakso dan es teh manis," kata Indro.

"Idem," saut Kasino.

"Oh iya, makan dan minum. Indro dan Kasino, aku yang bayar. Aku cabut duluan dari sini. Biasa ada janjian dengan Rara," kata Dono 

"Terima kasih Don," kata Indro.

"Aku, Idem...Don," kata Kasino.

Dono pun beranjak dari duduknya bersama Indro dan Kasino, ya segera membayar ke Abang penjual bakso. Baru setelah itu Dono berjalan menemui Rara, yang sedang belanja di toko baju. Indro dan Kasino menikmati makan bakso dan es teh manis dengan asik banget.

Tuesday, December 31, 2019

MERAYAKAN

Hujan turun dengan sangat deras sekali, di malam tahun baru. Indro dengan sabar menunggu hujan berhenti, sambil minum kopi panas. Dono yang seperti biasa sibuk mengetik di leptopnya. Kasino sedang asik main game di Hpnya.

Indro menaruh gelas kopinya di meja.

"Don, hujannya makin deras ni. Gak kaya gak jadi merayakan tahun baru di luar rumah," kata Indro.

Dono berhenti mengetik di leptopnya "Raya in tahun barunya di dalam rumah aja."

"Lebih baik di dalam rumah aja," saut Kasino sambil main game di Hpnya.

"Ya, sudahlah raya in di dalam rumah. Aku masak makan dulu," kata Indro.

"Iya," saut Dono yang sibuk mengetik di leptopnya.

Indro langsung ke dapur, mulai memasak ayam bakar. Dono selesai juga mengetik di leptopnya dan mencium bau yang enak dari ayam bakar yang sedang di masak Indro. Kasino pun mencium bau enak dari ayam bakar, ya segera menghentikan main gamenya di Hpnya.

"Makan," kata Kasino.

Dono segera ke dapur untuk membantu Indro memasak ayam bakar, Kasino juga ikutan bantu Indro masak ayam bakar. Sambil masak ayam bakar, Dono....ya mencicipi ayam bakar yang di sudah matang.

"Enak".

Indro dan Kasino pun juga memakan ayam bakar yang sudah matang.

"Enak," kata Indro dan Kasino bersamaan.

"Kaya memang kurang seru, merayakan tahun baru cuma di rumah," kata Dono.

"Ya mau apa lagi. Hari hujan. Deres lagi," kata Kasino.

"Padahal aku belanja banyak hari ini, untuk merayakan tahun baru di halaman belakang. Sekalian ada kembang apinya. Agar suasana meriah gitu," kata Indro.

"Kalau begitu, kita tunggu aja sampai hujan berhenti, untuk merayakan di halaman belakang," kata Dono.

"Padahal aku punya rencana di malam tahun baru ini kencan dengan Selfi. Tapi karena hujan. Jadi gak jadi," kata Kasino.

"Kenapa gak undang Selfi merayakan tahun baru di sini. Agar lebih meriah kalau ada ceweknya," saran Indro.

"Iya, bener saran kamu Indro, kalau begitu aku jemput Selfi," kata Kasino.

"Tunggu dulu, Kasino. Jangan jemput sekarang. Karena masih hujan," kata Dono.

"Oh, iya," kata Kasino.

Dono terus menikmati ayam bakar yang enak, begitu dengan Kasino dan Indro. Di sabarin, akhirnya hujan pun berhenti. Kasino pun menjemput Selfi di rumahnya. Dono pun terpikir juga ingin menjemput Rara, ya di jalankan.

Indro di rumah sendirian masak ayam bakar dengan penuh ketenangan. Kasino sampai di rumah Selfi, segera langsung ke rumah untuk merayakan tahun baru. Dono pun sampai di rumah Rara, ya langsung di bawa ke rumahnya. Baru setelah itu Dono menjemput Saskia karena Indro meminta ke Dono untuk jemput Saskia.

Selfi dan Rara membantu Indro masak ayam bakar, sekalian mencici ayam bakar yang sudah masak.

"Enak," kata Selfi.

"Enak," kata Rara.

"Enakkan....ayam bakar buatan Indro....gitu," kata Indro dengan bangganya.

Dono sampai di rumah Saskia.

"Saskia, ada acara di rumah," kata Dono.

"Acara apaan?" tanya Saskia.

"Biasa....acara tahun baru. Ayo ikut," kata Dono.

"Ok. Aku ikut," kata Saskia.

Saskia pun naik motornya Dono, segera di bawa motor dengan baik oleh Dono ke rumah. Sampai di rumah. Saskia bantuin masak ayam bakar, ya sambil mencici ayam bakar yang sudah matang.

"Enak," kata Saskia.

"Siapa dulu yang masak gitu loh...Indro," kata Indro.

"Iya deh Abang Indro. Pandai memasak," pujian Saskia.

Dono asik ngobrol dengan Rara. Kasino pun asik ngobrol dengan Selfi. Ya Indro asik juga dengan Saskia. Sampai waktunya berganti di malam tahun baru. Mulai Dono, Kasino dan Indro mengambil kembang api. Ya Rara, Selfi dan Saskia ikutan juga mengambil kembang api. Di hidupkan kembang api di halaman belakang, walau keadaan sih basah sana sini karena habis hujan.

"Selamat Tahun baru," kata semuanya.

Kembang api pun di mainkan dengan penuh keceriaan di malam tahun baru. Setelah itu, semuanya kembali ke dalam rumah dan melanjutkan makan ayam bakar sambil ngobrol asik dengan pasangan masing-masing.

Friday, December 27, 2019

DI PINGGIR SUNGAI

Toing duduk di pinggir sungai sambil kakinya masuk ke dalam air sungai yang jernih. Tejo yang baru selesai urusannya sama Bejo, ya urusan kerjaan gitu....jadi lewat jalan pinggir sungai menuju rumahnya.

Tejo yang melihat Toing yang duduk sendirian di pinggir sungai segera menghampiri.

"Hey, teman sedang apa?" tanya Tejo sambil duduk di samping Toing.

"Tejo, biasa nyantai gitu."

"Toing, kalau nyantai di rumah. Jangan di pinggir sungai nanti kesambet.... setan."

"Siang bolong begini mana ada setan. Yang aneh-aneh aja Tejo ini."

"Iya deh, aku cuma becanda....Toing."

Tejo teringat sesuatu yang di berikan Ustat Feri, sebuah gulungan kertas. Maka gulungan kertas tersebut di berikan ke Toing.

"Apa ini?" tanya Toing.

"Kalender yang baru," jawab Tejo.

