CAMPUR ADUK

Friday, November 19, 2021

AGAMA

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. 

"Eko," kata Budi. 

Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng. 

"Apa?!" kata Eko. 

Eko mengambil tahu goreng di piring, ya makan dengan baik lah tahu goreng. 

"Aku ingin membicarakan sesuatu," kata Budi. 

"Bicara saja!" kata Eko. 

"Yang aku bicarakan ini. Apa bisa jadi masalah apa tidak ya?!" kata Budi. 

"Memang yang mau diomongin apa?!" kata Eko. 

"Agama," kata Budi

"Kalau agama, ya tidak akan jadi masalah. Hal biasa. Cuma sekedar obrolan. Apalagi kita ini, ya hanya lulusan SMA, ya masih kurang ilmu ini dan itu, ya pemahaman gitu," kata Eko. 

"Kalau tidak jadi masalah, ya aku omongin lah!" kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Eeeemmmm. Tapi di pikir dengan baik. Kalau ngomongin agama, ya kena masalah sih," kata Eko dengan niatnya becanda. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Beneran Eko. Kalau ngomongin agama akan jadi masalah?!" kata Budi. 

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Bisa sih jadi masalah. Kalau ada urusannya dari fitnah sampai urusan terorisme, ya maksudnya ada kaitan dengan terorisme," kata Eko. 

"Beneran Eko?!" kata Budi. 

"Becanda Budi!" kata Eko. 

"Oooo becanda toh!" kata Budi. 

"Jadi apa yang mau di omongin Budi tentang agama?!" kata Eko. 

"Kalau saja agama tidak lahir di muka bumi ini, ya gimana Eko?!" kata Budi. 

"Ooooo yang mau di bicarakan tentang agama, ya kalau agama tidak terlahir di muka bumi. Ya kalau di pikir dengan baik, ya Budi. Tidak ada perselisihan antar agama sampai urusan terorisme," kata Eko. 

"Jadi malah lebih baik agama tidak lahir di muka bumi ini, ya perselisihan antar agama sampai urusan terorisme juga tidak ada," kata Budi. 

"Agama tidak ada, ya manusia malah lebih berbahaya lagi. Ya bertindak semau-maunya kaya manusia zaman purba," kata Eko. 

"Iya juga ya. Agama tidak ada. Manusia, ya bertindak kaya manusia zaman purba, ya binatang," kata Budi. 

"Maka itu. Lebih baik agama lahir di muka bumi ini, ya tujuannya membimbing manusia yang memiliki nilai berbudi pekerti yang baik, ya agar hidup di jalan kebaikkan dan hidup saling berdampingan dengan baik antar suku bangsa lah," kata Eko. 

"Pada akhirnya. Memang lebih baik agama lahir di muka bumi ini. Ada pun perselisihan antara agama satu dengan lain, ya di anggap pertengkaran anak kecil yang belum mengerti ilmu ini dan itu, ya harus di bimbing dengan baik, ya agar paham ini dan itu," kata Budi. 

"Ya bisa di bilang sih. Ujian hidup di muka bumi ini," kata Eko. 

"Ya Eko...lebih baik main ular tangga saja!" kata Budi. 

"Main ular tangga, ya boleh lah!" kata Eko. 

Budi telah mengambil barang di bawah meja, ya di taruh atas mejalah. Budi dan Eko main ular tangga lah.

"Kalau agama tidak ada. Berarti kita akan menjalankan aturan adat istiadat ya Eko?!" kata Budi.

"Kalau agama tidak ada, ya kita menjalankan aturan adat istiadat berdasarkan nenek moyang yang di turunkan kepada orang tua kita, ya sampai ke kita. Ya di pikir dengan baik, ya adat istiadat juga, ya bisa di bilang agama," kata Budi.

"Kalau di pikir dengan baik, ya adat istiadat, ya agama sih," kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Tapi kenapa adat istiadat kalah dari agama yang datang dari negeri asalnya agama?!" kata Eko.

"Mungkin pendekatan agama, ya masuk ke dalam lapisan tiap suku yang ada di negeri ini," kata Budi.

"Emmmmm. Pendekatannya, ya memang baik sih pendekatannya. Agar orang-orang masuk ke dalam agama," kata Eko.

"Kalau begitu tidak perlu bahas lebih jauh. Ya lebih baik fokus main ular tangganya!" kata Budi.

"Ok!" kata Eko.

Eko dan Budi main ular tangga dengan baik.

Thursday, November 18, 2021

SI KABAYAN

Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang baca buku Bahasa Indonesia yang ada cerita cerpen dengan judul 'Si Kabayan', ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum teh gelas lah. 

Isi cerita cerpen yang di baca Budi :

Alkisah, zaman dahulu hidup seorang lelaki di tanah Pasundan atau sekarang Jawa Barat, bernama Kabayan. Si Kabayan terkenal sangat pemalas, bodoh, tapi anehnya banyak akal. Akal bulusnya sering ia gunakan untuk mendukung sifat malasnya. Si Kabayan telah memiliki istri bernama Nyi Iteung. Mertua Kabayan sudah sangat kesal dengan sifat menantunya. Ia sering memarahi menantunya tapi Si Kabayan selalu saja punya akal bulus dalam menghadapi mertuanya. 

Pada suatu hari Si Kabayan di suruh oleh mertuanya untuk mengambil tutut di sawah. Tutut adalah sejenis siput-siput kecil di sawah. Biasa tutut-tutut sawah di masak menggunakan bumbu-bumbu dengan cara di rebus. Si Kabayan menuruti perintah mertuanya untuk mencari tutut di sawah. Ia pergi ke sawah tapi malas-malasan. 

Setibanya di sawah, Si Kabayan bukannya mencari tutut tapi malah duduk-duduk santai di pematang sawah. Mertua Kabayan lama menunggu di rumah tapi Si Kabayan tak juga kunjung datang. Akhirnya mertua Kabayan menyusul ke sawah. Sesampainya di sawah, mertua Kabayan marah bukan main. Ia mendapati menantunya tengah duduk-duduk santai di pematang sawah. 

“Hai Kabayan! Aku suruh mencari tutut tapi engkau malah enak duduk-duduk. Dasar pemalas!” teriak mertuanya.

“Aduh Abah, aku takut mau turun ke sawah, soalnya sangat dalam. Coba lihat Abah! Saking dalamnya, langit sampai terlihat di air sawah.” kata Kabayan beralasan.

Karena kesal melihat kemalasan menantunya, Mertua Si Kabayan kemudian mendorong tubuh menantunya hingga terjatuh ke sawah. Si Kabayan terjatuh ke sawah sambil tersenyum-senyum. 

“Aduh Abah, tenyata sawahnya dangkal ya.” 

Ia kemudian mengambil siput-siput kecil di sawah. Suatu ketika Si Kabayan sakit. Ia menderita sakit pilek dan batuk. Selama seharian Si Kabayan hanya meringkuk di dalam kamarnya. Pada malam sebelumnya Si Kabayan memang kehujanan sepulang dari rumah Pak RT. Nyi Iteung merasa kuatir melihat kondisi Kabayan. Nyi Iteung lalu mengajak Kabayan pergi ke Puskesmas. Singkat cerita, Kabayan diantar Nyi Iteung pergi ke Puskesmas dekat rumahnya. 

Pak Mantri dengan ramah kemudian memeriksa Kabayan. Ia mengatakan bahwa Kabayan hanya sakit pilek dan batuk biasa. 

“Kang Kabayan hanya sakit pilek biasa. Ini saya beri 2 macam obat. Asalkan makan cukup, minum obat sesuai resep dan beristirahat, Kang Kabayan akan segera sembuh.” kata Pak Mantri. 

Pulang dari Puskesmas, Kabayan merasa yakin bahwa sakitnya akan segera sembuh. Pak Mantri, memberinya 2 macam obat yang harus di minum, yaitu obat pilek dan obat batuk. Sesampainya di rumah, Nyi Iteung menyiapkan makanan dan obat untuk di minum Kabayan. Kabayan pun segera makan dan meminum obatnya kemudian tidur istirahat. Sore harinya ketika Kabayan bangun tidur. Ia sadar sudah waktunya harus minum obat. Tapi Nyi Iteung tidak nampak. 

“Nyi Iteung kemana nih? Sudah waktunya minum obat. Mungkin Nyi Iteung lagi ke rumah Abah.” pikir Kabayan. 

Setelah makan makanan di meja makan, Kabayan meminum obat yang didapatnya dari Puskesmas. Tidak lama kemudian Nyi Iteung datang. Ia merasa heran melihat Kabayan tengah meloncat-loncat di dalam rumah. 

“Akang Kabayan kan masih sakit, kenapa meloncat-loncat? Kang Kabayan, udah sembuh? Lagi olah raga ya?” tanya Nyi Iteung.

 “Bukan olah raga Nyi.” kata Kabayan sambil terengah-engah. “Tadi Akang habis minum obat tapi lupa baca tulisan di botol obat batuk. Disitu ditulis, kocok dahulu sebelum diminum. Makanya Akang sekarang loncat-loncat biar obatnya di kocok.” kata Kabayan lagi. 

Rupanya Kabayan meloncat-loncat supaya obatnya bisa di kocok di dalam perut.

“Aduh Kang Kabayan...Ga usah loncat-loncat gitu...” Nyi Iteung berteriak.

Suatu hari Nyi Iteung lagi datang manjanya. Entah kenapa Ia sangat ingin makan buah Nangka. Nyi Iteung lalu mendatangi sang suami tercinta, Si Kabayan. 

“Kang Kabayan, Iteung teh lagi ingin makan buah Nangka, tolong atuh Kang di ambilin Iteung buah Nangka di pohon. Kan udah ada yang mateng tuh.” kata Nyi Iteung sambil menunjuk pohon nangka.

”Iya Nyi, Akang ambilin nangka. Jangankan cuman naik pohon nangka, naik kapal aja akang mau demi Nyai mah.” kata Kabayan. 

Ia kemudian pergi ke dapur mengambil golok. Dengan golok dipinggang, Si Kabayan dengan sigap naik pohon nangka yang lumayan tinggi dan banyak cabangnya. Begitu sampai di atas pohon nangka, Kabayan segera menebas sebutir buah Nangka masak menggunakan goloknya. Bag...big...bug... begitu suara buah Nangka jatuh terkena dahan-dahan pohon sebelum sampai di tanah. Si Kabayan menyukai suara nangka jatuh. Ia menganggapnya seperti suara musik merdu. 

“Wah enak euy suara nangka jatuh, merdu sekali seperti musik. Bagaimana kalo golok saya lempar ke bawah? Suaranya pasti lebih merdu.” gumam Si Kabayan.

Kemudian Kabayan menjatuhkan goloknya. Tang..ting..tung..tang..ting..tung..teng.. begitu suara golok menimpa dahan dan akhirnya jatuh di tanah. 

“Waduh bagus suaranya ya.” kata Si Kabayan.

“Coba saya jatuhkan yang ini pasti suaranya lebih merdu lagi.” kata Si Kabayan. 

Tiba-tiba terdengar suara berisik “Gubrak! waduh! brug! aawww! hek! aduh! buk! Iteeeeeung!!! Tolongin akang Iteung.” teriak Kabayan kesakitan. Ternyata Si Kabayan menjatuhkan tubuhnya sendiri. Hari lainnya, Si Kabayan disuruh mertuanya memetik buah nangka matang. Pohon nangka tersebut terletak di pinggir sungai, dimana tangkainya menjorok di atas sungai. Si Kabayan memanjat pohon nangka dengan malasnya. Ia takut mertuanya marah besar jika ia tak menuruti perintahnya. 

