CAMPUR ADUK

Monday, February 28, 2022

ORANG PINTAR

Malam yang tenang di kediaman rumahnya Budi. Ya Budi duduk di depan rumah sedang baca koran, ya sambil menikmati minum botolan dan juga makan gorengan lah.

"Beritanya masih kesehatan ini dan itu," kata Budi.

Budi membaca dengan baik koran yang masih membahas tentang urusan varian Omicron. Eko pun dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Eko pun duduk bersamaan Budi. Ya Budi yang asik baca koran, ya berhentilah dari baca korannya dan menaruh koran di atas meja.

"Eko," kata Budi.

"Apa?" kata Eko, ya sambil mengambil bakwan goreng di piring dan langsung memakannya.

"Kalau pemimpin berhasil dalam kepemimpinannya. Kenapa ada orang-orang yang ingin mempertahankan tuh pemimpin dalam jabatannya, ya menjadi tiga periode gitu?" kata Budi.

"Lah itu sih urusan lulusan Universitas. Aku cuma lulusan SMA, ya masih kurang ini dan itu," kata Eko.

Eko mengambil minuman botol dan di buka dengan baik, ya di minumlah dengan baik.

"Ya memang sih. Aku dan Eko, ya lulusan SMA. Kan ini cuma sekedar bahan obrolan saja!" kata Budi.

Eko menaruh botol minuman di meja.

"Bahan obrolan. Bahan obrolan. Jangan-jangan di ambil dari koran yang di baca Budi?!" kata Eko sambil menunjuk koran di meja.

"Ya memang aku ambil dari koran sih," kata Budi.

"Kalau di pikir dengan baik. Untuk apa ada Reformasi, ya kalau masih ada orang-orang yang inginkan pemimpinnya menjabat menjadi tiga periode atau lebih gitu?!" kata Eko.

"Untuk apa sebenarnya Reformasi?" kata Budi berpikir panjang.

"Banyak orang yang bilang sih. Semua itu demi kepentingan orang-orang yang duduk di pemerintahan. Pernyataannya "Aku masih sanggup memimpin," kata Eko.

"Semua demi kedudukan ini dan itu. Aku yang masih status lulusan SMA. Ya ingin sih harapan di masa depan jadi pemimpin sih. Itu pun harus kuliah dan wawasan ku banyak dalam bidang ini dan itu, ya agar menjalankan satu sistem kerja berjalan dengan baik," kata Budi.

"Keinginan Budi, ya baik di masa depan. Ingin menjadi pemimpin. Tetap saja yang proses Budi masih panjang untuk mencapai tujuan itu. Orang-orang yang telah punya kemampuan telah siap untuk menjadi pemimpin, ya duduk di pemerintahan ada....sampai swasta dan berkecimpung dalam organisasi ini dan itu, ya sampai politik. Tujuan orang-orang itu membesarkan namanya, ya agar masyarakat mengenal mereka dengan sosok pemimpin yang bisa di pilih dengan baik untuk memimpin negeri ini," kata Eko.

"Berarti masih banyak orang pintar yang mampu memimpin negeri ini," kata Budi.

"Omongan Budi benarlah. Masih banyak orang-orang pintar negeri ini yang mampu memimpin negeri ini. Siklus itu terus berjalan dengan baik," kata Eko.

"Generasi ke generasi. Warisan negeri ini," kata Budi.

"Siapa yang sanggup dengan segala kepintarannya? Duduklah jadi pemimpin di negeri ini!" kata Eko.

"Emmmmm," kata Budi.

"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko.

"Ok...main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja lah papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum botolan dan juga makan gorengan lah.

Sunday, February 27, 2022

SEMASA SMA : IPA

Malam yang gelap bertabur bintang di langit. Budi memang melihat langit gelap bertabur bintang karena Budi duduk santai di depan rumah.

"Rasa ingin berduan dengan cewek. Kenyataan tetap kenyataan. Aku masih jomlo," kata Budi.