Di buka gulungan kertas sama Toing.

"Kalender baru. Tahun berganti. Tapi hidupku cuma gini-gini aja gak ada perubahan."

"Sebenarnya Toing emangnya apa yang tidak berubah dalam hidup kamu?"

"Biasa sih. Pekerjaan sih, gajinya juga gak berubah gitu. Detik ini, menit ini sampai jam gitu. Tetap aku jomlo. Tejo..."

"Kalau urusan gaji di tempat pekerjaan kamu, Toing...itu sih karena memang aturan perusahaannya mengatur gajinya segitu. Sedang kamu jomlo, Toing itu karena kamu banyak milih. Padahal ada yang mau sama kamu, si Gita....ya cantik si anaknya. Tetap saja kamu tolak, Toing."

"Kalau urusan Gita sih bukan aku tidak mau. Tapi Bapak dan Ibu, gak setuju. Yang di setujui orang tua itu Lestiana. Bapak dan Ibu ngebet banget aku jadian sama Lestiana. Alasannya karena Bapak dan Ibu teman baik dengan Bapak dan Ibunya Lestiana."

"Kalau begitu sih. Setujui aja urusan kamu dengan Lestiana. Itu saran aku yang paling baik, Toing."

"Bisa aja....sih. Tapi, tetap ganjel sih di hati. Ya rasa gak suka itu....yang ribet. Maka itu tetap diam aja. Alias jomlo, walau waktu pun menjelang berganti tahun."

"Toing....Toing...Toing. Itu sih. Tetap memilih. Padahal lebih baik kamu mengabaikan perasaan kamu tidak suka sama Lestiana. Kamu yakin aja suka sama Lestiana, jadikan urusan kamu selesai. Maka waktu berubah, detik ini, menit ini sampai jam ini pun kamu pasti kamu tidak jomlo lagi."

"Kalau aku pikir baik-baik sih. Ya sudahlah. Lestiana jadi pasangan aku. Terima kasih atas sarannya. Tejo."

"Ya udah. Ayo pulang."

"Iya."

Toing dan Tejo pun beranjak dari duduknya di pinggir sungai dan berjalan menuju rumah.

"Oh iya, terima kasih Tejo atas kalender barunya."

"Iya."

"Oh iya Tejo. Tahun baru kamu ngadain acara apa?"

"Aku sih tidak mengadakan acara sih tahun baru. Cuma bantuin di mesjid aja sih. Jagain anak-anak ngaji di hari pergatian tahun gitu. Pastinya ada makan minumnya sih."

"Sama aja ya tidak berubah dari tahun ke tahun. Setiap pergantian tahun diadakan pengajian. Tujuannya sih supaya anak-anak mesjid tidak berkeliaran yang gak jelas untuk merayakan pergantian tahun."

"Ya kenyataannya begitu."

Tepat di depan pengkolan. Toing dan Tejo pun menghentikan omongan mereka berdua karena jalan ke rumah mereka berbeda.  Dengan santai Toing berjalan sendirian menuju rumahnya, ya begitu juga Tejo dengan santai berjalan menuju rumahnya.


Monday, December 23, 2019

WAKTU DI PUTAR KEMBALI

Dono duduk santai di bawah pohon rindang, di mana hari siang hari dan juga memang panas banget karena masih musim kemarau. Dono terus mengenang sesuatu dengan  kesendiriannya.

"Aku sekarang bersama Rara, gadis yang di jodohkan Ibu ku. Hidup memang bahagia bersama dia, Tapi jalan cerita cinta awalnya memang menyakitkan karena kehilangan orang di cintai dan sekarang aku bahagia," celotehan Dono.

***
4 tahun yang lalu.

Dono lulus dari SMA dan melanjutkan kuliah di Jakarta. Dono asalnya Jawa Timur beradaptasi dengan baik dengan anak-anak kuliah lainnya, pada akhirnya Dono mendapatkan teman baik Kasino dan Indro dan juga satu kosan juga.
Suatu ketika Dono menyukai gadis cantik bernama Wulan, gadis Jakarta gitu...pada pandangan pertama, kalau parasnya lebih mendekati Siti Badriah. Dono awalnya biasa aja berteman baik dengan Wulan layaknya teman kuliah walau sebenarnya ada rasa dengan Wulan.

Setiap hari Dono menjalankan aktivitas seperti biasa kuliah dan bergaul dengan Kasino dan Indro. Sampai suatu cerita  yang berkesan oleh Dono, dirinya di undang ke ulang tahunnya Wulan. Ya Dono dateng lah ke acara ulang tahun Wulan yang diadakan di rumahnya, bersama Kasino dan Indro.

Acaranya memang meriah banget. Semua orang terkagum dengan kecantikan Wulan, karena gaun malam yang di pakainya. Saat Wulan asik ngobrol asik dengan Selvi dan Dina, teman akrab Wulan. Dono tetap memperhatikan Wulan dari kejauhan, terkadang Indro dan Kasino tahu kalau Dono ada rasa dengan Wulan.

Sebagai teman yang baik, Kasino dan Indro membantu untuk mendapatkan Wulan mempung masih Jomlo. Setelah acara ulang tahunnya Wulan. Dono mulai rencana untuk mendekati Wulan. Saat itu di tempat kuliah di dalam ruangan. Tidak ada seorang pun di dalam ruang kuliah kecuali Wulan. Dono yang baru dateng melihat keadaan sekitarnya.
"Aman," kata Dono.

Dono pun mendekati Wulan, ya seperti biasanya teman gitu. Wulan tidak sadar pendekatan dari Dono karena menganggap biasa aja, teman. Dono pun mulai menyatakan ungkapan perasaannya sama Wulan. Ya awalnya canggung gitu, tapi beraniin bener-bener menyatakan cinta ke Wulan.

"Wulan mau jadi kekasih aku," kata Dono dengan penuh ketulusan.

Wulan memang terkejut dengan omongan Dono, ia berpikir dan dalam hati berkata "Aku jomblo sih, Dono meminta aku jadi ke kasihnya. Terima gak ya".

Dono pun berkata lagi ke Wulan karena belum mendapatkan jawaban dari Wulan "Wulan, aku bener suka sama kamu dari pertama kali bertemu".

Wulan masih diam dan dalam hatinya berkata "Dari awal bertemu, jadi Dono sudah suka dengan ku".

Dono pun belum mendapatkan jawaban dari Wulan mau menerima cinta atau gak. Jadi Dono ingin mengucapkan kata 'I love you' ke Wulan, tapi gak jadi karena teman-temannya masuk ruangan kuliah. Dono diam dan Wulan pun diam juga. Pendidikan di bangku kuliah di mulai, karena memang Dosennya juga sudah dateng untuk memberikan ilmu kepada mahasiswa dan mahasiswinya.