Diatas pohon ia melihat ada buah nangka telah matang. Dipetiknya buah nangka matang tersebut. Tapi sayang, karena cukup sulit, buah nangka tersebut jatuh ke dalam sungai. Si Kabayan membiarkan buah nangka matang hanyut di sungai. Ia kemudian pulang ke rumah mertuanya. Di rumah, mertuanya nampak kesal ketika melihat menantunya pulang tanpa membawa buah nangka matang yang ia minta. 

“Mana buah nangka matang yang aku minta petik?” Tanya mertuanya.

“Loh, bukannya buah nangka yang aku petik tadi sudah sampai duluan? Waktu kupetik, buah nangka itu jatuh ke sungai. Nampaknya ia ingin berjalan sendirian. Makanya aku biarkan ia berjalan sendirian. Sudah aku perintahkan agar ia cepat pulang ke rumah, tapi ternyata belum sampai juga nangka itu ya? Dasar nangka tak tahu diri, dia tidak mau menuruti perintahku.” Dengan santainya Si Kabayan menjawab.

“Apa-apaan kamu Kabayan? Mana bisa buah nangka berjalan sendirian ke rumah. Dasar pemalas banyak alasan.” mertuanya berteriak kesal.

Si Kabayan hanya hanya tertawa-tawa dimarahi oleh mertuanya. Pada hari lain, mertuanya mengajak Si Kabayan memetik kacang koro di kebun. Untuk keperluan tersebut, mereka membawa sebuah karung untuk mengangkut kacang koro. Baru saja memetik beberapa kacang koro, Si Kabayan mulai kambuh penyakit malasnya. 

Ia terlihat mengantuk, kemudian masuk ke dalam karung untuk tidur di dalamnya. Menjelang siang, mertua Kabayan telah selesai memetik kacang koro. Ia keheranan karena tidak mendapati Kabayan. 

“Si Pemalas itu pasti sudah pulang duluan karena malas mengangkat karung berisi kacang koro. Dasar menantu pemalas!” Mertua Si Kabayan kemudian memanggul karung yang ia kira berisi kacang koro sampai ke rumah. 

Ia merasa heran kenapa karung kacang koro terasa berat sekali. Sesampainya di rumah, mertua Kabayan kemudian membuka karung kacang koro. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati di dalam karung ternyata berisi Si Kabayan tengah tidur lelap. 

“Saya bawa karung untuk kacang koro! Bukan untuk manusia, Kabayan!” Mertua Kabayan marah bukan main. 

Si Kabayan terbangun dari tidurnya sambil tersenyum-senyum. Keesokan harinya mertua Kabayan kembali mengajaknya memetik kacang-kacang koro di kebun. Ia masih sangat kesal dengan kejadian hari sebelumnya. Abah berniat membalas dendam. Saat Kabayan tengah memetik kacang-kacang koro, diam-diam mertuanya masuk ke dalam karung untuk tidur. 

Ia berharap Kabayan akan memanggul karung tersebut ke rumah seperti yang ia lakukan hari kemarin. Pada adzan Dhuhur, Si Kabayan menghentikan pekerjaannya. Ia kemudian melihat ke dalam karung dan terkejut melihat mertuanya tengah tidur di dalam karung. Kabayan kemudian mengikat karung kacang koro lalu menyeretnya. Karena diseret-seret, mertuanya terbangun dari tidurnya kemudian berteriak-teriak. 

“Kabayan ini Abah! Jangan engkau seret-seret Abah!” Namun Si Kabayan tak memperdulikannya. 

Ia tetap menyeret karung tersebut sampai di rumah. 

“Saya bawa karung untuk kacang koro! Bukan untuk manusia Abah!” kata Kabayan.

Sejak kejadian tersebut mertuanya merasa sangat marah. Ia sangat membenci Kabayan. Ia tidak mau berbicara dengannya. Setiap ia berpapasan dengan menantunya, ia akan menunjukkan kebenciannya dengan memalingkan mukanya. Lama-kelamaan Kabayan merasa tidak enak dengan sikap mertuanya. Ia mencari cara untuk mengambil hati mertuanya. 

Kabayan kemudian menanyakan nama asli mertuanya kepada Nyi Iteung, istrinya. Nyi Iteung mengingatkan suaminya bahwa berdasar adat saat itu, mengetahui nama asli mertua adalah sebuah pantangan. Namun Kabayan berusaha meyakinkan Nyi Iteung bahwa ia ingin mendoakan mertuanya agar panjang umur, murah rezeki, dan jauh dari marabahaya. Nyi Iteung akhirnya memberi tahu nama asli mertuanya yaitu, Ki Nolednad. 

Nyi Iteung meminta suaminya untuk tidak menyebutkan nama mertuanya kepada siapapun. Kabayan menyanggupinya. Setelah mengetahui nama mertuanya, Si Kabayan kemudian mencari air enau yang masih kental. Ia kemudian melumuri seluruh tubuhnya dengan air enau. Selanjutnya Kabayan menempelkan kapuk ke seluruh tubuhnya. Hingga tubuhnya terlihat berwarna putih karena dipenuhi oleh kapuk. 

Ia kemudian menuju lubuk tempat mertuanya biasa mandi. Ia memanjat pohon dan menunggu mertuanya yang akan mandi. Saat mertua Kabayan hendak mandi, Si Kabayan kemudian memanggil nama mertuanya. 

“Nolednad! Nolednad!” teriak Kabayan. 

Suaranya dibuat agak berat.

“Siapa yang memanggil namaku?” Mertuanya sedikit ketakutan ketika melihat ke atas pohon ada sesosok mahluk bertubuh putih menyeramkan.

“Nolednad, aku Kakek penunggu lubuk. Dengar Nolednad, engkau harus menyayangi menantumu Si Kabayan . Karena ia adalah cucu kesayanganku. Jangan menyia-nyiakannya. Urus dia baik-baik. Jika engkau tidak mengurusnya baik-baik, percayalah, hidupmu akan penuh marabahaya.” kata Kabayan.

“Baik baik Kakek penunggu lubuk. Mulai sekarang Aku akan mengurus dan menyayangi Kabayan sepenuh hati. Aku janji Kakek.” kata mertua Kabayan ketakutan.

Sejak saat itu, Si Kabayan sangat disayangi oleh mertuanya. Ia dibuatkan sebuah rumah kecil untuk ditinggali bersama istrinya. Begitu juga sandang pangan pun dicukupi. Mertuanya juga sudah tidak pernah lagi memarahinya karena takut dengan pesan Kakek penunggu lubuk. Akhir cerita, setelah disayangi sepenuh hati oleh mertuanya, Si Kabayan akhirnya sadar dengan sikap malas dan tipu dayanya. Ia kini tidak lagi malas-malasan. Ia sekarang mulai rajin bekerja sebagai buruh di ladang. Ia menyayangi Nyi Iteung juga menyayangi mertuanya.

***

Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko pun duduk dengan baik di sebelah Budi. Ya Budi telah selesai membaca cerpen di buku Bahasa Indonesia, ya buku di taruh di meja.

"Buku Bahasa Indonesia di baca Budi. Kan Budi telah lulus sekolah SMA?!" kata Eko.

"Ada cerita yang menarik, ya cerpen di buku Bahasa Indonesia. Cerpen itu dengan judul 'Si Kabayan'," kata Budi.

"Ooooo karena ada cerita cerpen yang berjudul 'Si Kabayan', ya jadinya Budi baca buku Bahasa Indonesia," kata Eko.

"Eko main catur saja!" kata Budi.

"Main catur. Main lain gitu!" kata Eko.

"Main lain. Berarti main ini saja!" kata Budi.

Budi mengambil sebuah barang di bawah meja dan di taruh di atas meja.

"Permainan ular tangga," kata Eko.

"Iya," kata Budi.

"Ya kalau begitu main," kata Eko.

"Ok!!!!," kata Budi.

Budi dan Eko main ular tangga, ya dengan baik, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum teh gelas. 

Tuesday, November 16, 2021

KEGAGALAN DALAM CINTA

Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. 

"Artis yang baru menikah, ya menunjukkan kebahagian hubungan, ya rumah tangga," kata Budi. 

"Kok jadi ngomongin artis?!" kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Sekedar obrolan saja," kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Ooooo sekedar obrolan saja," kata Eko. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Ya ada cerita. Artis telah menjalankan rumah tangganya, eeee tahu-tahu terjadi masalah rumah tangganya. Artis itu bercerai deh," kata Budi. 

"Kalau di pikir dengan baik. Artis. Kan ingin menaikan namanya dari hal baik urusan rumah tangga sampai urusan rumah tangganya yang buruk. Ya kontrafersi ini dan itu," kata Eko. 

"Sebagai pandangan saja buat kita. Bahwa pernikahan itu di jalankan, ya tidak selamanya jalannya baik, ya ada buruknya," kata Budi. 

"Memang sih sebagai pandangan buat kita. Ya hubungan pernikahan tidak selamanya jalan baik, ya ada jalan buruk. Ya ujiannya berumah tangga. Bisa masalah ekonomi sampai perselingkuhan, ya seperti cerita sinetron atau film gitu. Ceritanya menarik di tonton gitu, ya penuh dengan intrik," kata Eko. 

"Kegagalan dalam cinta, ya putus hubungan antara suami dan istri, ya cerai gitu," kata Budi. 

"Cerai itu memang kegagalam dalam cinta," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Ada ceritanya sih," kata Budi. 

"Oooo ada cerita toh. Budi ceritakan dengan baik!" kata Eko. 

"Baiklah aku ceritakan dengan baik. Ceritanya seperti ini. Seorang cowok yang suka dengan cewek yang di sukainya, ya niat baiknya menikahi cewek pilihannya. Pernikahan pun berjalan dengan baik, ya hubungan rumah tangganya berjalan dengan baik. Sampai suatu ketika, ya cowok itu tidak bekerja karena usaha tempat ia bekerja, ya bangrut gitu. Cowok itu jadinya pengangguran deh. Cowok itu telah berusaha dengan baik, ya tetap susah mendapatkan pekerjaan. Istrinya menuntut ini dan itu, ya pada suaminya. Ya suaminya tidak bisa memenuhi permintaan istrinya. Suami itu, ya pusing dengan tuntutan dari istrinya yang ini dan itu. Maka suami itu, ya mencerai kan istrinya. Ya begitu lah ceritanya," kata Budi. 

"Ceritanya bagus," kata Eko. 

"Cerita yang baru aku cerita kan itu, ya kenyataan sih, ya aku ambil dari orang yang pernah menjalankan hubungan pernikahan gitu," kata Budi. 

"Dari kegagalan orang membangun rumah tangganya, ya jadi pelajaran buat kita. Harus bijaksana dalam bersikap dalam memutuskan untuk menikah dan menjalankannya pernikahan itu," kata Eko. 

"Belajar dari orang yang gagal, ya agar diri kita tidak gagal dalam membangun hubungan dengan cewek, ya sampai menikah gitu," kata Budi. 

"Harus pandai-pandai memilih cewek yang ngertiin keadaan kita kan Budi?!" kata Eko. 

"Memang sih harus pandai-pandai memilih cewek yang bisa mengerti keadaan kita," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Maka itu aku memilih Purnama, ya cewek yang baik dari pemahaman agamanya dan juga sudah bekerja juga," kata Eko. 