Tiba-tiba bintang jatuh terlihat di pandangan Budi. Ya Budi diam saja melihat fenomena tersebut dan juga tidak berdoa. Beda dengan orang-orang yang mempercayai tentang bintang jatuh, ya bisa mengabulkan ini dan itu kalau berdoa. Budi pun segera mengambil koran di meja, ya di baca dengan baik berita yang ada di koran lah. Eko ke rumah Budi, ya Eko mengendarai motornya dengan baik menuju rumah Budi. Singkat waktu, ya Eko sampai di rumah Budi dan memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Eko membawa seplastik yang isinya gorengan dan juga minuman kopi gelasan gitu. Eko menaruh seplastik yang isi makan dan minuman di meja. Eko berkata "Gorengan Budi!"

Eko mengambil gorengan di plastik, ya di makan dengan baik sih gorengan.

"Iya," kata Budi.

Budi menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di meja. Budi mengambil gorengan di plastik, ya di makan dengan baik gorengan lah.

"Eko," kata Budi.

"Apa?" kata Eko.

Eko mengambil minuman kopi gelasan di plastik, ya segera di minum dengan baik kopi gelasan itu.

"Banyak orang-orang status agamanya, ya cuma abal-abal kan?" kata Budi.

Budi mengambil minuman kopi gelasan di pelastik, ya segera di minum dengan baik kopi gelasan itu. Eko menaruh kopi gelasan di meja.

"Ya realita kehidupan ini, ya begitu lah. Banyak orang-orang yang status agamanya, ya cuma abal-abal. Tidak menjalankan aturan agama yang di yakininya," kata Eko.

Budi menaruh minuman kopi gelasan di meja.

"Maka itu banyak ahli agama terus mengajarkan agama dengan baik, ya lewat apa pun. Contohnya : media Tv lah. Untuk mengingatkan manusia yang meyakini agama yang di yakininya, ya di jalankan dengan baik," kata Budi.

"Siar agama, ya terus menerus di jalankan dengan baik. Demi kebaikan semuanya," kata Eko.

"Agama itu. Penggerak ekonomi kan?" kata Budi.

"Memang agama itu penggerak ekonomi. Contohnya : guru agama yang mengajar di sekolah, ya di bayar oleh pemerintah dan swasta. Dari gajinya guru, ya di belikan keperluan kebutuhan sehari-hari yang ini dan itu," kata Eko.

"Ekonomi berjalan dengan baik," kata Budi.

"Ya begitu lah," kata Eko.

"Eko kalau ketemu guru-guru kita di jalan. Ya apa Eko menghampirinya dan salam sama Bapak dan Ibu guru?" kata Budi.

"Kalau ingat sih. Aku ketemu guru SMA sih. Bapak itu sudah lupa dengan aku, ya karena kan banyak muridnya yang di ajar. Aku sebagai mantan murid yang baik, ya menghampirinya dan salam sama Bapak guru lah, ya Bapak guru kan seperti orang tua kita sendiri, ya mendidik aku menjadi orang yang berguna demi menjalankan kehidupan ini," kata Eko.

"Ya aku juga sih bertemu dengan guru-guru di SMA. Ya aku menghampirinya dan salam gitu. Tanda masih menghormati guru sih. Kalau tidak karena guru, ya aku bukan siapa-siapa. Karena ilmu semasa SMA di gunakan dengan baik, ya akhirnya aku kerja di perusahaan, ya walau hanya jadi buruh karena statusnya SMA," kata Budi.

"Di pikir dengan baik sih, yang hebat itu Abdul. Dengan ilmu SMA. Abdul menggunakan ilmunya dengan baik, ya membangun usaha, ya dagang di pasar gitu, ya kelontongan gitu. Hasil usahanya Abdul berjalan dengan baik karena Abdul memahami dengan baik ilmu ekonomi dan juga perubahan yang terjadi di masyarakat yang di pengaruhi oleh perkembangan teknologi, ya digitalisasi sih. Dasarnya Abdul semasa SMA, ya IPA," kata Eko.

"Memang aku akui. Abdul hebat dengan spekulasinya dalam membangun usaha. Aku, Eko, Abdul dan Erwin, ya anak IPA, ya semasa SMA," kata Budi menegaskan omongan Eko.

Eko pun bersenandung "A : Aku selalu belajar memahami kehidupan ini. B : Bermain dan bergembira. C : Cerita ini dan itu. D : Dia yang selalu membuat ku bahagia. E : Engkau adalah cinta sejati ku...."

"Eko pandai menyusun kata-kata yang menarik," kata Budi.

"Ya sekedar saja sih. Kita masih kelompok grub band semasa SMA," kata Eko.