***
Sampai usai pendidikan di perkuliahan. Dono ngobrol sama Kasino dan Indro di kantin seperti biasanya berkenaan hoby ini dan itu saja. Kadang Indro ingin tahu tentang perkembangan cintanya Dono ke Wulan. Seperti biasa Dono menceritakan apa adanya pada Indro dan Kasino. Tetap seperti biasa Indro dan Kasino mendukung hubungan Dono dengan Wulan.

Karena tidak kuliah lagi. Dono, Kasino dan Indro memutuskan main ke sana ke sini menikmati masa muda mereka. Sampai pertemuan pun terjadi Dono, Kasino dan Indro dengan Wulan bersama teman-temannya, pastinya ceweklah dan pertemuan itu ya memang di kafe. Dono pun sering melirik Wulan yang sedang ngobrol dengan teman-temannya.

Wulan sedikit malu di pandangin Dono. Saat Wulan mau ke toilet. Dono pun pura-pura ke toilet. Sebenarnya memang gak etis sih ingin mendapatkan hati gadis di toilet, tapi Dono hanya punya moment tepat saat itu juga.
Jadi Dono berpapasan dengan Wulan. Eee ternyata, Wulan pura-pura ke toilet. Karena ritme sudah sama antara Dono dan Wulan, keduanya bicara singkat banget. Dengan hasil Wulan minta di jemput besok di rumah untuk membicarakan kelanjutan dari cerita cinta.

Dono menyepakati perjanjian dengan Wulan. Dono pun kembali ngobrol sama Kasino dan Indro. Wulan pun kembali ngobrol dengan teman-temannya. Sampai waktu memang malam gitu. Dono, Kasino dan Indro memutuskan kembali ke kosan. Sedang Wulan dan teman-temannya sudah meninggalkan kafe duluan.

***
Esok harinya. Dono bener menjemut Wulan di rumahnya, lalu keduanya sepakat untuk jalan bareng ke suatu taman. Di taman lah Dono menyatakan perasaannya ke Wulan, ya akhirnya di terima. Jalan cerita cinta terus berlanjut dengan baik banget sampai di jalankan 4  tahun sampai selesai kuliah.
Tapi kenyataan memang kenyataan. Wulan mengidap penyakit mematikan pada dirinya dan akhir cerita kehidupannya, Wulan meninggal dunia. Dono bersedih hati kepergian Wulan. Kasino dan Indro selalu menemani Dono agar bisa menghilangkan rasa kehilangan tersebut.

***
Kini Dono masih mengenang cintanya bersama Wulan saat ia duduk sendiri di bawah pohon yang rindang di harinya yang panas. Dono meninggalkan tempat tersebut untuk menemui seseorang yang ia cintainya penggantinya Wulan, karena di jodohkan oleh Ibunya. Dono menerima gadis yang di jodohkan kepadanya. Rara, gadis cantik dari Palembang yang membuat Dono jauh mengerti lagi arti cinta sebenarnya.

"Cinta terkadang datang membuat diri ini bahagia. Ketika cinta itu pergi, hati ini bersedih. Waktu mengobati rasa sakit itu. Cinta datang lagi dan akhirnya aku bahagia lagi," kata Dono.

Dono pun bertemu dengan Rara. Keduanya berjalan di taman dengan penuh kebahagiaan.

Sunday, December 22, 2019

MENGHORMATI

Dono asik mengetik di leptopnya di ruang tamu. Indro lagi santai nonton Tv, ya beritanya sih menyambut hari natal gitu. Dono pun selesai mengetiknya dan langsung menyimpannya dengan baik, baru deh leptop di matikan. Dono pun membawa leptopnya di taruh di kamarnya, tepatnya sih di meja belajar.

Dono pun duduk bersama Indro, untuk menonton Tv.

"Don, apa tanggapan kamu dengan hari natal. Ya berkaitan dengan berita sih," kata Indro.

"Menghormati agama lain yang sedang merayakannya. Maka kita yang punya agama, satu saat merayakannya...maka akan di hormati. Tapi ingat, jangan ikut-ikutan untuk merayakan agama orang lain. Jadinya nanti pemahamannya jadi campur aduk. Cukup satu agama yang di jalankan dan kita yakinkan. Itu perintah dari aturan agama, penting itu," kata Dono.

"Berarti menghormati agama lain yang sedang merayakannya," tegas Indro.

"Udah lah jangan bahas lagi, aku ada urusan yang lain. Mau main ke rumah Rara," kata Dono.

"Tapi, Don bentar lagi menjelang magrib," kata Indro.

"Ya, aku kan bisa mampir ke mesjid dulu sholat magrib, baru deh ke tempat Rara, main gitu," kata Dono.

"Oh... gitu," kata Indro.

"Assalamualikum," kata Dono mengucap salam.

"Waalaikumsalam," jawab salam Indro.

Dono pun keluar rumah menuju rumah Rara. Ya Indro jojong nonton Tv. Baru seratus langkah Dono, azan magrib di kumandangkan. Dono pum melangkahkan kakinya menuju mesjid untuk melaksanakan sholat magrib bersama para warga sekitar yang menjalankan kewajiban muslim yang baik, sholat.

PERTARUNGAN

Pagi yang cerah banget. Seiya dateng bersama Mira, Lila dan Teo ke istana. Ternyata Raja Artur jadi bayi. Mira, Lila dan Teo memang terkejut dengan keadaan raja Artur yang jadi bayi. Sedangkan Seiya tidak terkejut sama sekali, biasa aja dengan keadaan raja Artur jadi bayi. Penasehat kerajaan, Lukas menceritakan kenapa jadi bayi? Karena raja Artur bertarung dengan raja Iblis dan akhirnya kalah dan dikutuk jadi bayi.

Lusy, putrinya raja Artur terus menjaga ayahnya dengan baik karena kembali jadi bayi lagi. Setelah mendengarkan cerita dari Lukas, penasehat kerajaan tentang raja Atur yang bertarung dengan raja Iblis, ya kalah gitu. Saiya berpikir ada keganjilan dari pertarungan raja Artur dengan raja Iblis.

Maka itu Seiya dan kawan-kawan meninggalkan istana dan tinggal di penginapan yang terkenal di kota. Esok harinya. Mira di undang raja Artur ke istananya. Sampai di istana. Di sebuah ruangan tempat pemujaan Dewi. Raja Artur kembali menjadi dirinya yang tua. Mira memang terkejut sih, raja yang sudah kembali menjadi dewasa....apalagi tua gitu. 