"Pilihan Eko tepat lah memilih Purnama, ya cewek yang mengerti keadaan Eko lah. Sedangkan aku tetap berusaha mendapatkan cewek yang mengertiin keadaan aku lah," kata Budi. 

"Budi....main catur saja!" kata Eko. 

"Ok!!!" kata Budi. 

Eko sudah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Eko dan Budi, ya menaruh bidak catur di atas papan catur. 

"Kegagalan dalam cinta, ya hubungan pernikahan, ya cerai gitu. Berarti salah sepenuhnya cowoknya kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya memang salah sepenuhnya cowoknya karena kan pemimpin rumah tangga kan cowok, ya bukan cewek. Maka itu cowok harus bisa membimbing ceweknya, ya agar urusan rumah tangganya berjalan dengan baik. Ya harus paham agama lah dan juga bekerja lah, ya agar urusan rumah tangga berjalan dengan baik lah!" kata Eko. 

"Ya sudah lah lebih baik serius main catur!" kata Budi. 

"Ok!!!!" kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik. 

PERJODOHAN

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan.

"Cerita sinetron dan film, ya urusan cinta. Selalu berkaitan dengan perjodohan," kata Budi. 

Mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng lah. 

"Perjodohan kan hal baik untuk menyatukan hubungan dua keluarga yang memiliki anak cewek dan anak cowok yang telah dewasa, ya bekerja juga sih.....dengan perkawinan," kata Eko. 

Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik lah bakwan goreng. 

"Memang baik sih," kata Budi. 

"Perjodohan, ya ada berhasil ada juga yang tidak," kata Eko. 

"Perjodohan berhasil, ya agap saja contohnya bisa di sinetron dan juga film saja. Sedang perjodohan gagal, ya ada sebuah cerita tentang perjodohan, ya kenyataan ceritanya sih. Ada sebuah cerita seorang pemuda. Ya pemuda itu di dekatin sama orang tua punya anak cewek, ya bapak-bapak gitu. Bapak itu mau menjodohkan anak ceweknya sama dengan pemuda itu. Ya pemuda itu menolaknya dengan berkata halus banget. Bapak itu pun kecewa di tolak sama pemuda itu. Sebenarnya ceweknya suka dengan pemuda itu. Ya pemudanya tidak suka dengan cewek itu. Begitu lah ceritanya," kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Oooo cerita perjodohan yang gagal itu. Sampai bapak itu meninggal, ya gagal menikah kan anak ceweknya," kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi, ya di meja lah. 

"Hidup tidak selamanya mulus sesuai dengan rencana, ya pasti ada kegagalan dalam rencana," kata Budi. 

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah.

"Sama halnya urusan kerja. Ada yang kerja di perusahaan, ya ijazah SMA, ya jadi buruh. Ada yang gagal juga, ya tidak kerja di perusahaan," kata Eko. 

"Ya tetap saja harus berusaha sebaik mungkin agar kerja, ya mengubah nasif lah. Dari pengangguran jadi kerja. Tujuannya kerja kan untuk nolong orang tua yang telah berusaha keras menyekolahkan anaknya sampai lulus SMA dengan cara hutang sana sini, ya nama juga orang miskin. Bisa di bilang sih balas budi anak ke orang tua," kata Budi. 

"Anak berhasil kerja, ya orang tua seneng bukan main. Maka itu lebih baik menyenangkan orang tua dengan harta yang kita yang di dapatkan dengan jalan kebaikan dari pada menyenangkan cewek, ya belum tentu ngertiin kita. Kecuali cewek itu didik sama orang tuanya dengan baik, ya dengan pemahaman ilmu agama yang baik," kata Eko. 

"Memang lebih baik menyenangkan orang tua. Aku ini anak berbaktikan Eko?!" kata Budi. 

"Sebagai teman yang baik dari kecil sampai dewasa, ya aku tahu Budi lah, ya anak yang berbakti pada orang tua. Rezeki Budi dari kerja kan di berikan kepada orang tua. Ya sama dengan aku lah," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Kalau begitu lebih baik main catur saja!" kata Budi. 

"Ok. Main catur!" kata Eko. 

Budi telah mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh atas meja. Budi dan Eko menyusun budak catur di atas papan catur. 

"Kalau aku di jodohkan dengan cewek yang menyukai aku, ya aku terima dengan baik," kata Budi. 

"Gimana dengan keinginan Budi yang ingin mendapatkan cewek cantik dan kaya. Kalau di jodohkan orang tua, ya pastinya sederajat lah?!" kata Eko. 

"Seandainya saja Eko!" kata Budi. 

"Oooo seandainya. Aku kirain beneran," kata Eko. 

"Ya sudah tidak perlu di bahas lagi. Lebih baik serius main caturnya!" kata Budi. 

"Ok!" kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik lah. 

Sunday, November 14, 2021

CINTA ITU MEMBUATKU RINDU

Budi duduk depan rumah, ya sedang koran, ya sambil menikmati minum teh gelas dan juga makan gorengan. Abdul selesai urusan kerjaannya, ya ke rumah Budi. Abdul membawa dengan baik motornya, ya menuju rumah Budi. Eko sebenarnya mau ke rumah Budi, ya tapi tidak jadi karena ada urusan dengan Purnama, ya Eko ke rumah Purnama. Eko mengendarai motornya dengan baik ke rumah Purnama. Singkat waktu, ya Eko sampai di rumah Purnama. Eko pun segera memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Purnama. Ya setelah itu langsung masuk rumah Purnama dan ngobrol di ruang tamu bersama Purnama. Eko dan Purnama ngobrol dari hati ke hati, ya urusan cinta lah. Singkat waktu juga, ya Abdul sampai di rumah Budi dan memarkirkan motornya dengan di depan rumah Budi. Abdul pun segera duduk bersama Budi. Ya Budi berhenti baca korannya, ya koran di taruh di meja dengan baik. 

"Cinta itu membuat aku rindu ingin bertemu dengan sosok yang aku sukai," kata Abdul. 

"Kok tiba-tiba ngobrolin cinta?!" kata Budi. 

"Ya.....tiba-tiba rasa itu terasa banget ingin bersama cewek yang aku sukai," kata Abdul. 

"Putri lagi Putri lagi," kata Budi. 

"Cewek yang aku sukai dan juga sekedar bahan obrolan saja!" kata Abdul. 

Abdul mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. 

"Iya sih sekedar obrolan," kata Budi. 

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum lah dengan baik teh gelas. Abdul menaruh teh gelas di meja lah. 

"Apakah Putri mikirin aku?!" kata Abdul. 

Budi menaruh teh gelas di meja lah. 

"Ya kemungkinan Putri tidak mikirin Abdul lah. Berdasarkan data kebiasaan cewek yang sibuk dengan urusan pendidikannya," kata Budi. 

"Kemungkinan yang di omongin Budi, ya ada benernya sih, ya berdasarkan kebiasaan cewek yang sibuk dengan pendidikannya," kata Abdul. 

"Kalau kepepet urusan target menikah, ya cewek mikirin juga sih, ya cowok yang di sukai. Hal lumrah," kata Budi. 

"Ya kalau kepepet urusan target menikah, ya cewek mikirin cowok yang ia sukai lah, ya harapannya tinggi, ya cowoknya menyatakan cinta lah," kata Abdul menegaskan omongan Budi.

Budi terpikir dengan cewek yang di sukainya, ya berkata "Cewek itu sangat cantik, ya menurut aku. Ya beda dengan cowok lain tanggapannya tentang cewek itu. Tapi sayang di sayang kan. Cewek itu sudah punya pacar. Aku tidak ingin merusak hubungan cewek itu dengan pacarnya."

Abdul memang terkejut dengan omongan Budi, ya curhat tentang cewek yang di sukai Budi. Abdul pun berkata "Cewek yang di omongin Budi. Apa aku tahu orang ya?!" 

"Ya Abdul tidak tahu lah orangnya," kata Budi. 

"Oooo aku tidak tahu orangnya toh. Jadi sekedar obrolan tentang cewek yang di sukai Budi, ya kan Budi?!" kata Abdul. 

"Ya begitu lah," kata Budi. 

"Kalau cewek yang di sukai Budi, ya ternyata sudah punya pacar. Ya bagus lah Budi ngomong begitu. Tidak mau merusak hubungan cewek yang di sukai Budi yang sudah punya pacar," kata Abdul.

"Seandainya aku bertemu dengan cewek itu lebih dulu. Maka aku lah bisa jadian dengannya cewek itu," kata Budi.

"Awal bertemu. Mungkin Budi bisa jadian cewek itu," kata Abdul. 

"Ya sudah lah ngobrolin cewek itu. Lebih baik main catur saja!" kata Budi. 

"Ok. Main catur!" kata Abdul. 

Budi telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Abdul menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. Sedangkan Putri, ya tepatnya di rumahnya di dalam kamarnya. Putri sedang sibuk mengetik di leptopnya, ya membuat tugas-tugas kuliah dengan baik. Putri tetap fokus dengan pendidikan di Universitas dengan baik, ya kalau bisa di selesaikan pendidikannya sesuai rencana. 

Saturday, November 13, 2021

KERIS SAKTI

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi. 

"Kambing jantan itu bertanduk, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya iyalah kambing jantan itu bertanduk," kata Eko. 

"Berarti tanduk itu ciri khas hewan jantan dan juga bisa di bilang mahkota raja, ya Eko?!" kata Budi. 

"Tanduk cuma ciri khas hewan jantan yang benar!" kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Eko di buat serius banget. Padahal di buat sekedar mainan saja bolehkan. Bahwa tanduk itu mahkota raja," kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Sekedar mainan saja, ya boleh lah. Bahwa tanduk itu mahkota raja," kata Eko. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Berarti ular bertanduk itu adalah raja ular, yang di maksud naga," kata Budi. 

"Ooooooo ternyata tujuannya ke ular bertanduk, ya naga. Ya memang sih naga itu bertanduk, ya naga china," kata Eko. 

"Ada cerita yang menarik, ya ada hubungan dengan naga sih," kata Budi. 

"Ada cerita yang menarik yang ada hubungannya dengan naga. Kalau begitu ceritakan itu cerita yang menarik itu pada ku!" kata Eko. 

"Baiklah aku ceritakan. Ceritanya seperti ini. Seorang anak laki-laki, ya memang yatim piatu setelah ayah dan ibunya meninggal di bunuh sama penjahat yang menginginkan sebuah keris sakti yang masih ada hubungan dengan seekor naga. Anak laki-laki itu di selamatkan sama kakek, ya guru dari orang tuanya. Anak laki-laki di latih dengan baik sama kakek sampai dewasa menjadi pemuda yang gagah. Pemuda telah menguasai ilmu bela diri dengan baik, ya kakek mengujinya dengan baik untuk memilih antara balas dendam atau mengikhlaskan semuanya, ya masa lalu yang buruk. Pemuda itu mendapatkan pencerahan dalam dirinya, ya mengikhlaskan masa lalu yang buruk, ya hidup dengan damai. Kakek pun memutuskan untuk mewariskan keris sakti itu pada pemuda itu. Kakek pun meninggal dunia. Setelah memakamkan kakek dengan baik, ya pemuda itu hidup tentang di desa. Penjahat tahu keberadaan pemuda pewaris keris sakti. Penjahat menyerang pemuda itu. Ya mau gak mau pemuda bertarung demi membela dirinya. Pertarungan sengit banget antara para penjahat dan pemuda itu. Pemuda itu pun kalah karena banyak sih musuhnya dan juga hebat-hebat. Pemuda itu di bawa ke pemimpin penjahat. Keris sakti pun jatuh di tangan pemimpin penjahat. Ya pemimpin penjahat pun jadi sakti karena memegang keris sakti dan juga dengan keris sakti, ya dapat mengendalikan naga yang tertidur di sebuah danau. Pemuda itu tidak mau menyerah dari keadaan. Pemuda itu terus bertarung melawan penjahat sampai berhadapan dengan pemimpin penjahat. Pertarungan perebutan keris sakti terjadi antara pemimpin penjahat dan juga pemuda itu. Ya pemuda itu pun berhasil mengalahkan pemimpin penjahat dan keris sakti kembali ke tangan pemuda itu. Pemuda itu pergi bersama naga menuju tempat yang tenang banget, ya jauh dari orang-orang yang menginkan keris sakti demi menjadi sakti dan juga jadi raja karena keris sakti dapet mengendalikan naga. Ya begitu lah ceritanya Eko," kata Budi. 