"Setelah lulus SMA, ya aku, Eko, Abdul dan Erwin. Pada akhirnya memutuskan jalan masing-masing untuk mencari masa depan yang baik dengan cara masing-masing," kata Budi.

"Ya begitulah keadaan grub band kita," kata Eko.

"Main catur saja, kalau begitu Eko!" kata Budi.

"Ok...main catur!" kata Eko.

Budi, ya mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga kopi gelasan lah.

Saturday, February 26, 2022

TUKANG OJEK PANGKALAN

Malam gelap bertabur bintang di langit. Keadaan lingkungan sekitar rumah Eko, ya tenang banget. Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Motor," kata Budi.

"Ada apa dengan motor. Jangan-jangan Budi lagi bingung mikirin bayar cicilan kredit motor yang sudah jatuh tempo waktunya dan uangnya kepake gitu, ya jadinya Budi mencari pinjeman ke teman gitu?" kata Eko.

"Kalau orang lain, ya mungkin masih masalah tentang bayar kredit motornya. Kalau aku kan enggak. Aku tetap kerja dengan baik jadi buruh di perusahaan, ya otomatis...tiap bulan ada uang untuk membayar cicilan motor lah," kata Budi.

"Jadi Budi tidak ada masalah tentang kredit motor toh," kata Eko.

"Yang aku maksud kan itu, ya kalau kita berdua tidak kerja jadi buruh di perusahaan. Pasti kerjaannya jadi tukang ojek, ya alasannya karena punya kendaraan motor gitu," kata Budi.

"Memang sih. Kalau kita tidak kerja jadi buruh di perusahaan, ya jadi tukang ojek," kata Eko.

"Ceritanya?" kata Budi berpikir panjang.

"Budi mau cerita toh!" kata Eko.

"Iya sih ingin cerita tentang tukang ojek pangkalan," kata Budi.

"Kalau begitu silakan Budi bercerita dengan baik, ya aku mendengarkan cerita Budi dengan baik!" kata Eko.

"Begini ceritanya. Setelah lulus SMA. Budi berusaha mendaftar kerjaan kesana kesini, ya perusahaan gitu, ya ke tempat kerjaan yang ada di Bandar Lampung ini. Ternyata usaha Budi, ya gagal mendapatkan kerjaan. Eko pun sama dengan Budi, ya tidak dapet kerjaan. Budi dan Eko pun berkata "Nasif cuma lulusan SMA. Susah mendapatkan pekerjaan". Abdul pun berusaha juga mendaftar kerjaan juga, ya hasilnya tidak dapet kerjaan karena keduluan orang yang masuk kerjaan di suatu tempat, ya perusahaan gitu. Abdul pun berkata "Susah amat mendapatkan kerjaan di kota Bandar Lampung, ya kaya susahnya cari kerjaan di kota Jakarta, penuh dengan persaingan ini dan itu". Budi, Eko dan Abdul, ya akhirnya ngumpul di pos kamling. Ketiga dalam keadaan frustasi tidak dapet kerjaan. Abdul pun punya ide setelah melihat motor yang lewat, ya Abdul berkata "Gimana kalau kita kerja jadi tukang ojek". Budi dan Eko, ya menerima idenya Abdul jadi tukang ojek. Ya lebih baik jadi tukang ojek dari pada jadi pengangguran dan di cap begini begitu sama masyarakat yang berpikir negatif ini dan itu. Budi, Eko dan Abdul, ya benar jadi tukang ojek. Budi menggunakan motor Bapaknya, ya masih kreditnya belum selesai. Eko menggunakan motor Abangnya yang masih kreditnya belum selesai juga. Sedangkan Abdul, ya menggunakan motor warisan dari kakeknya, ya motor jadul tetapi masih bisa jalan dengan baik gitu. Budi, Eko dan Abdul berkumpul di pos kamling yang di jadi kan pangkalan ojek dan juga telah minta izin dengan sama Pak RT dan masyarakat di lingkungan karena pos kamling di jadikan pangkalan ojek. Budi, Eko dan Abdul, ya menjalankan kerjaannya jadi tukang ojek dengan baik. Sampai Erwin dateng dengan membawa motor gedenya, ya ikutan jadi tukang ojek. Budi, Eko dan Abdul, ya tidak abis pikir dengan ulah Erwin yang ikutan jadi tukang ojek karena memang Erwin, ya anak orang kaya, ya untuk apa jadi tukang ojek?. Memang banyak cewek yang mau naik motornya Erwin. Budi berkata "Kita kalah dengan Erwin. Laris manis". Eko pun berkata "Ya tukang ojeknya keren, ya bawa motor gede, ya cewek pada mau naik motornya Erwin". Abdul berkata "Penampilan mendukung, jadi usaha berjalan dengan lancar". Budi, Eko dan Abdul tetap ada saja orang-orang yang memakai jasa ketiganya jadi tukang ojek. Sampai hari berganti malam. Erwin memberikan uang hasil tukang ojeknya kepada Budi, Eko dan Abdul. Erwin berkata "Aku cuma sekedar saja jadi tukang ojek. Uang hasil tukang ojek untuk kalian bertiga". Budi berkata "Kok....uang hasil ojek Erwin di kasih ke aku dan kawan-kawan". Eko berkata "Kebiasaan Erwin". Abdul berkata "Terima saja pemberian Erwin itu. Paling untuk nolong membantu kita yang masih dalam keadaan miskin". Erwin berkata "Omongan Abdul bener. Aku ingin membantu kalian saja. Kan kita teman". Budi, Eko dan Abdul, ya mengerti banget tentang Erwin, ya teman baik gitu. Usaha tukang ojek pun di jalankan dengan baik. Satu minggu sudah menjalankan jadi tukang ojek, ya Erwin pun tidak lagi tidak jadi tukang ojek karena harus kuliah ke Jakarta. Budi, Eko dan Abdul terus menjalankan dengan baik kerjaan jadi tukang ojek, ya demi kehidupan sehari-hari yang ini dan itu. Begitulah ceritanya," kata Budi.