Raja Artur bercerita tentang pertarungan dengan raja Iblis dan akhirnya kalah karena kebenaran yang terjadi bahwa raja Iblis menunjukkan sifat asli dari diri raja Artur itu sendiri, maka itu ia berubah jadi bayi.

Raja Artur yang memuja Dewi selama hidupnya untuk mengalahkan raja Iblis, malah sekarang memuja raja Iblis karena keagungan dari raja Iblis. Raja Artur pun mendapatkan pedang yang bisa membunuh Dewi.

Mira, ketahuan oleh raja Artur kalau dirinya seorang Dewi. Dengan pedang di tangan raja Artur, langsung menyerang Mira. Ya Mira berhasil menghindari serangan raja Artur. Tapi karena di serang terus jadinya.....Mira terpojok juga dengan serangan raja Artur.

Pedang raja Artur sudah berada di lehernya Mira hanya satu jari. Seiya yang tahu keberadaan Mira bahaya karena di undang raja Artur di istana. Segera Seiya bergerak cepat dan menghantam pedang raja Artur.

Ya raja Artur mundur beberapa langkah sambil berkata "Pelayan setia Dewi telah datang, untuk melindungi Dewinya".

"Aku akan mengalahkan kamu," kata Seiya yang optimis.

Seiya mengeluarkan pedangnya satu lagi, jadi teknik pedang ganda.

"Apa dengan dua pedang bisa mengalahkan aku," kata raja Artur.

"Bisa," kata Seiya.

"Kalau begitu aku akan menggunakan kekuatan penuh," kata raja Artur.

Raja artur mengeluarkan pil yang di berikan raja Iblis dan segera menelan pil tersebut. Seketika raja Artur jadi muda lagi. Mulai raja Artur menyerang Seiya dengan pedang pembunuh Dewi. Seiya dapat mengimbangi serangan raja Artur.

"Hebat kamu, Seiya dapat mengimbangi aku," pujian raja Artur.

"Ini berkat latihan yang keras," kata Seiya.

Raja Artur pun menyerang lagi dengan pedangnya yang kuat dan Seiya mengimbanginya. Ya ternyata kalah Seiya, salah satu pedangnya terpental. Datenglah...Lila, Teo dan Lusy yang melihat pertarungan Seiya dengan raja Artur.

"Teo berikan pedang mu!" kata Seiya.

"Iya," kata Teo.

Teo pun melemparkan pedangnya ke Seiya. Ya di tangkap dengan baik pedang yang di lemparkan Teo. 

"Kita lanjutin pertarungan kita," kata Seiya.

Seiya mulai mengerahkan seluruh kemampuannya menyerang raja Artur dengan teknik pedang gandanya. Tapi ternyata Seiya terkena tebasan di dadanya oleh raja Artur.

"Anak muda kamu tidak bisa mengalahkan aku," kata raja Artur yang sombong.

Tahu-tahu, raja Artur terluka akibat tebasan pedang Seiya dan akhirnya tumbang jatuhnya ke lantai.

"Aku kalah," kata raja Artur.

Lila segera menolong Seiya yang terluka dengan teknik sihir penyembuhan. Lusy tidak mengganggap ayahnya telah menjadi pengikut raja Iblis. Seiya memberi nasehat yang baik pada Lusy dan akhir menerima ayahnya lagi, walau sudah berbuat salah....jadi pengikutnya raja Iblis dan mau membunuh Dewi, ya Mira itu.

Raja artur kembali menjadi tua lagi dan energi kegelapan yang merasukinnya menghilang dan akhirnya meninggal di pangkuan Lusy. Setelah pertarungan yang hebat. Seiya dan kawan-kawan kembali ke penginapan untuk istirahat. Esok harinya.

Seiya memutuskan tidak melanjutkan latihannya, ya jadinya sih bersenang-senang selama tiga hari. Mira, Lila dan Teo senang dengan keputusan Seiya yang tidak melanjutkan latihannya, tetapi bersenang-senang. Hari ini jugalah Seiya dan kawan-kawan bersenang-senang sepanjang hari selama tiga hari.

Saturday, December 21, 2019

DOSA....DOSA.....DOSA

Heru berjalan ke sana ke sini dengan pikiran penuh dengan pertanyaan. Terjadi perkelahiaan remaja, gara merebutkan seorang gadis yang sama-sama keduanya cintai. Warga sekitar mencoba melerai semua perkelahian dua remaja tersebut.

Heru bertanya ke salah satu warga untuk kejelasan dari pertengkaran dua remaja. Warga yang di tanya pun menjelaskan semuanya, sampai Heru memahami semuanya. Lalu Heru pergi dari situ sambil berpikir.

"Pertarungan konyol demi merebutkan satu gadis. Cinta adalah kebusukan dari pikiran dua remaja yang tidak tahu malu," celoteh Heru.

Heru terus berjalan ke sini sesuai keinginan dirinya yang masih memikirkan banyak pertanyaan. Terjadi kecelakaan mobil mewah menabrak truk. Semua warga mencoba menolong orang menabrakkan mobilnya ke mobil truk.

Heru pun bertanya pada salah satu warga yang mencoba menolong orang yang mengalami kecelakaan. Warga tersebut menjelaskan semua kejadian sampai Heru memahaminya. Lalu Heru pum pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Hidup ini singkat di buat singkat lagi oleh orang yang menabrakkan mobilnya ke mobil truk, karena orang tersebut mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk," celoteh Heru.

Heru pun berjalan terus dengan keinginan dirinya karena masih penuh dengan pikiran yang tanda tanya. Segerombolan orang bersorak-sorai, kata demo gitu. Orang-orang meneriakkan niat mereka semua untuk menyatakan perubahan sistem yang di buat pemerintah agar lebih pro rakyat lagi.

Heru pun terus menyaksikan demo besar-besaran masyarakat kepentingan tersebut.

"Bener aja jalan pemerintahan masih demo ini dan itu. Apalagi jalannya sistem pemerintahannya salah. Tetap saja manusia selalu menuntut ini dan itu demi kepentingan yang di picu oleh orang kepentingan yang ada di dalam gerombolan pendemo itu," celoteh Heru.

Heru berjalan lagi dengan penuh pertanyaannya di pikirannya. Saat berjalan ya cukup jauh. Terlihat anak kecil menangis memanggil orang tuanya yang telah meninggal dan tergeletak di jalan. Warga sekitar menolong orang meninggal tersebut dan anaknya. Ya Heru iba juga sih ya ikutan menolong juga, tapi karena telah di urus banyak orang jadi Heru lebih baik meninggalkan tempat tersebut.