"Ceritanya bagus," kata Eko.

"Cuma bagus aja tanggapannya Eko?!" kata Budi.

"Tanggapan bagus cukup kan!" kata Eko.

"Memang cukup sih....tanggapan bagus!" kata Budi.

"Yang aku cermati dengan baik cerita yang di ceritakan Budi. Pemuda itu didik dengan baik sama kakek, ya di beri pilihan antara balas dendam atau mengikhlaskan masa lalu yang buruk, ya hidup dengan damai. Kalau di film sih, ya pastinya balas dendam sih," kata Eko.

"Memang sih, ada film yang menceritakan urusan dengan penjahat. Ya antara balas dendam atau hidup damai, ya melupakan masa lalu yang buruk. Di film itu, ya balas dendam lah pemuda itu pada penjahat yang telah membunuh orang tuanya," kata Budi.

"Nama juga film, ya menceritakan sudut ini dan itu. Ya memang cerita menarik banget, ya yang nonton puas dengan hasil cerita yang bagus di tampilkan dengan baik," kata Eko.

"Memang sih. Banyak film yang ceritanya bagus-bagus, ya jadinya yang menonton puas dengan cerita yang di tampilkan dengan baik," kata Budi menegaskan omongan Budi.

"Lebih baik kita main catur saja Budi!" kata Eko.

"Ok...main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh dengan baik papan catur di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Friday, November 12, 2021

PATAH HATI

Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. 

"Cewek itu kalau cantik, ya menggoda pesona kecantikannya," kata Budi. 

"Cewek yang mana yang di omongin?!" kata Eko. 

"Cewek cantik yang ada di acara Tv," kata Budi. 

"Artis maksudnya...ya Budi?!" kata Eko. 

"Iya!!!" kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Kalau artis, ya pesona kecantikannya memang menggoda," kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Tiba-tiba Budi teringat sesuatu tentang cerita cerpen. Budi berkata "Patah hati". 

Eko mendengarkan omongan Budi dan berkata Eko "Ada apa dengan patah hati?!" 

"Cerita cerpen tentang patah hati," kata Budi. 

"Ooooo cerita cerpen tentang patah hati. Budi cerita kan cerita cerpen itu!" kata Eko. 

"Baiklah aku ceritakan. Cerita seperti ini. Seorang cewek yang cantik yang patah hati karena pengkhianatan cowoknya, ya pacarnya. Cewek itu berpikir pendek, ya ingin bunuh diri dengan cara ingin menabrakan diri kereta api, ya memang cewek itu sudah berjalan di jalur kereta. Ya kereta sudah mulai mendekat. Ada seorang cowok yang keterbelakangan mental melihat cewek yang mau bunuh diri di jalur kereta api. Cowok itu langsung menyelamatkan cewek itu, ya dari rencana bunuh diri. Cewek itu pun gagal bunuh diri. Cowok keterbelakangan mental berkata ke cewek itu "Ibu bilang sih. Hidup ini di jalanin dengan baik pasti hasil baik. Apa pun kesulitan ini dan itu, ya ujian hidup. Harus bijak dalam menyikapi hidup". Cewek itu sadar dari apa yang di lakukan adalah kesalahan dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup. Cewek itu belajar dari cowok keterbelakangan mental itu, ya untuk memperbaiki hidupnya. Sampai suatu ketika cewek itu bertemu dengan mantannya yang telah membuat dirinya sakit hati dan berpikir pendek untuk bunuh diri. Cowok keterbelakangan mental, ya ada untuk mengarahkan cewek itu di jalan kebaikan. Cewek itu benar-benar melupakan mantannya. Cewek itu terus bersama cowok keterbelakangan mental, ya jadi teman baik dan juga belajar dengan baik pemahaman agama dari ustad yang di tunjuk ibunya si cowok keterbelakangan mental. Begitulah ceritanya...Eko," kata Budi.

"Cerita yang bagus. Cewek labil dalam urusan cinta, ya patah hati. Pikiran pendeknya ada untuk mengakhiri hidupnya, ya seperti kerasukan setan, ya di kendalikan untuk bunuh diri," kata Eko.

"Memang ada sih pikiran pendek, ya seperti di kendalikan setan dan merencanakan mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Cowok keterbelakangan mental menolong cewek yang pikirannya lagi pendek banget. Cowok itu di umpamakan malaikat penolong. Pertanyaan ku. Cewek itu setelah berteman dengan baik dengan cowok keterbelakangan mental. Apakah cewek itu ada rasa dengan cowok keterbelakangan mental, ya cinta gitu?!" kata Eko.

"Kalau itu sih. Aku tidak bisa menjawabnya. Ceritanya sebatas sampai cewek itu berteman dengan cowok keterbelakangan mental," kata Budi.

"Ya kalau begitu sih tidak terjawab tidak ada masalah sih," kata Eko.

"Kalau di pikir dengan baik. Cewek memang ingin kesempurnaan dari cowok yang di sukai. Apa mungkin cewek bisa menerima cowok keterbelakangan mental, ya urusan cinta?!" kata Budi.

"Di film bisa," kata Eko. 

"Ya memang sih di film bisa. Cowok keterbelakangan mental jadi normal karena keajaiban. Ceweknya menerima dengan baik cowok itu," kata Budi. 

"Ya sudah lah tidak perlu di bahas lagi. Lebih baik main catur!" kata Eko. 

"Ok. Main catur!" kata Budi. 

Eko telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Thursday, November 11, 2021

CERMINAN YANG BAIK KISAH CINTA

Setelah sholat jum'at di mesjid. Indro duduk di halaman belakang, ya main game di Hp-nya. Kasino membuat kopi di dapur. Ya kopi jadi di bawa Kasino di halaman belakang. Kasino duduk di halaman belakang menikmati minum kopi, ya enak gitu rasa kopi. Tiba-tiba Indro berhenti main game di Hp-nya, ya melihat vidio-vidio yang vagus di Hp-nya.

"Cerminan yang baik," kata Indro.

Kasino mendengar omongan Indro dengan baik. Kasino menaruh gelas berisi kopi di meja, ya setelah di minum dengan baik lah.

"Cerminan yang baik....apa Indro?!" kata Kasino.

"Ini loe Kasino. Vidio yang aku tonton di Hp," kata Indro sambil menunjukkan vidio di Hp-nya.

Kasino melihat dengan baik vidio di Hp-nya Indro.

"Memang cerminan yang baik," kata Kasino.

Indro berhenti menunjukkan vidio di Hp-nya dan juga berhenti nonton vidio di Hp-nya.

"Kisah cinta yang baik," kata Indro.

"Memang kisah cinta yang baik," kata Kasino.

"Ya...aku ingin sekali kisah cinta ku seperti vidio yang aku tonton itu," kata Indro.

"Sama aja dengan aku. Ya kisah cinta ku ingin seperti vidio yang baru di tonton," kata Kasino.

"Beruntung ya cewek yang di vidio itu. Mendapatkan cowok yang keren dan juga ganteng," kata Indro.

"Cowoknya juga beruntung mendapatkan cewek yang cantik dan jadi contoh yang baik bagi cewek-cewek yang berhijab, ya muslimah banget," kata Kasino.

"Semua karena orang tua yang mendidik anaknya menjadi sosok yang pantas di kagumi," kata Indro.

"Pernikahan artis. Keren!" kata Kasino.

"Ya pernikahan artis memang keren. Kita hanya menilai dari sisi baik saja kan Kasino?!" kata Indro.

"Memang kita menilai dari sisi yang baik lah," kata Kasino menegaskan omongan Indro.

"Ya sudahlah. Aku mau nonton Tv ah!" kata Indro.

"Ya!!!" kata Kasino.

Ya Indro beranjak dari duduknya di halaman belakang ke dalam rumah, ya tepatnya ke ruang tengah untuk nonton Tv lah. 

"Main game saja!" kata Kasino.

Kasino main game di Hp-nya, ya dengan baik sih. Indro asik nonton Tv, ya dengan acara Tv....film Warkop DKI. Sedangkan Dono di Batam, ya tepatnya di rumah sih. Dono melihat vidio-vidio di Hp-nya. Vidio yang di tonton Dono, ya vidio acara pernikahan yang di konsep ini dan itu, ya pokoknya bagus untuk di tonton dengan baik.

"Cerminan yang baik kisah cinta," kata Dono.

Dono terus menonton vidio itu dengan baik, ya sampai selesai. Setelah itu. Dono pun mengerjakan mengetik dengan baik di Blog-nya, ya membuat cerita ini dan itu di Blog-nya lah. 

DIA YANG KU CINTAI TAPI MENGKHIANATIKU

Eko duduk di depan rumah sedang membaca koran, ya sambil minum teh gelas dan juga makan gorengan. Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik di sebelah Eko. 

"Eko asik banget baca koran," kata Budi. 

Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng. 

"Ya begitulah," kata Eko. 

Eko menghentikan baca korannya dan menaruh koran di atas meja. 

"Berita politik, ya menarik juga di baca," kata Eko. 

Eko mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. 

"Politik. Tumben banget," kata Budi. 

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. Eko menaruh teh gelas di meja. 

"Ya begitu lah," kata Eko. 

Budi menaruh teh gelas di meja. Tiba-tiba Budi teringat sesuatu dan berkata dengan baik "Di depan manis di belakang main rapih." 

Eko terkejut dengan omongan Budi, ya perkiraan Eko, ya jangan-jangan Budi ada masalah. 

"Budi ada masalah?!" kata Eko. 

"Ya tidak ada masalah sih. Cuma ada sebuah cerpen yang menarik yang aku pelajarin dengan baik sih," kata Budi. 

"Cerpen toh. Aku kirain Budi ada masalah, ya seperti artis atau orang-orang yang punya masalah urusan cinta karena omongan Budi, ya kena urusan cinta.....di depan manis di belakang main rapih," kata Eko. 

"Urusan cinta ada yang jalan baik dan ada jalan yang buruk. Ya hidup ini antara baik dan buruk lah," kata Budi. 

"Memang sih hidup ini antara baik dan buruk. Ya Budi tolong cerita dengan baik cerpen itu!" kata Eko. 