"Cerita yang bagus. Dimana ada kemauan pasti ada jalan. Kerjaan jadi tukang ojek, ya halal lah," kata Eko.

"Ya...begitu lah," kata Budi.

Abdul pun dateng, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Abdul pun duduk bersama dengan Budi dan Eko.

"Ngomongin apa Budi dan Eko?" kata Abdul.

"Motor," kata Budi.

"Tukang ojek pangkalan," kata Eko.

"Motor dan tukang ojek pangkalan. Jangan-jangan ada kaitannya dengan sinetron tukang ojek pangkalan, ya menceritakan tentang kehidupan tukang ojek, keluarga dan juga teman-teman. Ceritanya sudut keadaan ini dan itu. Memang ceritanya menarik sih tukang ojek pangkalan," kata Abdul.

"Bisa jadi sih," kata Eko.

"Ya kena sih. Idenya di ambil dari sinetron tukang ojek pangkalan," kata Budi.

"Main kartu remi aja Eko, Budi!" kata Abdul.

"Ok!" kata Eko dan Budi bersamaan.

Eko mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik. Eko dan kawan-kawan main kartu remi dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

Friday, February 25, 2022

SIFAT DAN TINGKAH LAKUNYA

Malam yang tenang di lingkungan rumah Budi. Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil baca koran dan juga menikmati minum botolan dan juga makan singkong rebus. Eko ke rumah Budi, ya menggunakan motorlah. Singkat waktu, ya Eko sampai di rumah Budi dan memarkirkan motornya di depan rumah Budi dengan baik. Eko duduk dengan baik bersama Budi. Ya Budi menghentikan baca korannya dan koran di taruh di mejalah. Eko mengambil singkong rebus di piring, ya berkata "Tumben singkong rebus. Biasanya gorengan?"

Eko, ya makan singkong rebus itu.

"Ibu beli singkong di pasar. Lalu di buat makanan, ya makanannya singkong rebus saja," kata Budi.

"Oooo Ibu Budi beli singkong dan di buat makanan singkong rebus saja. Kenapa tidak di goreng saja singkongnya. Atau jangan-jangan ada kaitannya dengan minyak goreng yang ini dan itu, ya berita gitu?" kata Eko.

"Tidak ada kaitan dengan berita yang ini dan itu tentang minyak goreng. Yang masak bukan aku, ya Ibu yang masak," kata Budi.

"Iya deh yang masak Ibu, ya keputusan Ibu mau masak apa," kata Eko.