"Kelahiran membawa keberuntungan bagi orang menjalankan, tetapi kematian membuat kesedihan bagi setiap orang yang di tinggalkannya. Dunia ini penuh siklus seperti itu. Anak kecil tidak berdosa pun harus rela kepergian orang tuanya yang meninggal karena serangan jantung tersebut," celoteh Heru.

Heru pun plong dengan pikirannya yang penuh dengan tanda tanya dengan melihat semua kejadian tersebut.

"Kadang lebih baik membimbing diri kaya Biksu dengan banyak pantangan yang di jalankan dalam hidupnya. Cinta yang terjadi pada dua remaja merebutkan gadis yang di cintai adalah kehancuran saja. Orang yang kecelakaan mobil pun karena minum keras itu pun membawa kehancuran juga. Masyarakat yang berdemo pun, itu di pengaruhi oleh orang kepentingan pun membawa kehancuran juga. Sampai anak kecil kehilangan orang tua karena meninggal karena serangan jantung pun, itu pun membawa penderitaan juga pada anak kecil yang tidak tahu, kadang lebih baik tidak menikah kalau di dalam tubuh punya penyakit di idap dari pada membuat penderitaan anak tersebut. Dosa.....dosa....dosa manusia yang menjalankan hidup," celoteh Heru.

Heru pun sampai di rumahnya. Pertanyaan di pikiran pun telah hilang semuanya. Maka itu Heru mulai menjalankan kehidupan seperti biasanya berjualan dengan mengambil barang dari temannya yang punya modal besar gitu.

"Ini hidup yang harus di jalankan demi menyambung hidup. Karena hidup harus di jalankan sesuai rencana masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jalan ku masih lebih baik dari orang-orang yang mengalami petaka hari ini di karenakan kesalahan yang di perbuat mereka semuanya," celoteh Heru.

Heru pun berjualan dengan pikiran lurus banget demi kelangsungan hidupnya.

Monday, December 16, 2019

HARIMAU! HARIMAU!

Ketika Wak Katok sadar dari pingsannya, dia mencoba duduk, tetapi dia tak dapat menggerakkan tangan dan kakinya, dan kemudian dia tahu, bahwa dia diikat. Kemudian dia teringat apa yang terjadi. Pak Haji yang jatuh tersungkur ditembaknya dan kemudian pergumulannya dengan Buyung. Dia membalikkan kepalanya dan melihat mayat Pak Haji di sampingnya. Dia terkejut. Dia melihat Buyung dan Sanip yang duduk membelakangi pondok dekat api. Hati Wak Katok jadi senang sedikit. Buyung dan Sanip akan dapat dikalahkannya. Mereka masih muda dan belum berpengalaman. Dia akan menakuti mereka. Dia mengangkat suaranya memanggil Buyung. Buyung dan Sanip berdiri dan masuk ke pondok.

"Lepaskan aku," kata Wak Katok, dan sinar matanya mengandung kemarahan dan kebencian.

Buyung dan Sanip diam saja.

"Lepaskan aku, mengapa kalian ikat aku?"

"Wak Katok sudah membunuh Pak Haji," kata Buyung.

"Bukan salahku. Mangapa aku kalian serang?"

"Wak Katok mengirim kami mati," kata Buyung.

"Lepaskan aku, kalau tidak kumanterai kalian. Akan mati kalian, mati dengan perut gembung, aku kirim setan dan jin menyerang kalian, aku sumpahi kalian tujuh turunan......" Dia berhenti, melihat Buyung tersenyum kepada Sanip, dan Sanip tersenyum kembali kepada Buyung.

Buyung teringat sesuatu dan membuka ikat pinggangnya yang menutupi tali-tali jimat yang mengelilingi pinggangnya. Jimat-jimat itu diberikan kepadanya oleh Wak Katok. Dilepaskannya tali jimat perlahan-lahan, digumpalkannya, dan diperlihatkannya kepada Wak Katok, dan kemudian dengan lambatnya lalu dilemparkannya ke api unggun.

"Lepaskan aku, nanti aku beri engkau mantera yang membuat Zaitun tergila-gila padamu," katanya.

"Manteramu palsu, jimatmu palsu, pimpinanmu palsu, engkau palsu" kata Buyung.

"Dan," tambah Buyung dengan kebanggaan dan kesadaran baru" aku akan kawin dengan Zaitun karena dia cinta padaku, bukan karena mantera dan jimat."

"Akan kalian apakan aku?" tanya Wak Katok, dengan suara gemetar.

"Dibawa ke kampung dan diserahkan kepada polisi," kata Buyung.

"Oh, jadi kalian menyangka, kalian dua orang muda yang tak berilmu, akan dapat menangkap Wak Katok? Kalian tak percaya pada ilmuku, pada sihirku, ha? Ha-ha-haaaaaa. Baiklah kita nanti akan melihat tukang siapa yang tinggal di hutan ini, dan siapa yang akan pulang ke kampung....kalian bangsat-bangsat yang tak tahu terima kasih pada guru.....awaslah......" dan Wak Katok mengancam-ancam mereka  lagi, serta menakuti mereka.
....

Esok paginya, Sanip dan Buyung memandikan mayat Pak Haji, menyembahyangkan mayat, dan kemudian menguburkan Pak Haji. Kemudian mereka masak dan makan, dan menyediakan perbekalan,  dan Buyung membuka ikatan kaki Wak Katok, tetapi membiarkan tangannya tetap terikat.

"Ke mana kita?" tanya Wak Katok.

"Memburu harimau," kata Buyung.

"Apaaaa?' Wak Katok berteriak ketakutan," Kalian bawa aku berburu harimau sedang tanganku terikat? Sedikitnya beri aku parang dan buka ikatan tanganku."

"Tak ada gunanya Wak Katok diberi senjata. Waktu Wak Katok memegang senjata  dan berkuasa, Wak Katok tak dapat memakainya untuk membunuh harimau, tapi Wak Katok sendiri yang jadi harimau," jawab Buyung.

....

Mereka makan dalam keadaan siap sedia. Setelah selesai makan, Buyung berbisik pada Sanip, dan kemudian memberi isyarat pada Wak Katok.

"Kaki Wak Katok kami ikat lagi," katanya.

"Mengapa?" tanya Wak Katok.

"Ikut sajalah perintah," kata Buyung.

Akan tetapi, Wak Katok hendak lari, dan Buyung berseru, "Larilah, harimau telah menunggu."