"Ok. Aku cerita cerpen itu. Judulnya Dia Yang Ku Cintai Tapi Mengkhianatiku. Seorang pemuda yang baik. Pemuda itu bekerja keras demi dirinya menjadi sukses, ya kaya raya, ya jadinya kaya karena kepintaran pemuda itu. Pemuda itu bertemu dengan cewek cantik di saat acara yang mewah. Cewek itu membuat berkesan pada Pemuda itu, ya jatuh cinta pada pandangan pertama sih. Pemuda pun memutuskan menjalin hubungan baik dengan cewek itu. Hubungan itu pun berjalan dengan baik sih sampai pemuda itu menikahi cewek itu. Cewek itu terus bersikap manis di hadapan pemuda itu, ya suaminya. Tapi ternyata cewek itu di belakang, ya bermain cinta dengan pacarnya, ya hubungan itu rapih banget. Sampai akhirnya pemuda itu tahu belangnya si cewek itu, ya pemuda itu langsung menceraikan cewek itu. Pemuda itu pun fokus dengan urusan kerajaannya untuk melupakan kisah cintanya. Cewek itu memang merasa bersalah sih karena telah berkhianat kepada pemuda itu, ya suaminya dalam urusan cinta, tapi cewek itu tidak bisa melupakan cinta pertamanya yang datang kepadanya dan ingin bersatu dalam hubungan. Ya begitulah ceritanya...Eko," kata Budi.

"Cerita tentang pengkhianatan cinta toh," kata Eko. 

"Kenapa cewek itu tidak bisa melupakan cinta pertamanya?!" kata Budi. 

"Ya kadang kalau terlalu cinta sih, ya susah untuk melupakan cinta pertama," kata Eko. 

"Padahal pemuda itu pun telah memberikan cinta terbaik pada cewek itu," kata Budi. 

"Rasa cinta yang di berikan itu apa bisa menyentuh hati cewek itu. Kalau tidak bisa menyentuh hatinya, ya cewek itu lebih memilih cinta pertamanya kembali padanya," kata Eko. 

"Ooooo rasa cinta toh. Kalau rasa itu bisa menyentuh hati cewek itu, ya berarti cewek itu lebih baik memilih pemuda itu yang telah menjadi suaminya dan melupakan pacarnya, ya cinta pertama datang lagi yang ingin bersatu dalam hubungan," kata Budi. 

"Ya sudahlah ngomongin itu, ya lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok. Main catur!" kata Budi. 

Eko telah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja lah. Eko dan Budi, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. 

"Kita ini hanya lulusan SMA. Urusan politik, ya bisa di bilang tebak-tebakan dalam memutuskan siapa yang di pilih jadi pemimpin, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Tebak-tebakan. Ya bisa di bilang begitu sih. Nama juga lulusan SMA, ya beda lulusan Universitas yang mencari tahu dengan baik dengan proses penelitian yang ini dan itu dalam memutuskan pemimpin urusan politik sih," kata Eko yang menegaskan omongan Budi. 

"Ya sudahlah fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik lah.

Wednesday, November 10, 2021

MENJADI CONTOH YANG BAIK

Budi duduk di depan rumah, ya sedang membaca koran, ya sambil menikmati minum teh botol dan makan gorengan. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk dengan baik di sebelah Budi.

"Asik baca korannya," kata Eko.

Eko mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik lah tempe goreng.

Budi berhenti baca koran. 

"Sekedar saja Eko. Ingin tahu perkembangan ini dan itu, ya lewat membaca koran," kata Budi.

Budi menaruh koran di meja. Eko melihat foto di koran, ya foto artis yang berhijab. Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah.

"Cantik banget," kata Eko.

Budi mendengar omongan Eko, ya terkejut lah.

"Eko. Cantik itu siapa yang di omongin itu?!" kata Budi.

"Foto di koran!" kata Eko.

Budi melihat foto yang ada di koran, ya koran ada di mejalah. Foto di koran, ya foto artis cantik yang berpenampilan muslimah, ya berhijab gitu.

"Ooooo artis cantik berpenampilan muslimah. Cantik memang," kata Budi.

"Cewek berhijab, ya jadi contoh yang baik," kata Eko.

Eko mengambil teh botol di meja, ya di minum dengan baik teh botol.

"Ya memang sih. Cewek berhijab itu contoh yang baik bagi cewek-cewek menjalankan agamanya dengan baik," kata Budi.

Budi mengambil teh botol di meja, ya di minum dengan baik teh botol lah. Eko menaruh teh botol di meja. 

"Hidup ini ada yang baik dan buruk," kata Eko.

Budi menaruh teh botol di meja.

"Memang sih. Hidup ini ada yang baik dan buruk," kata Budi.

"Cewek yang belajar dengan baik pemahaman agama islam, ya akan terus memakai hijab dengan baik. Tapi ada yang alakadarnya belajar agama islam, ya jadinya....pake hijabnya kaya iya dan tidak," kata Eko.

"Omongan Eko memang bener. Satu sisi sungguh-sungguh menjalankan agama islam dengan baik. Satu sisi lain, ya alakadarnya. Ya contohnya sih banyak di dalam kehidupan sehari-hari," kata Budi.

"Contohnya banyak!" kata Eko.

"Purnama termasuk cewek yang menjalankan agama islam dengan baik, ya berhijab," kata Budi.

"Orang tuanya membimbing dengan baik Purnama, ya menjadi cewek muslimah yang baik," kata Eko.

"Semua orang tua yang paham agama islam, ya membimbing anak ceweknya menjadi cewek muslimah yang baik," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Eko. Lebih main catur saja!" kata Budi.

"Ok. Main catur!" kata Eko.

Budi mengambil bawah meja papan catur dan di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur.

"Kalau di pikir aku tertarik cewek cantik yang berhijab," kata Budi. 

"Masa?!" kata Eko. 

"Iya deh. Aku akui. Ada beberapa cewek yang aku sukai, ya belum berhijab dan juga ada yang beragama lain juga," kata Budi. 

"Pilih-pilih cewek yang baik untuk di jadikan pacar kan Budi?!" kata Eko. 

"Ya iya lah pilih-pilih. Nama juga cowok," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Mungkin aku bisa mencontoh Eko dalam memilih cewek. Ya mendapatkan cewek yang berhijab," kata Budi. 

"Terserah Budi!" kata Eko. 

"Ya udahlah. Fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik lah. 

Tuesday, November 9, 2021

KEADAAN YANG AKAN MENUNJUKKAN KEBENARAN

Eko dan Budi duduk di depan rumahnya Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.

"Eko. Ada sebuah cerita cerpen. Ceritanya seperti ini. Ada seorang pemuda yang rajin ibadah pada ajaran agama yang ia yakini, ya menyembah patung para dewa. Sampai suatu ketika. Ujian dateng warga desa. Satu persatu warga desa meninggal karena wabah penyakit. Tabib yang biasa mengobati warga desa, ya terkena penyakit juga dan akhirnya meninggal. Sampai adik pemuda itu terkena penyakit juga. Pemuda itu berdoa pada patung dewa, ya agar menyembuhkan adiknya yang sakit. Patung dewa tetap diam saja, ya tidak menolong pemuda itu. Adiknya akhirnya meninggal karena penyakit. Pemuda itu bersedih kehilangan adik, ya satu satunya. Pemuda itu marah banget dan menghancurkan patung dewa. Pemuda itu pun meninggal juga karena wabah penyakit," kata Budi.

"Ceritanya bagus," kata Eko.

"Tanggapannya kok cuma bagus aja Eko?!" kata Budi.

"Ok. Aku tanggapi dengan baik. Pemuda itu kecewa karena patung para dewa yang di sembahnya, ya tidak menolong karena wabah penyakit menyerang warga desa, ya sampai warga desa meninggal semuanya. Nama juga patung buatan manusia, ya ajaran yang di yakini kan antara benar dan tidak, ya nama juga buatan nenek moyang," kata Eko. 

"Patung di sembah, ya tidak bisa menolong karena buatan manusia. Zaman dulu di debut zaman kebodohan kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya iya lah. Zaman dulu zaman kebodohan, ya patung di sembah. Maka itu Tuhan Pencipta Alam Semesta, ya menurunkan wabah penyakit pada makluk hidup di muka bumi ini untuk menunjukkan kebenaran Tuhan Pencipta Alam Semesta. Makluk hidup, ya mati karena wabah penyakit. Takdir," kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Zaman sekarang kalau ada manusia menyembah patung gimana Eko?!" kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi di meja. 

"Ya biarin aja. Nanti kecewa lagi ketika kematian itu dateng dari wabah penyakit, ya cerita cerpen tadi aja jadi contoh. Patung yang di sembah, ya di hancurkan lah karena tidak bisa menolong," kata Eko. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Keadaan yang membuat manusia akan menghancurkan patung yang di sembah dan meninggalkan agama yang di yakini," kata Budi. 

"Jadi tidak perlu repot-repot berdebat dan bertindak untuk menghancurkan patung karena salah menyembah patung itu," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main catur saja!" kata Eko. 

"Ok main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Eko. Gimana dengan pemahaman liberal, ya ngomong sih kebanyakan para ustad yang punya gelar ini dan itu sih di bidang agama sih?!" kata Budi. 

"Pemahaman liberal. Ah. Kita hanya lulusan SMA. Tidak perlu membicarakan itu!" kata Eko. 

"Iya sih. Kita hanya lulusan SMA, ya lebih baik tidak membicarakan itu. Lebih baik fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

 Eko dan Budi main catur dengan baik.

Monday, November 8, 2021

LADY ROCKER

Eko duduk di depan rumah, ya baca koran sambil menikmati minum teh gelas dan makan gorengan. Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motor dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik. Ya Eko pun berhenti baca koran dan koran di taruh di meja.

"Eko aku ingin tanggapan tentang cerita yang aku baca di suatu majalah lama, ya cerpen sih," kata Budi. 

"Ceritanya seperti apa?!" kata Eko. 

"Aku mulai cerita. Judul cerita Lady Rocker. Seorang cewek yang kemampuannya bernyanyi, genre rock gitu. Cewek itu mengalami kegagalan saat tampil pertama di panggung. Penontonnya tidak menyukai pembawaan cewek itu. Cewek itu bertemu dengan seseorang yang memahami musik, ya bisa di bilang guru musik. Cewek belajar pada guru musik untuk mencari tahu kesalahannya dalam bernyanyi. Guru musik menjelaskan semuanya pada cewek itu. Ya cewek itu belajar dengan baik bernyanyi yang baik sampai membuat syair lagu yang dapat menyentuh penonton. Ketika Waktunya menunjukkan hasil latihannya, ya bernyanyi di panggung pertunjukkan. Cewek itu berhasil dengan baik. Genre musiknya, ya pop biasa saja. Penonton menyukai lagu yang dinyanyikan cewek itu. Semenjak itu. Cewek itu dapet kontrak menyanyi, ya di acara besar dan bayarannya wow mahal. Guru musik yang membimbing cewek itu, ya mengingatkan tidak boleh melupakan genre awal yang di tekunin, ya rock. Cewek itu memahami omongan guru dengan baik, ya tetap menjalanin genre rock dengan baik," kata Budi.

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. 

"Ceritanya bagus," kata Eko.

Eko mengambil teh gelas di meja, ya di minum baik teh gelas. Budi menaruh teh gelas di meja. 

"Cuma gitu saja?!" kata Budi.

Eko menaruh teh gelas di meja. 

"Ok tanggapi dengan baik. Untuk mencapai keberhasilan dalam bermusik, ya memang sih tidak harus satu genre. Mencoba genre lain, ya siapa tahu berhasil. Kalau di cerita itu kan, ya berhasil berkat usaha dan belajar dari guru musik," kata Eko.