Eko mengambil minuman botolan, ya di buka dengan baik minuman botolan itu dan segera di minum dengan baik.

"Eko. Aku ingin ngobrolin sesuatu," kata Budi.

Eko menaruh minuman botol di meja.

"Sesuatu apa?" kata Eko.

"Tentang cewek," kata Budi.

"Cewek toh. Apa yang mau di obrolin?" kata Eko.

"Cewek kalau di kasih makan seperti orang miskin. Mau apa enggak ya?" kata Budi.

"Relatif lah Budi?" kata Eko.

"Kok relatif?" kata Budi.

"Cewek yang terlahir dari keadaan miskin dan bisa menerima keadaannya. Cewek itu berusaha dengan baik demi hidupnya berubah menjadi kaya. Lalu cewek itu mendapatkan suami yang keadaannya memang miskin. Suaminya mampunya memberikan makan dan kehidupannya seperti orang miskin. Ya otomatis maulah cewek menjalankan kehidupan dengan suaminya kala suka dan duka, ya contohnya orang tua kita. Kalau cewek yang terlahir dari kalangan orang kaya, ya tidak bisa Budi," kata Eko.

"Jangan-jangan Eko punya pengalaman tentang cewek yang terlahir dari orang kaya?" kata Budi.

"Ya ada sih. Saat aku belum bersama Purnama. Aku mencoba berteman dengan cewek, ya anak orang kaya. Sifat dan tingkahnya, ya aku kecewa banget. Setelah itu, ya aku biasa saja teman dengan cewek itu," kata Eko.

"Sifat dan tingkahnya yang membuat Eko kecewa. Aku juga sih kecewa juga sih. Kalau menemukan cewek yang tidak bisa menerima keadaan dari cowoknya," kata Budi.

"Sebenarnya waktu bisa mengubah segalanya, ya berusaha dengan baik. Pada akhirnya aku menjadi orang yang mampu. Walau hanya kerja jadi buruh di perusahaan. Aku membawa Purnama makan di pinggir jalan, ya kaya orang miskin, ya ternyata Purnama mau gitu karena memang Purnama dari kalangan orang tidak mampu juga sih, ya jadinya tidak neko neko sih. Aku merasa senang dengan sifat dan tingkah Purnama, ya jadinya Aku membawa Purnama makan di rumah makan, ya gaya orang kaya gitu dengan membawa mobil, ya itu pun mobilnya minjem. Purnama menerima aku apa adanya. Keadaan aku miskin, ya sampai aku mampu pun...iya mampu dengan baik. Cewek seperti Purnama lah yang aku inginkan dengan baik," kata Eko.

"Iya sih. Cewek yang baik itu bisa menerima keadaan kita. Dengan berusaha dengan baik, ya bisa mengubah keadaan sih. Purnama cewek yang baik, ya muslimah yang baik, ya paham agama dengan baik. Bisa menyenangkan cowok yang mencintai Purnama," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Cewek di lingkungan masyarakat, ya bermacam-macam sifat dan tingkah lakunya. Dasarnya dari didikan orang tua, pendidikan sekolah sampai pergaulan. Ada yang baik dan ada yang buruk. Sampai-sampai....terkait kriminalitas ini dan itu, ya cewek yang buruk," kata Budi.

"Nama juga kehidupan ini. Antara baik dan buruk," kata Eko.

" Kalau begitu sih. Main catur saja Budi!" kata Eko.

"Ok...main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur lah. Abdul dateng ke rumah Budi, ya telah memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi.

"Ada Abdul. Jadi main kartu remi aja Budi!" kata Eko.

"Ok," kata Budi.

Budi menaruh papan catur ke bawah mejalah dan mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik kartu remi.

"Tidak ada gorengan. Adanya singkong rebus," kata Abdul sambil mengambil singkong rebus di piring, ya singkong rembus di makan Abdul dengan baik.

"Tidak ada gorengan. Singkong rebus yang ada," kata Budi.

Budi membagikan kartu remi dengan baik.

"Ibu Budi yang masak singkong rebus. Kalau di pikir dengan baik. Makan singkong rebus kaya acara Tv, ya film jadul gitu," kata Eko.

"Ibu Budi yang masak singkong rebus toh. Pantes singkong rebusnya enak," kata Abdul.

Ketiganya main kartu remi sih.