Dan Wak Katok berhenti, tertegun, ketakutannya pada harimau lebih besar lagi. Dia membiarkan kakinya diikat, dan kemudian Buyung dan Sanip menyadarkannya ke pohon, dan sebelum Wak Katok menyadari apa yang mereka lakukan terhadap dirinya, maka Buyung dan Sanip telah mengikatkan badannya ke pohon.

"Kalian buat aku jadi umpan harimau?" matanya terbelatak dan lidahnya hampir kelu.

"Ya," kata Buyung, "tetapi jangan takut, kami lindungi jiwa Wak Katok."

"Tapi bagaimana kalau tembakanmu meleset?" tanya Wak Katok dengan suara gemetar.

"Pakailah segala ilmu Wak Katok untuk membuat tembakanku tepat sekali," jawab Buyung.

"Tidak, tidak, tak boleh engkau buat begitu," seru Wak Katok, "Apa dosaku, maka aku disiksa serupa ini?"

"Dosa Wak Katok? kata Buyung, "Dengarlah, dosa-dosa Wak Katak dahulu kami lupakan, dosa Wak Katok dengan Siti Rubiyah kami lupakan, dosa Wak Katok hendak membunuh kami, dan telah membunuh Pak Haji, kami maafkan, dan biarlah hakim yang mengadili Wak Katok di dunia ini, dan Tuhan nanti di akhirat untuk dosa-dosa itu semuanya. Tetapi Wak Katok di dunia ini, dan Tuhan nanti di akhirat untuk dosa-dosa itu semuanya. Tetapi Wak Katok telah menipu orang banyak, Wak Katok katanya guru dan pemimpin, tapi Wak Katok telah memberi pelajaran palsu, mantera palsu, jimat palsu, pimpinan palsu. Dalam hati Wak Katok selama ini bukan manusia yang bersarang, tetapi harimau yang buas. Kami hanya hendak mengumpan harimau dengan harimau........"

Lalu Buyung memberi isyarat pada Sanip dan mereka berdua menjauhkan diri, kira-kira lima belas meter dari tempat Wak Katok terikat di pohon. Mula-mula Wak Katok diam, akan tetapi ketakutannya semakin membesar. Hutan terasa hening dan sepi. Daun-daun seakan tak bergerak sedikit pun juga. Dia tak lagi dapat menahan diri, dia hendak berteriak, akan tetapi tiba-tiba timbul pula takutnya lebih besar lagi, jika dia berteriak, harimau akan lebih mudah mendengarnya,  dan akan lebih cepat tiba. Akan tetapi, jika dia tak berteriak, harimau pun akan datang .... Ah, telah tibakah harimau, itu suara napas mengembus-hembus di dalam belukar .... krekek-krekek dalam dan daun kering .... Wak Katok tak lagi dapat menahan dirinya, dan berteriak sekeras-kerasnya, teriak manusia yang dicekik kengerian dan ketakutan hati, teriak manusia primitif ketika melihat maut hendak datang hinggap di bahunya.

"Buyuuuuung! di mana engkauuuuuu???? Aduuuuuuh, tolooooong!!! Tolooooooong !!! Kalian tinggalkan aku sendiriiiiiii! Bohong kalian, kalian meninggalkan akuuuuuuu! Bayuuuuuuuu!!! Toloooooong!!"

Lama dia berteriak dan menjerit demikian, hingga suaranya serak, dan setelah dia letih berteriak, dia menangis terisak-isak, lalu menjanjikan uang, sawah dan rumah kepada Buyung dan Sanip, dan ketika ini juga tak berhasil, lalu dia mencoba mengadu Sanip melawan Buyung, menjanjikan Sanip uang, ilmu, harta, asal Sanip mau melepaskannya.

Kemudian dia menangis kembali, dadanya seakan hendak pecah. Sanip sampai tak tahan, dan berbisik padaa Buyung, "Tak kasihan engkau?"

Tetapi Buyung menggelengkan kepalanya. Kemudian tiba-tiba Buyung mengangkat kepalanya. Sebuah tali nalurinya seakan dipetik berdering ... dia mengangkat senapan perlahan-lahan. Belum ada sesuatu yang terdengar.

Mereka menunggu dengan hati berdebar-debar. Kemudian mereka mendengar seakan ada sesuatu bergerak dalam belukar di depannya. Perlahan dan halus sekali. Hanya mata yang amat tajam sekali dan yang memperhatikannya dengan saksama dapat membedakan gerakan itu dengan gerakan daun dan dahan yang dibuai angin. Perlahan-lahan belukar di depan mereka tersibak, dan mereka melihat muka harimau muncul, muka harimau yang telah memburu-buru mereka berhari-hari, yang telah menimbulkan korban begitu banyak di antara mereka. Kini mereka berhadap-hadapan. Hamariu itu memperhatikan tempat yang agak terbuka di hadapannya dan kemudian menegangkan tubuhnya dan sebuah geram kecil timbul di dalam rongga dadanya. Dia melihat kepada Wak Katok yang terikat bersandar ke pohon di hadapannya dengan kepala terkulai. Wak Katok telah beberapa waktu diam, karena keletihan. Akan tetapi dia mengangkat kepalanya ketika mendengar harimau menggeram kecil, dan melihat muka harimau, hanya sepuluh meter di depannya, dia membuka mulutnya hendak menjerit, akan tetapi tiba-tiba kepalanya jatuh terkulai, dan yang keluar dari mulutnya hanyalah bunyi napas yang dikejutkan keluar, dan bunyi erang ketakutan yang menyayat hati.

Harimau itu merendahkan badannya, siap hendak melompat .... Buyung membidik hati-hati... membidikkan senapan tepat ke tengah antara kedua mata harimau. Dengan gembira dia melihat tangannya tak gemetar. Sepanjang hari hatinya selalu bertanya-tanya, dan dia merasa khawatir, apakah dia tidak akan ketakutan dan tak kuasa membidik, tanggannya dan seluruh badannya akan gemetar jika melihat harimau. Akan tetapi kini dia merasa seluruh badannya akan gemetar jika melihat harimau. Akan tetapi kini dia merasa seluruh badan dan pikirannya tenang. Dia tahu apa yang dilakukannya, dia menginsyafi bahaya bahaya besar yang mereka hadapi, dia yakin pada dirinya sendiri. Kemudian melintas dalam kepalanya, dia dapat juga membiarkan harimau menerkam Wak Katok dahulu, biarlah Wak Katok dibunuh harimau, dan kemudian baru dia menembak .... Hatinya tertarik pada pikiran ini .... tetapi dia seakan mendengar bisikan Pak Haji - bunuhlah dahulu harimau dalam hatimu sendiri .... Buyung membidik hati-hati, memberatkan jari telunjuknya pada pelatuk senapan, menunggu .... dan ketika harimau membuka mulutnya mengaum yang dahsyat dan melantarkan badannya menerkam ke arah Wak Katok, pada saat yang sama benar, Buyung menarik pelatuk. Letusan senapan yang keras dan dahsyat berkumandang bergelombang di dalam hutan, bercampur dengan pekik erangan harimau ditahan oleh sebuah tangan raksasa yang maha kuat di udara, dan harimau terhempas di tanah satu meter dari tempatnya melompat, meronta-ronta sebentar di tanah, dan kemudian diam, mati terbujur.