"Iya sih berhasilnya karena usaha dan belajar dari guru musik. Urusan musik. Kadang memang dengan genre musik awal yang di jalain, ya bisa membawa pada keberhasilan....contohnya banyak. Jika tidak bisa mendapatkan keberhasilan dari genre musik awal yang di tekunin, ya berganti ke genre musik lain. Siapa tahu berhasil dengan baik," kata Budi.

"Pasar," kata Eko.

"Aku paham omongan Eko. Harus bisa melihat pasarnya. Apa genre musik yang lagi populer yang di sukai masyarakat. Kalau bisa melihat pasar dengan baik, ya pasti berhasil seperti cerita di cerpen itu," kata Budi.

"Kerjaan bermusik, ya pada akhirnya ke urusan ekonomi," kata Eko.

"Selalu berkaitan dengan ekonomi," kata Budi.

"Sudah ngomongin tentang Lady Rocker. Lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Main catur!" kata Budi.

Eko telah mengambil papan catur di bawa meja dan di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Kalau ngomongin tentang agama kristen. Maka mengangkat agama kristen," kata Budi. 

"Iya," kata Eko. 

"Padahal yang ngomong orang agama islam," kata Budi. 

"Lumrah lah. Sekedar obrolan saja!" kata Eko. 

"Ya sudah ah. Fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi main catur dengan baik. 

Sunday, November 7, 2021

SURAT CINTA

Abdul duduk di depan rumah, ya sedang baca buku komik naruto, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi botolan lah. Budi sampai di rumah Abdul, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Abdul. Budi duduk dengan baik.

"Komik apa yang di baca Abdul?!" kata Budi.

Abdul berhenti membaca buku komiknya dan menunjukkan buku komik pada Budi, ya sambil berkata "Naruto."

"Oooooo komik Naruto," kata Budi. 

Abdul menaruh buku komik di meja. Budi memberikan sebuah amplop ke Abdul, ya sambil berkata "Surat cinta untuk Abdul!" 

Abdul mengambil amplop di tangan Budi. 

"Surat cinta dari siapa?!" kata Abdul. 

"Surat itu kiriman dari Erwin yang tinggal di Jakarta. Ya Erwin ketemu dengan Putri," kata Budi. 

Abdul membuka amplop itu dengan baik. 

"Oooooo....Erwin yang mengirim suratnya toh, tentang Putri. Ini mah surat infomasi tentang Putri, ya bukan surat cinta lah," kata Abdul. 

"Emmmm," kata Budi. 

Abdul mengeluarkan foto dari dalam amplop, ya Abdul terkejut dengan foto Putri yang sedang menggendong bayi. 

"Putri menggendong bayi," kata Abdul. 

Budi mendengar dengan baik omongan Abdul, ya berkata "Putri menggendong bayi. Mana aku lihat Abdul!" 

Abdul menunjukkan foto tersebut dengan baik sama Budi. 

"Putri beneran menggendong bayi," kata Budi. 

"Ini bayi anaknya Putri apa bukan ya?!" kata Abdul. 

"Bayi itu jangan-jangan anak Putri. Berarti Putri sudah menikah," kata Budi. 

"Putri sudah menikah. Ya berarti aku gagal mendapatkan Putri," kata Abdul. 

"Yang tabah ya Abdul. Jika Putri sudah menikah dan juga punya anak," kata Budi. 

"Aku bisa menerima sih. Putri sudah menikah dan punya anak sih," kata Abdul. 

Abdul memeriksa amplop dengan baik, ya ternyata ada selembar kertas, ya Abdul membaca dengan baik. Erwin menjelaskan di dalam surat yang di tulisnya sih, ya tentang Putri, ya masih kuliah di Jakarta, ya kehidupannya baik-baik saja bersama orang tuanya. Putri belum punya pacar karena masih fokus dengan kuliahnya. Foto Putri di ambil ketika Putri sedang menggendong bayi, ya bayi itu anak temannya Putri. 

"Ooooo begitu toh. Tentang Putri," kata Abdul. 

"Suratnya isi apa?!" kata Budi. 

"Baca sendiri!" kata Abdul sambil menyerahkan surat ke Budi. 

Budi mengambil surat di tangan Abdul, ya di baca dengan baik suratlah. Budi memahami isi surat dengan baik. 

"Oooo ternyata. Putri belum menikah. Bayi yang di gendong Putri, ya anak temannya Putri," kata Budi. 

Budi menyerahkan surat ke Abdul, ya di ambil dengan baik sama Abdul. 

"Aku masih ada harapan untuk bisa mendapatkan Putri," kata Abdul. 

"Putri masih jomlo, ya karena masih fokus dengan urusan kuliahnya," kata Budi. 

"Kalau cewek seneng gendong bayi, ya kemungkinan ingin cepet dapet jodoh kan...Budi?!" kata Abdul. 

"Kemungkinannya ada sih," kata Budi. 

Budi mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik. 

"Kemungkinan itu ada," kata Abdul. 

Abdul memasukkan foto dan surat ke amplop dan amplop di taruh di meja. Abdul mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik. Budi menaruh botol minuman di meja. 

"Kalau Putri sudah menikah dan punya anak. Ya sebenarnya aku masih bisa menerima Putri. Ya maksud ku, ya jandanya masih aku terima," kata Abdul. 

Budi menaruh botol minuman di meja. 

"Sampai segitunya cinta sama Putri. Janda di terima sama Abdul," kata Budi. 

"Nama juga cinta kan!" kata Abdul. 

"Memang cinta sih. Jalan ceritanya kaya sinetron atau film. Janda masih di terima dengan baik," kata Budi. 

"Kalau di sinetron atau film. Cerita yang aku suka. Cewek mengangkat anak yang masih bayi sih, ya jadi anak sendiri. Cewek itu statusnya jadi janda, tapi sebenarnya perawan, ya belum menikah. Cowoknya menyukai cewek itu, ya salah sangka saja kalau cewek itu janda karena punya anak. Ternyata cowok menerima dengan baik cewek itu karena cewek itu baik, ya mengangkat anak untuk status jadi ibu demi anak itu," kata Abdul. 

"Cerita itu aku suka juga," kata Budi. 

"Ya...lebih baik kita main catur saja!" kata Abdul. 

"Ok...main catur!" kata Budi. 

Abdul sudah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Abdul dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Saturday, November 6, 2021

POLISI

Budi duduk di depan rumah, ya sedang membaca koran, ya sambil minum teh gelas dan juga makan gorengan. Eko ada urusan kerjaan dan juga urusan cinta sama Purnama, ya Eko tidak bisa main ke rumahnya Budi. Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Abdul pun duduk di sebelah Budi.

"Serius amat Budi baca korannya?!" kata Abdul.

Budi berhenti baca korannya dan koran di taruh di meja.

"Berita di koran ada yang bagus ceritanya, ya tentang polisi," kata Budi.

"Oooo ada berita yang bagus toh. Tentang polisi," kata Abdul.

Abdul mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah.

"Polisi berhasil menangkap penjahat dari penjahat kecil sampai penjahat besar dari kejahatan yang di lakukan," kata Budi.

"Polisi menangkap penjahat bagus lah. Karena banyak manusia, ya susah untuk jadi baik. Contohnya saja : pencuri. Orang yang kerajaannya jadi pencuri, ya menipu teman ya sendiri dan juga orang lain," kata Abdul.

"Realita kehidupan dari pengalaman menjalankan hidup, ya sampai cerita orang-orang yang sama ceritanya," kata Budi.

Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah.

"Kalau urusan dagang, ya orang kerajaannya pencuri dan menipu bikin rugi pedagang," kata Abdul.

"Memang sih...pencuri dan penipu itu merugikan dalam urusan orang yang menjalankan usaha di jalan baik-baik," kata Budi.

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik. 

"Ada cerita tentang pencuri dan penipu. Seorang pemuda yang sukunya jawa dan agama islam, ya bekerja dengan baik sama orang china, ya jadi pegawai sebuah toko. Pemuda itu berteman dengan pemuda, ya suku batak dan agama kristen. Awalnya sih baik sih. Tapi pemuda yang sukunya batak itu ternyata mencuri uang temannya dan juga menipu sana sini. Kata orang tentang orang dengan kebiasaan di masyarakat, ya haram halal hantam, ya kerjaannya pencuri dan penipu, ya jadi hidup susah lah," kata Abdul.

Abdul pun mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas lah. Budi menaruh teh gelas di meja.

"Cerita itu. Pemuda yang suku batak itu, ya berteman dengan temannya suku batak beragama kristen. Ya kerjaannya juga sama sih, ya pencuri dan penipu," kata Budi.

Abdul menaruh teh gelas di meja.

"Pemuda suku batak itu, ya katanya tidak melakukan perbuatannya pencuri dan penipu lagi, ya bisa di bilang tobat karena kerja sama orang china. Orang china sih jaga-jaga sih dengan pemuda suku batak itu karena suatu saat, ya bisa kembali menjadi pencuri dan penipu....dari segi keadaan ekonomi. Ya orang china ya bisa melapor ke polisi, ya menangkap pemuda itu dan juga temannya yang masih satu suku," kata Abdul.

"Agama itu membimbing manusia di jalan kebaikan. Kalau manusia meninggalkan agama. Maka manusia itu akan melakukan tindakan mencuri, menipu sampai membunuh," kata Budi.

"Pemuda suku batak yang beragama kristen, ya meninggalkan agama kristen, ya agamanya cuma status saja di KTP untuk citra baik saja gitu," kata Abdul.

"Beda dengan pemuda yang suku batak, ya agama kristen yang menjalankan ibadahnya di gereja dengan baik, ya di bimbing dengan baik....agar menjalankan kehidupan di jalan kebaikan," kata Budi.

"Hidup ini antara baik dan buruk," kata Abdul.

"Memang hidup ini antara baik dan buruk. Maka itu polisi ada untuk memberantas kejahatan di mana-mana tidak melihat suku maupun agama, ya jika manusia melakukan kejahatan harus di tangkap dan di penjara," kata Budi.

"Karena manusia itu ada yang memahami ilmu agama dan ada yang tidak dalam kehidupan sehari-hari dari setiap suku yang ada di dunia ini," kata Abdul.

"Sudah ngomongin polisi. Lebih baik main catur!" kata Budi.

"Ok, main catur!" kata Abdul.

Budi sudah mengambil papan catur di bawah meja di taruh di atas meja. Budi dan Abdul menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Friday, November 5, 2021

SESUAI DENGAN RENCANA

Abdul duduk depan rumah sedang baca koran, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum teh gelas. Budi dan Eko memang bersama ke rumah Abdul dengan menggunakan motor. Eko dapet telpon dari Purnama, ya jadinya Eko memutuskan ke rumah Purnama. Budi tetap dengan tujuannya ke rumah Abdul. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Abdul. Ya Budi memarkirkan motornya dengan baik, ya di depan rumahnya Abdul. Budi pun duduk di sebelah Abdul. 

Abdul menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di meja. 

"Eko mana Budi?!" kata Abdul. 

"Eko ada urusan dengan Purnama, ya tidak jadi main ke rumah Abdul," kata Budi. 

Budi mengambil tempe goreng di meja, ya di makan dengan baik tempe goreng. Abdul mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik tempe goreng lah. 

"Hidup sesuai dengan rencana masing- masing, ya kan Abdul," kata Budi. 