Abdul mengambil minuman botol di meja, ya di buka dengan baik, ya di minum dengan baik.

"Kadang lebih baik mendapatkan cewek muslimah. Sifat dan tingkahnya, ya bisa menyenangkan hati gitu," kata Budi.

Abdul menaruh minuman botol di meja.

"Aku setuju dengan omongan Budi," kata Abdul.

"Aku juga setuju omongan Budi. Karena aku sudah merasakan, ya bersama dengan cewek muslimah. Purnama menyenangkan hati," kata Eko.

Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya sambil menikmati makan singkong rebus dan juga minuman botol.

KEBIASAAN

Abdul duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca koran dan juga menikmati minuman botolan dan juga makan keripik singkong. Budi ke rumah Abdul, ya menggunakan motornya. Eko, ya ke rumah Abdul dengan menggunakan motornya. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Abdul. Budi memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Abdul. Budi pun duduk bersama Abdul. Ya Abdul pun berhenti baca koran dan koran di taruh di mejalah. Budi melihat tidak ada gorengan di meja, ya cuma ada keripik singkong gitu. Budi pun berkata "Abdul...tidak ada gorengan ya?"

"Ada cuma keripik singkong!" kata Abdul sambil mengambil keripik dari plastiknya, ya keripik singkong di makan sama Abdul.

"Makan keripik mah tidak kenyang," kata Budi.

"Kalau mau kenyang sih makan nasi. Budi ingin makan?" kata Abdul.

"Mau sih," kata Budi.

"Kalau begitu ikut aku ke dalam!" kata Abdul.

"Ok...aku ikut Abdul ke dalam rumah," kata Budi.

Budi dan Abdul, ya beranjak dari duduknya dan bergerak ke dalam rumah, ya langsung ke ruang makan. Budi pun duduk dengan baik, ya dekat meja makan. Abdul pun membuka tudung saji.

"Silakan makan Budi. Cuma ada lauk ikan asin, sambal, dan rebusan daun singkong. Nasi sih banyak sih. Ya tinggal ada ini. Karena habis di makan aku dan keluarga. Mau beli makan ini dan itu, ya malam Budi," kata Abdul.

"Ini saja aku sudah bersyukur banget. Teringat masa kecil, ya makan apa adanya yang penting perut kenyang. Maklum keadaan masih miskin," kata Budi.

"Sama aja dengan aku....Budi. Aku pun menerima keadaan, ya keluarga miskin. Tetap keluarga berusaha dengan sebaik mungkin di jalan baik," kata Abdul.

"Kalau begitu aku makan, ya Abdul!" kata Budi.

"Iya. Aku tinggal, ya Budi!' kata Abdul.

"Emmmm," kata Budi.

Abdul pun meninggalkan Budi yang sedang asik makan. Abdul pun duduk di depan rumah. Eko pun sampai di rumah Abdul, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumahnya Abdul. Eko pun duduk dengan baik bersama Abdul.

"Ngomong-ngomong Abdul. Budi mana? Motornya ada, ya orangnya enggak ada?" kata Eko.

"Budi sedang makan di dalam," kata Abdul.

"Emmmm kebiasaan. Dari kecil sampe dewasa kerjaannya Budi. Laper aja tuh perut Budi," kata Eko.

"Maklum saja kebiasaan Budi," kata Abdul.

"Iya sih. Maklum kebiasaan Budi," kata Eko.

"Main kartu remi!" kata Abdul.

"Ok sih main kartu remi. Ngomong-ngomong...urusan kisah cinta Abdul dengan Putri gimana?" kata Eko.

"Ya....urusan kisah cinta aku dengan Putri. Ya jalan begitu-begitu saja. Aku di Bandar Lampung, ya Putri di Jakarta. Tidak ada ikatan lagi, ya sekedar teman," kata Abdul sambil mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik kartu remi

"Teman," kata Eko.

"Emmm," kata Abdul.

Abdul membagikan kartu remi dengan baik. Abdul dan Eko main kartu remi dengan baik pula. Selang beberapa saat. Budi, ya selesai makan.

"Kenyang," kata Budi. 

Budi membereskan semuanya dengan baik, ya setelah itu ke depan rumah. Budi pun duduk bersama dengan Eko dan Abdul. Ya Eko dan Abdul, ya masih asik main kartu remi gitu.