Karya: Mochtar Lubis. 

CERMIN ANTIK

Rose terus memandangi dirinya di depan cermin. Sebuah cermin antik yang sudah ada sejak ia dilahirkan, kira-kira sudah berusia ratusan tahun. Tak henti-hentinya Rose mengelus-elus wajah cantiknya itu.

“Wahai cermin ajaib! Apakah aku sudah kembali menjadi wanita tercantik di kota ini?” ucap Rose tersenyum ke arah cermin.

“Ya tuanku. Sekarang tuanku kembali lagi menjadi wanita tercantik di kota ini, tapi sungguh sangat disayangkan…” Si cermin mulai mengeluarkan kata. “Kecantikan tuanku sekarang ini tak akan bertahan lama, beberapa hari lagi tuanku akan kembali menjadi wanita yang buruk rupa,” lanjut si cermin hingga membuat Rose tersentak kaget.



Sore itu hujan turun dengan lebatnya membasahi bumi. Seorang gadis tampak setengah berlari mencari tempat untuk berteduh. Bajunya basah kuyup karena mulai tadi ia tak kunjung mendapatkan tempat untuk berteduh. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat sebuah rumah yang sangat besar dan megah. Ia pun segera berlari menuju ke rumah itu.

“Tok… tok… tok…” pintu bercat putih diketuk gadis itu berulang kali.

“Apa ada orang di rumah?” teriak gadis itu sambil mengetuk kembali pintu bercat putih itu.

Pintu rumah terbuka lebar. Tampaklah wanita cantik ke luar dengan mengenakan gaun putih bermotif bunga.

“Masuklah ke dalam! Hujan masih sangat deras. Tubuhmu sudah menggigil kedinginan,” ajak Rose dengan ramah.

“Terima kasih,” tanpa ragu gadis itu segera masuk ke dalam.

Gadis itu sangat takjub melihat interior rumah itu. Banyak sekali barang-barang antik yang dipadupadankan dengan desain rumah yang bergaya modern. Rose memperlakukan gadis itu dengan sangat ramah. Ia mengganti pakaian gadis itu yang basah kuyup dengan salah satu baju hangatnya yang terlihat mahal. Ia lalu menyuguhkan makanan dan minuman hangat pada gadis itu. Dengan malu-malu gadis itu makan.

“Ikutlah denganku! Ada yang ingin aku tunjukkan padamu!” ajak Rose tiba-tiba.

“Kemana nyonya…?”

“Panggil aja aku Rose! Nanti kau akan tau. Ikutlah denganku sebentar!” Rose menarik tangan gadis itu dan pergi ke suatu tempat.

Rose dan gadis itu sampai ke sebuah ruangan. Ruangan yang tak terpakai tapi tampak sangat bersih. Ada beberapa rak buku dan sebuah cermin antik yang mengisi ruangan tersebut.

“Wahai cermin ajaib! Datanglah padaku!” ucap Rose tiba-tiba sambil mengangkat kedua tangannya dan mengarahkannya ke cermin antik.

Gadis itu terkejut sekaligus bingung dengan apa yang dilakukan Rose pada cerminnya.

“Wahai cermin ajaib! Datanglah padaku, pada tuanmu! Aku sudah membawakan apa yang kamu inginkan.” Rose menarik tangan gadis itu dengan kasar dan menunjukkannya ke cermin antik.

“Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!” gadis itu berusaha melepaskan genggaman tangan Rose yang sangat erat.

“Diamlah!”

“Apa kau gila? Kau bicara pada cermin. Sebaiknya kita pergi dari sini, Rose!”

“Apa tuaku sudah membawakan apa yang aku minta?” ucap cermin antik tiba-tiba.

“Ya, ini dia,” ucap Rose sambil menunjukkan genggaman tangannya pada cermin.

Rose melepaskan genggaman tangannya pada gadis itu dan pergi entah kemana, meninggalkannya bersama cermin antik. Gadis itu sangat terkejut melihat cermin antik milik Rose yang baru saja berbicara. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Berulang kali ia mengucek mata dan mencubit tangannya, berharap ini semua hanya mimpi.

“Wahai gadis cantik! Kau tidak perlu takut padaku. Sebentar lagi kau akan menjadi milikku,” ucap si cermin tertawa.

“Apa maksudmu?” gadis itu perlahan-lahan mundur menjauhi cermin.

BRUK!

Sebuah balok kayu mendarat langsung di kepalanya. Gadis itu jatuh terkulai lemah. Darah mengalir deras di kepalanya. Matanya melihat ke arah Rose seakan tak mengerti apa yang dilakukan Rose padanya. Rose lalu menghadapkan wajahnya ke wajah gadis itu. Wajah gadis itu seketika berubah menjadi tua.

“Apa salahku padamu, Rose? Kenapa kau lakukan ini padaku?” tanya gadis itu dengan suara yang hampir tak terdengar.

Rose tak mempedulikan gadis itu. Ia lalu menyeret tubuh gadis itu ke arah cermin.

“Apa yang kau lakukan? Jangan lakukan itu! kumohon jangan!” pinta gadis itu dengan napas yang tersengal-sengal.

Rose meletakkan tubuh gadis itu di depan cermin. Dengan sekejap cermin menghisap tubuh gadis itu.

“Kerja yang bagus tuanku! Sekarang tubuh dan jiwa gadis ini adalah milikku,” ucap si cermin antik tertawa.

“Ambil saja tubuh dan jiwanya! Aku sama sekali tak peduli. Walaupun seumur hidup aku harus menumbalkan seorang gadis padamu, yang penting selamanya aku akan tetap menjadi wanita tercantik,” ucap Rose tersenyum sambil memandangi dirinya di depan cermin antik.


Karya : Betry Silviana

SEBUAH FIRASAT

“Preng..”