"Memang hidup sesuai dengan rencana masing-masing. Seperti aku lulus sekolah SMA, ya kerjanya membangun usaha sendiri. Sampai urusan cinta, ya aku memilih cewek yang aku sukai.....Putri," kata Abdul. 

"Sampai-sampai urusan kematian pun, ya di sesuaikan dengan rencana agama yang kita jalanin kan Abdul?!" kata Budi. 

"Budi. Kok ngomongin mati," kata Abdul. 

"Jadi Abdul takut mati?!" kata Budi. 

Budi mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. 

"Ya takut mati lumrah lah. Karena masih ingin menikmati hidup. Kan banyak manusia berusaha sehat dari penyakitnya, ya agar bisa hidup lebih lama, ya menikmati hidup lebih lama lagi. Sampai-sampai berobatnya keluar negeri," kata Abdul. 

Abdul mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik teh gelas. Budi menaruh teh gelas di meja. 

"Ya sebenarnya aku juga takut mati. Karena masih ingin menikmati hidup ini lebih lama. Tapi ada yang berani mati, ya membela agama," kata Budi. 

Abdul menaruh teh gelas di meja. 

"Boleh-boleh saja berani mati demi membela agama. Tapi harus benar membelanya. Kan ada yang membela agama, ya mati koyol. Jalan salah," kata Abdul. 

"Iya sih ada jalan yang salah bisa terjadi. Karena kurang pemahaman keilmuan," kata Budi. 

"Emmmm," kata Abdul. 

"Oiya Abdul. Orang agama islam itu kalau mati, ya pake peti mati apa enggak?!" kata Budi. 

"Setahu aku sih, ya enggak sih," kata Abdul. 

"Jadi tidak pake peti mati. Berarti yang pake peti mati, ya agama kristen, ya kan Abdul," kata Budi. 

"Iya sih. Di film banyak cerita agama kristen, ya tentang orang mati pake peti mati. Di kubur bersama peti mati," kata Abdul. 

"Ekonomi," kata Budi. 

"Zaman sekarang, ya jadinya sih di kaitkan ekonomi. Ya kan peti mati di jual dengan baik," kata Abdul. 

"Peti mati itu. Identik dengan film drakula kan Abdul?!" kata Budi. 

"Ya memang identik banget sih peti mati dengan film drakula dan juga film lainnya yang bentuk film horror," kata Abdul. 

"Film drakula memang bagus sih," kata Budi. 

"Memang bagus film drakula," kata Abdul menegaskan omongan Budi. 

"Kenapa orang agama islam yang meninggal di berita di Tv, ya pake peti mati ya?!" kata Budi. 

"Mana aku tahu?!" kata Abdul. 

"Mungkin karena mayatnya hancur, ya akibat dari kecelakaan, ya jadi masukkan dalam peti atau ada kaitan dengan covid-19," kata Budi. 

"Bisa jadi.....bisa jadi," kata Abdul. 

"Ya lah kemungkinan," kata Budi. 

"Ya sudah lah tidak perlu di bahas lagi, ya lebih baik main catur!" kata Abdul. 

"Ya main catur," kata Budi. 

Abdul telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja, ya papan catur. Abdul dan Budi, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

KECELAKAAN

Budi duduk di depan rumah, ya sedang baca koran. Budi sambil menikmati makan gorengan dan juga minum minuman botol rasa soda gitu. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motor dengan baik di halaman depan rumah Budi. Eko pun duduk dengan baik.

"'Serius amat baca korannya," kata Eko.

Eko mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng lah. Budi menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di meja.

"Biasa aja sih Eko baca korannya," kata Budi.

Budi mengambil tempe goreng di piring, ya di makan dengan baik lah tempe goreng.

"Tahu goreng enak yang aku makan. Oooo iya. Beritanya tentang minyak goreng katanya naik harganya?!" Eko.

"Memang berita seperti itu," kata Budi.

Eko mengambil tahu goreng lagi di piring. Eko melihat gambar di koran, ya foto mobil yang mengalami kecelakaan, ya pokoknya keadaan mobil hancur gitu. Eko memakan tahu gorengnya lah.

"Walau harga minyak goreng naik kata di berita, ya tetap di beli dengan baik karena kebutuhan sih," kata Budi.

"Sayang banget ya hal yang cantik dan bagus hancur," kata Eko.

Budi terkejut dengan omongan Eko, ya karena awal pembicaraan masih  membicarakan urusan minyak goreng yang harganya naik, ya kata berita sih.

"Eko ngomongin apa?!" kata Budi.

"Aku ngomongin tentang mobil, ya gambar mobil di koran yang hancur berantakan tuh mobil karena kecelakaan," kata Eko.

Eko mengambil minuman botol di meja, ya di minum dengan baik minuman botol.

"Oooo ngomongin tentang mobil toh. Ya memang sih berita di koran tentang mobil yang mengalami kecelakaan," kata Budi.

Budi mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik minuman botol lah. Eko menaruh minuman botol di meja. 

"Mobil bagus hancur. Sayang banget," kata Eko.

Budi menaruh minuman botol di meja. 

"Memang sih mobil bagus hancur, ya sayang banget sih," kata Budi.

"Mobil yang mengalami kecelakaan di asurasiin apa tidak ya?!" kata Eko. 

"Ya di berita tidak di jelasin sih. Mobil yang mengalami kecelakaan itu di asuransikan apa tidak?!" kata Budi. 

"Ya kalau tidak di jelaskan di berita, ya mobil itu asurasikan apa tidak? Ya tidak ada masalah sih. Kan bukan urusan aku," kata Eko. 

"Emmmm!" kata Budi. 

"Orang meninggal karena kecelakaan itu, ya kasihan juga sih," kata Eko. 

"Memang kasihan sih," kata Budi. 

"Ada cerita tentang kecelakaan," kata Eko. 

"Hamil maksudnya?!" kata Budi niat becanda. 

"Emmm malah di alihkan ke urusan kecelakaan hubungan terlarang sampai jadi ya hamil," kata Eko. 

"Becanda," kata Budi. 

"Ya ceritanya tentang orang yang mengalami kecelakaan, ya sampai mati. Keluarganya bersedih banget dengan orang yang mengalami kecelakaan sampai mati," kata Eko. 

"Oooo cerita itu. Suaminya meninggal karena kecelakaan. Ya istrinya jadi janda, ya belum punya anak lagi. Pernikahannya baru sih," kata Budi. 

"Sudah takdir kematian seperti itu mau di bilang apa ya?!" kata Eko. 

"Mau di bilang apa? Ya kejadiannya seperti itu!" kata Budi. 

"Ya sudahlah. Lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok. Main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. 

"Berita tentang kecelakaan ini dan itu, ya selalu heboh," kata Eko. 

"Seperti biasanya, ya berita. Ya heboh jadinya," kata Budi. 

Budi dan Eko main catur dengan baik. 

MALAIKAT

Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca koran. Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motor dengan baik di halaman depan rumahnya Budi lah. Abdul duduk sambil menaruh seplastik es dugan dan satu plastik es dugan, ya di minum Abdul lah.

"Budi es dugan," kata Abdul.

Budi menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di atas meja. Budi mengambil plastik es dugan, ya di minum dengan baik es dugan. Budi dan Abdul menikmati minum es dugan lah.

"Hidup cuma begini-begini saja," kata Budi.

"Memang hidup begini-begini saja," kata Abdul.

"Manusia membangun peradaban dunia ini, ya manusia berevolusi," kata Budi.

"Oooo ilmu evolusi. Manusia bilang binatang sih....dari ilmu evolusi sih," kata Abdul.

"Hidup kan jadi sia-sia kan....kalau manusia itu adalah bintang," kata Budi.

"Memang sia-sia," kata Abdul menegaskan omongan Budi.

"Maka itu manusia di katakan binatang, ya tidak ada masalah. Ya untuk apa marah? Karena memang manusia itu binatang!" kata Budi.

"Manusia yang merasa dirinya manusia, ya marah. Tapi kelakuannya sama dengan binatang. Aneh!!!!" kata Abdul.

"Dengan belajar ilmu agama, ya membimbing manusia menjadi makluk yang memiliki budi pekerti yang baik. Derajat manusia lebih baik dari pada derajat bintang. Maka itu harus mengikuti aturan agama," kata Budi. 

"Memang harus mengikuti aturan agama, ya bagi yang meyakini dan di jalankan dengan baik. Tapi beda dengan orang-orang yang meninggalkan agama, ya sekedar saja status di KTP. Hidup yang di kejar setiap hari, ya kebutaan hidup. Ekonomi terus, ya demi menanggulangi masalah ekonomi, " kata Abdul. 

"Sia-sia sampai mati," kata Budi. 

"Memang sia-sia sampai mati," kata Abdul menegaskan omongan Budi. 

"Jika agama hancur karena orang-orang meninggalkan agama. Sampai kitab-kitab ajaran jadi musnah semua....jadi gimana ya?!" kata Budi. 

"Ya kalau hancur, ya sudah hancur. Mau di bilang apa?!" kata Abdul. 

"Mau di bilang apa? Kalau sudah hancur!" kata Budi. 

"Untung saja. Ada pemuda, yang sering di omongin Budi dan Eko. Ya pemuda itu telah berhasil dengan ilmu akherat. Pemuda itu telah mendengar suara roh. Pemuda itu di bimbing dengan baik," kata Abdul. 

"Iya juga. Kitab-kitab agama hancur semua, ya tidak ada masalah. Selama ada pemuda yang bisa mendengarkan roh. Roh itu malaikat," kata Budi. 

"Ngomong-ngomong nama roh itu siapa?!" kata Abdul. 

"Nama roh itu. Ya di larang untuk di sebutkan namanya. Karena dapat menunjukkan kebenaran dari pemuda itu, ya di jalan benar. Agama ya benar, ya jujur," kata Budi. 

"Ooooo di larang untuk di sebutkan namanya toh," kata Abdul. 

"Semua ini sekedar obrolan," kata Budi. 

"Emmmm," kata Abdul. 

Abdul dan Budi, ya selesai minum es dugan, ya plastiknya di buang di tempat sampah yang ada tutupnya lah. 

"Kalau begitu main catur saja!" kata Abdul. 

"Ok!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di atas meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Abdul, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

LEGENDA ULAR KEPALA TUJUH

Randa selesai bermain bulu tangkis bersama Hari, ya mainnya sih di lapangan. Hari pulang ke rumah dan Randa pulang ke rumahnya. Permainan bulu tangkis yang menang, ya Randa sih. Di rumah, ya Randa duduk santai lah di ruang tamu sambil menikmati minum sirup rasa jeruk dan juga makan kue. 

"Santai," kata Randa. 

Randa menikmati kesantaiannya dengan baik. Randa mengambil buku di meja, ya di baca dengan baik buku lah. 

Isi buku yang di baca Randa :

Legenda Tujuh Headed Snake adalah sebuah  Bengkulu cerita rakyat,  tepatnya dari Kabupaten Lebong. Menceritakan petualangan Gajah Merik, putra bungsu Raja Bikau Bermano mengalahkan Ular Tujuh Kepala yang menjaga Danau Tes. Ular tersebut dipercaya oleh masyarakat Lebong sebagai penjaga Danau Tes. Sarangnya ada di Teluk Lem sampai ke dasar Pondok Lucuk. Karena itu, jika warga menyeberangi danau Tes menggunakan perahu, mereka tidak berani berkata sembarangan.