"Makannya enak Budi?" kata Eko.

"Makannya enak banget," kata Budi.

"Emangnya Abdul masak apa?" kata Eko.

"Aku tidak masak. Makan yang ada saja. Cuma ikan asin, sambal dan rebusan daun singkong saja," kata Abdul.

"Oooo makan yang biasa di makan di rumah Budi juga seperti yang ada di rumah Abdul," kata Eko.

"Ya di rumah aku kan cuma ada itu. Ya aku juga bersyukur. Di rumah Eko juga sama aja sih," kata Budi.

"Di rumah aku. Ya beda lah. Tempe goreng, sambal, dan lalapan terong," kata Eko.

"Bedanya tempe goreng dan juga lalapan terong toh," kata Budi.

"Yang di bahas makan yang biasa. Kali-kali makan enak banget gitu. Ayam bakar," kata Abdul.

"Ayam bakar memang enak di rumah makan, ya aku pernah nyobain sih," kata Budi.

"Aku juga pernah ngobain makan ayam bakar di rumah makan, ya masakan memang sip, ya ayam bakarnya benar-benar enak," kata Eko.

"Kalau di bahas bener-bener. Makin jadi laper tahu," kata Abdul.

"Ya begitu lah," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

Permain kartu remi yang menang Abdul. Eko, ya mulai mengocok kartu remi. 

"Budi ikutan main kartu remi apa tidak?" kata Eko.

"Ikutan lah!" kata Budi.

Eko membagikan kartu remi dengan baik. 

"Aku mau cerita," kata Budi.

"Cerita tentang apa?" kata Abdul.

"Ceritanya mungkin seperti biasanya," kata Eko.

"Cerita tentang sebuah tokoh cewek yang cantik," kata Budi.

"Kalau urusan cerita tokoh cewek yang cantik, ya lain kali aja!" kata Abdul.

"Kebiasaan Budi. Tidak jauh-jauh dari urusan cewek ini dan itu, ya jadi bahan cerita, ya bahan obrolan. Aku setuju dengan Abdul. Lain kali ceritanya Budi!" kata Eko.

"Ok lain kali aku ceritanya!" kata Abdul

Ketiganya, ya main kartu remi dengan baik lah.

Thursday, February 24, 2022

SATU YANG BENAR

Malam yang tenang di lingkungan sekitar rumah Eko. Ya Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Eko. Aku mau tanya sesuatu?" kata Budi.

"Tanya apa?" kata Eko.

"Sekedar obrolan saja sih," kata Budi.

"Kita ini lulusan SMA. Ya sekedar obrolan saja. Beda dengan lulusan Universitas, ya seperti orang-orang Tv yang membahas ini dan itu, ya sampai urusan perang ini dan itu. Berita ini dan itu sih. Pokok yang di  bahas, ya di sesuai dengan keilmuan orang-orang yang membahas," kata Eko, 

"Kenapa.....orang-orang sering menyebutkan 'La illaha illallah' yang artinya pake Bahasa Indonesia 'Tiada Tuhan Selain Allah'....?" kata Budi.

"Mungkin karena dari awalnya agama di bentuk, ya buatnya pernyataan 'Tiada Tuhan Selain Allah', ya berarti di tegaskan dengan baik Tuhan itu, ya Allah. Sampai sekarang terus-terus pernyataan itu dalam bentuk zikir," kata Eko.

"Apa karena berkaitan dengan agama lain, ya Tuhannya kan namanya beda dengan ajaran agama lain?" kata Budi.

"Mungkin sih karena berkaitan dengan agama lain. Zaman dulukan Tuhan-nya yang di sembah manusia, ya berhala. Patung-patung yang di buat manusia, ya di Tuhan kan dengan baik dan di sembah sama manusia. Zaman jahiliyyah, ya zaman kebodohan. Ya manusia yang bodoh, ya pasti bisa kembali menyembah patung ini dan itu, ya dengan alasan ini dan itu sih. Maka itu pernyataan 'La illaha illallah' yang artinya 'Tiada Tuhan Selain Allah', ya terus di ucapkan dengan baik lewat zikir dan adzan, ya menyadarkan manusia saja sih. Bagi yang mengikuti ajaran agama Islam, ya sadar sih. Bagi ajaran agama lain, ya mana aku tahu sih....sadar atau tidaknya?" kata Eko.