Terdengar pecahan kaca, dari dapur. Tak ada angin yang masuk, hari ini hari yang cerah. Aku menoleh ke dapur, sebuah bingkai foto yang pecah. Yang membaca ini, aku yakin pasti ia akan bingung, mengapa sebuah bingkai ada di dapur. Entahlah, tapi itu selalu berada di sana. “Ibu kok bingkai ini pecah?” tanyaku agak heran.

“Tidak tahu..” ibu menjawab singkat, tampaknya ia tampak biasa saja. Wajahnya datar, tak ada ekspresi.

Tiba-tiba, angin berhembus kencang, perasaan cemas menghantuiku. Aku mempunyai firasat buruk, apa itu? Aku pun tak tahu. Yang pasti firasat itu adalah firasat buruk! Namun, wajah ibu tetap datar dan diam. Aku menutup jendela, dan membereskan pecahan kaca. Aku kembali memajang foto kami satu keluarga dengan bingkai yang botak. Aku menatap foto itu, wajahku yang ada di sana, mataku tampak berubah, jadi lebih aneh, aku bergidik ngeri. Terdengar suara geledek, aku takut dan langsung masuk ke kamar, dan menyelimutiku dengan selimut yang hangat. Mulutku berkomat-kamit membaca doa, berharap tak ada yang terjadi hari ini ataupun esok. Hujan mulai turun, hujan yang deras, sesaat aku bingung, bagaimana hujan deras bisa turun saat musim kemarau panjang ini. Ibu masuk ke kamarku dengan tatapan kosong.

“I… I… Ibu.. Kenapa?” tanyaku bergetar.

Namun, ibu hanya diam. Ia duduk di sebelahku, ia terdiam. Aku ketakutan, sampai hujan reda, aku berlari keluar. Tiba-tiba, aku tertabrak mobil, dan aku tak sadarkan diri.

“Dok bagaimana keadaannya?” samar-samar aku mendengar suara kakakku dan dokter berbicara.

“Ada beberapa syaraf di matanya yang rusak. Jadi, ia mengalami kebutaan. Tenang saja, kebutaannya tidak permanen. Dibutuhkan pendonor mata,” ujar dokter dengan raut yang sedih. “Terima kasih dok.” jawab kakakku lemas.

Jariku mulai bergerak-gerak. Mataku terbuka perlahan, aku tak bisa melihat apa-apa, aku pun berteriak.

“Kakak, aku kenapa kakak? Aku tidak bisa melihat, hidupkan lampunya kakak, aku takut!” aku berteriak dengan histeris sambil menangis.

“Sayang, sabar ya. Kamu mengalami kebutaan…” kakak ikut menangis sambil memelukku.

Aku terdiam, ternyata yang dibicarakan kakak dan dokter benar. Firasatku kemarin juga benar, bentuk mataku yang berubah menandakan aku mengalami kebutaan. Aku mulai menangis, aku harap nantinya ada seseorang yang ingin mendonorkan mata untukku. Aku menghela napas, sejauh itukah ujianku selama ini? Tapi, aku kembali berpikir, bagaimana dengan ibu? Kenapa dia kemarin? Apa ada pertanda buruk lainnya? Gumamku dalam hati. Aku harap, firasat ini tidak terjadi lagi. Aku sungguh takut kehilangan teman dan lainnya.


Karya : Tita Larasati Tjoa

PETUALANGAN DI DUNIA PENYIHIR

Di sebuah desa, ada seorang gadis penyihir yang bernama Levi, ia bermata hijau dan berambut pirang. Levi adalah penyihir tumbuhan, ia juga pandai meracik ramu-ramuan, setiap hari ia pergi ke hutan untuk mencari tanaman yang akan ia jadikan obat. Senja hari saat Levi selesai mencari tanaman dan akan kembali pulang, tiba-tiba.

“Bruuukk,” terdengar ada sesuatu yang jatuh.

“Suara apa itu?” Tanya Levi dalam hati.

“Tolong… Apakah ada orang?”

“Oh, kakimu terkena lendir dari 1mashou, ini harus segera diobati,”

“Tolong aku, ini sakit,”

“Ayo ke rumahku, itu tidak jauh dari sini,”

“Tapi aku tidak bisa berjalan,”

“Baiklah aku bantu berdiri, ulurkan tanganmu,”

“Terima kasih,”

Di rumah Levi.

“Aloe ha kaifukusuru,” Levi membaca mantera dan membalut kakinya dengan tanaman obat. “Untunglah segera diobati jika tidak lukamu akan menyebar, tetapi kenapa kau bisa bertemu hewan buas seperti 1mashou, bukankah hewan itu hanya ada di hutan mephisto yang katanya memiliki banyak sihir jahat.

“Itu benar, tapi aku harus ke sana untuk mencari taman amahara yang ada di balik hutan tersebut dan mengambil tanaman 2hedyotis coryrubosa, obat untuk ibuku yang sedang sakit 3pneumonia,”

“Kau memang pemberani, siapa namamu?”

“Aku Rei, Suzuru Rei, dan kau siapa?”

“Aku Levi Kanazuki, kau bisa memanggilku Levi,”

“Ehh, terima kasih karena sudah menolongku, jadi apa yang bisa aku lakukan untuk membalas budimu,”

“Kalau begitu, kau harus pergi ke hutan larangan dengan melewati ghoul dan mengambil green man, apa kau siap?

“Tapi, bukankah itu mustahil?”

“Hahaha, kau lucu sekali Rei,”

“Jadi kau hanya bercanda Levi,”

“Hehehe, apakah kau mau menjadi temanku, seorang teman kan sudah sewajibnya saling tolong menolong, bukankah begitu,”

“Tentu saja, terima kasih Levi, aku tidak tahu jika aku tidak bertemu gadis sebaik dirimu, mungkin aku sudah mati,”

“Berhentilah berterima kasih, bagaimana jika aku membantumu mencari tanaman hedyotis corymbosa,”

“Baiklah, terima kasih Levi,”

—-

Note:

1) Mashou: Hewan seperti serigala yang memiliki 2 kepala dan salah satu kepalanya mempunyai lendir yang bisa membakar kulit.

2) Hedyotis coryrubosa: Rumput muatiara

3) Pneumonia: Sakit infeksi pada paru-paru dikarenakan bakteri/virus.


Karya : Nanda’C

CAMPUR ADUK

JEFF, WHO LIVES AT HOME

Malam hari, ya bintang berkelap-kelip di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus....FTV di chenel AllPlay Ent, ya seperti bia...

CAMPUR ADUK