Alkisah, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kutai Rukam yang dipimpin oleh Raja Bikau Bermano. Raja memiliki delapan putra. Pada suatu ketika, Raja Bikau Bermano ingin mengadakan upacara pernikahan putranya yang bernama Gajah Meram dengan seorang putri dari Kerajaan Suka Negeri bernama Putri Jinggai. Keraton Kutai Rukam kemudian mempersiapkan segala sesuatunya untuk melangsungkan pernikahan semeriah mungkin.

Hari pernikahan Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai pun tiba. Awalnya, upacara pernikahan berjalan lancar. Namun, tiba-tiba hal aneh terjadi. Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai tiba-tiba menghilang entah kemana. Saat itu, keduanya sedang melakukan prosesi upacara mandi bersama di Pemandian Aket di tepi Danau Tes. Tidak ada yang tahu di mana pasangan itu hilang.

Tiba-tiba Raja Bikau Bermano dan ratu menjadi cemas. Khawatir terjadi sesuatu pada putranya dan calon menantunya, Raja segera mengirim beberapa panglima perang untuk mencari mereka. Para hulubalang segera mencari di sekitar Danau Tepi, tetapi tidak menemukan keduanya. Akhirnya para panglima perang kembali ke istana.

"Maafkan kami, Yang Mulia Raja. Kami tidak berhasil menemukan putra mahkota dan Putri Jinggai di sekitar Danau Tes.” para panglima perang melaporkan.

"Kau tidak berhasil menemukan mereka?" tanya Raja yang panik.

“Benar, Yang Mulia Raja! Kami mencoba mencari di sekitar danau, tetapi kami tidak dapat menemukannya." jawab panglima perang lainnya.

Raja Bikau Bermano kemudian mengumpulkan semua penghuni istana. Di depan semua penghuni istana, Raja bertanya apakah ada di antara mereka yang tahu ke mana perginya Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai.

"Apakah ada di antara kalian yang mengetahui keberadaan putra dan menantuku?" tanya Raja Bikau Bermano.

Tak satu pun penghuni istana menjawab pertanyaan Raja. Semua orang hanya bisa diam. Dalam diam, tiba-tiba seorang lelaki tua kerabat Putri Jinggai dari Kerajaan Suka Negeri menjawab, “Hamba yang terhormat, Baginda Raja. Biarkan saya mengatakan sesuatu. ”

"Tolong beri tahu saya, orang tua!" jawab Raja.

"Permisi, Yang Mulia Raja. Sejauh yang saya tahu, putra mahkota dan Putri Jinggai diculik oleh Raja Ular yang memerintah di bawah Danau Tes. Ular Tujuh Kepala sangat sakti dan sangat licik, kejam, dan suka mengganggu orang yang sedang mandi di Danau Tes.” jawab orang tua itu.

"Jika itu benar, maka kita harus menyelamatkan mereka sekarang. Kita harus memikirkan cara untuk mengalahkan ular berkepala tujuh .” kata Raja Bikau Bermano.

“Tolong maafkan aku, Ayah. Biarkan Ananda pergi membebaskan saudara Gajah Meram dan calon istrinya.” kata Gajah Merik, putra bungsu raja.

Semua orang di istana kaget, karena Pangeran Gajah Merik baru berusia 13 tahun. Raja Bikau Bermano tentu saja tidak menyetujui permintaan putra bungsunya itu. Dia tidak ingin kehilangan putranya yang lain. Tapi Gajah Merik bersikeras dengan mengatakan bahwa sejak dia berusia 10 tahun, hampir setiap malam dia bermimpi dikunjungi oleh seorang kakek yang mengajarinya ilmu sihir.

“Baiklah, anakku tercinta Gajah Merik. Besok kamu bisa pergi ke Danau Tes untuk membebaskan saudaramu. Tapi pertama-tama kamu harus pergi ke pertapaan di Tepat Topes untuk mendapatkan senjata warisan.” kata Raja.

"Ayah yang baik." jawab Gajah Merik.

Keesokan harinya, Gajah Merik pergi ke Tepat Topos untuk bertapa. Tempat tersebut terletak di antara ibu kota Pemerintahan Suka Negeri dan desa baru. Selama tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik menjadi pertapa dengan konsentrasi penuh, tidak makan dan minum. Setelah melakukan pertapaan, Gajah Merik akhirnya berhasil memperoleh senjata pusaka berupa keris dan selendang. Keris pusaka mampu membuat jalannya di dalam air sehingga bisa dilewati tanpa harus menyelam. Sedangkan selendang ajaib, bisa menjelma menjadi pedang.

Selanjutnya, Gajah Merik kembali ke keraton dengan membawa dua senjata warisannya. Saat tiba di desa Telang Macang, ia melihat beberapa tentara pusat menjaga daerah perbatasan Kerajaan Kutai Rukam dengan Kerajaan Suka Negeri. Tidak ingin terlihat oleh para prajurit, Gajah Merik segera melompat ke Sungai Air Ketahun menuju Danau Tes sambil memegang keris pusakanya. Gajah Merik terkejut karena dia sama sekali tidak tersentuh oleh air sungai.

Awalnya Gajah Merik berniat untuk kembali ke istana terlebih dahulu, namun saat melewati Danau Tes, ia berubah pikiran untuk segera mencari Raja Ular. Gajah Merik kemudian menyelam ke dasar danau. Tak lama kemudian, ia berhasil menemukan tempat persembunyian Raja Ular Ajaib. Gajah Merik melihat sebuah gerbang di depan mulut sebuah gua besar. Saat hendak memasuki mulut gua, tiba-tiba ia dihadang oleh dua ekor ular besar.

“Hai, bung! Kamu siapa? Beraninya kamu datang ke sini! ” teriak seekor ular.

"Nama saya Gajah Merik. Saya ingin membebaskan saudara saya, Gajah Meram.” jawab Gajah Merik.

"Kamu tidak bisa masuk!" Cegat ular itu.

Gajah Merik, tentu saja, terus membobol. Akibatnya, terjadilah pertarungan sengit antara Gajah Merik dengan kedua ular tersebut. Setelah pertarungan panjang, kedua ular itu akhirnya dikalahkan oleh Gajah Merik. Selanjutnya, Gajah Merik terus menyusuri lorong gua hingga masuk ke dalam. Setiap kali dia melewati pintu, dia selalu dihadang oleh dua ular besar. Namun, Gajah Merik selalu memenangkan pertarungan. Saat hendak melewati pintu ketujuh, tiba-tiba Gajah Merik mendengar suara tawa ular.

"Hei, Raja Ular itu jelek. Keluarlah padaku jika kamu berani! Saya Gajah Merik, putra Raja Bikau Bermano dari Kerajaan Kutai Rukam. Lepaskan adikku dan calon istrinya, atau aku akan menghancurkan istana ini!” seru Gajah Merik.

Merasa tertantang, Raja Ular mendesis. Desisannya mengeluarkan kepulan asap. Beberapa saat kemudian, kepulan asap berubah menjadi ular raksasa. Raja Ular berkata bahwa ia bersedia membebaskan Gajah Meram dengan syarat Gajah Merik mampu menghidupkan kembali ular penjaga yang ia bunuh dan Gajah Merik juga harus mampu mengalahkan Raja Ular Ajaib. Dengan kesaktian yang didapat dari kakeknya dalam mimpinya, Gajah Merik segera mengusap satu persatu mata ular yang telah dibunuhnya sambil membaca mantra. Dalam sekejap, ular-ular itu hidup kembali.

Raja Ular kaget melihat kesaktian anak kecil itu. "Sekarang lawan aku. Tunjukkan sihirmu, jika kamu berani! ” jawab Ular Ajaib berkepala tujuh.

Tanpa berpikir panjang, Raja Ular segera menjentikkan ekornya ke arah Gajah Merik. Gajah Merik yang sudah siap, segera mengejang dengan lincah, untuk menghindari terjepitnya ekor Raja Ular. Pertarungan sengit pun terjadi. Keduanya bergantian menyerang dengan melakukan jurus sihir masing-masing. Pertarungan antara manusia dan binatang itu seimbang.

Sudah lima hari lima malam, tetapi belum ada yang dikalahkan. Memasuki hari keenam, Raja Ular mulai lelah. Dia hampir kehabisan energi. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Gajah Merik. Ia terus menyerang hingga akhirnya Raja Ular Ajaib putus asa. Di saat yang tepat, Gajah Merik langsung menusukkan selendangnya yang sudah menjelma menjadi pedang ke perut Raja Ular.

"Aduuuhh... sakiiit!" Raja Ular menjerit kesakitan.

Melihat Raja Ular tidak berdaya, Gajah Merik mundur beberapa langkah untuk berhati-hati siapa tahu raja ular sakti itu tiba-tiba menyerangnya lagi. “Kamu hebat, anak kecil! Saya mengaku kalah,” kata Raja Ular. Mendengar pengakuan Raja Ular Ajaib, Gajah Merik segera membebaskan adiknya dan Putri Jinggai yang dikurung di sebuah ruangan.

Saat berada di istana, Raja Bikau Bermano merasa. Sudah dua minggu Gajah Merik kembali dari pertapaannya. Oleh karena itu, Raja memerintahkan beberapa panglima perang untuk mengikuti Gajah Merik di Tepat Topos. Namun, sebelum para hulubalang pergi ke pertapaan Tepat Topos, tiba-tiba salah satu hulubalang yang ditugaskan untuk menjaga tempat pemandian di tepi Danau Tes datang dengan tergesa-gesa, mengumumkan bahwa Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai telah kembali dengan selamat.

“Maafkan saya, Yang Mulia! Kami yang berjaga di danau juga kaget, tiba-tiba muncul Gajah Merik dari dalam danau bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai. Ternyata, setelah bertapa selama tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik langsung pergi ke istana Raja Ular dan berhasil membebaskan Gajah Meram dan Putri Jinggai.” hulubalang menjelaskan.

Tidak lama kemudian, Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai tiba di istana yang dijaga oleh beberapa panglima perang yang menjaga Danau Tes. Kedatangan mereka disambut oleh Raja dan seluruh keluarga istana. Kabar kembalinya Gajah Meram dan keperkasaan Gajah Merik menyebar ke seluruh pelosok negeri. Selanjutnya, Raja mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.

Setelah itu, Raja menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Meram. Namun, Gajah Meram menolak untuk menerima tahta Kerajaan Kutai Rukam. Bahkan mengorganisir Raja untuk menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Merik. Setelah didesak, akhirnya Gajah Merik bersedia menerima tahta kerajaan Kutai Rukam dengan syarat dapat mengangkat Raja Ular dan pengikutnya yang telah ditaklukkannya menjadi panglima perang Kerajaan Kutai Rukam. Permintaan Gajah Merik dikabulkan oleh Raja. Akhirnya, Raja Ular yang telah ditaklukkannya diangkat menjadi kepala Kerajaan Kutai Rukam.

***

Randa selesai baca bukunya, ya buku di taruh di meja dengan baik. Randa pun mengambil remot di meja, ya menghidupkan Tv dan memilih chenel Tv yang acara film kartun, ya karena Randa masih anak-anak duduk SD kelas 3 lah. Randa menonton dengan baik film kartun yang bagus, ya dengan keadaan santai lah. 

CAMPUR ADUK

JEFF, WHO LIVES AT HOME

Malam hari, ya bintang berkelap-kelip di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus....FTV di chenel AllPlay Ent, ya seperti bia...

CAMPUR ADUK