"Tujuannya menyadarkan manusia bahwa Tuhan itu Allah," kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Emmmm," kata Eko.

"Para utusan yang di utus Allah, ya tujuannya untuk membimbing manusia berjalan di jalan kebaikan, ya kan Eko?" kata Budi.

"Ya....memang sih. Para utusan yang di utus Allah, ya tujuannya untuk membimbing manusia berjalan di jalan kebaikkan. Bagi yang sadar, ya berjalan di jalan kebaikan. Bagi yang tidak sadar, ya jojong saja....di jalan keburukan, ya contohnya : penjahat yang kerjaannya merugikan orang lain. Dirinya tidak ingin di rugikan sama orang lain, ya tapi ternyata dirinya merugikan orang lain," kata Eko.

"Karena utusan Allah itu banyak. Manusia yang menyakini ajaran agama, ya jadinya terpecah belah dengan membentuk agama sendiri-sendiri berdasarkan para utusan. Lalu utusan yang terakhir, ya menyatukan dalam satu ajaran saja karena perintah Allah, ya agar mudah menjalankan agama. Gimana Eko?" kata Budi.

"Ya bisa di bilang sih...awal sampai akhir, ya satu yang benar," kata Eko.

"Emmm. Lebih baik main catur saja!" kata Budi.

"Ok....main catur!" kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh atas mejalah papan catur. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan gorengan lah.

Wednesday, February 23, 2022

CEWEK PINTAR

Malam yang tenang di kediaman rumah Eko. Ya Eko duduk depan rumahnya, ya sedang membaca koran, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. Budi ke rumah Eko, ya Budi membawa motornya dengan baik. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumah Eko. Budi memarkirkan dengan baik motornya di depan rumahnya Eko. Budi pun segera duduk di sebelah Eko. Ya Eko sih, ya menghentikan baca korannya dan koran di taruh di meja sih. Budi mengambil koran di meja karena ada foto cewek cantik.

“Eko. Cewek yang foto di koran ini cantik kan?” kata Budi sambil menunjukkan koran tersebut, ya foto cewek cantik.

“Kebiasaan Budi,” kata Eko.

“Memang kebiasaan aku. Sekedar obrolan saja sih,” kata Budi.

“Cewek yang di foto di koran itu, ya memang cantik. Tapi sayang tidak gadis lagi,” kata Eko.

“Memang sih cewek di foto di koran, ya tidak gadis lagi sih. Kan sudah menikah. Suaminya marah enggak ya kalau istrinya di puji cantik?” kata Budi.

“Mana marahlah. Orang ngomongnya di sini. Bahan obrolan. Coba kalau ngomongnya di depan tuh cewek dan suaminya ada. Ya otomatis marahlah suaminya, ya di kirain menggoda istrinya dan juga ingin mendapatkan istrinya itu,” kata Eko.

“Ya untungnya ngobrol di sini. Sebagai bahan obrolan saja,” kata Budi.

“Emmmmm,” kata Eko.

Budi mengamati dengan foto cewek di koran, ya dengan baik banget gitu.

“Cewek ini bener-bener cantik. Ria Ricis, ya artis cantik dan juga muslimah yang baik sih,” kata Budi memuji.

“Realita di tontonan di Tv dan Youtobe. Artis Ria Ricis memang cantik dan muslimah yang baik,” kata Eko menegaskan omongan Budi.

Budi tiba-tiba terkesan dengan sebuah cerita pendek, ya segera Budi membaca cerita pendek di koran tersebut. Eko melihat Budi serius baca koran, ya jadinya Eko menikmati makan gorengan dan juga sambil minum kopi lah. Budi benar-benar serius membaca korannya.

Isi bacaan yang di baca Budi di koran :

Mulia terlahir buta, ya membuat dirinya tidak berkecil hati. Mulia menjalankan hidupnya dengan baik karena ayah dan ibu membimbing Mulia dengan baik. Mulia memang tinggal dekat mesjid, ya jadinya mendengarkan setiap hari orang-orang mengaji dan ceramah ini dan itu. Mulia mempunyai daya ingat yang baik, ya jadi menghafal apa yang iya dengar dengan baik. Sampai berumur 12 tahun, ya Mulia punya teman baik bernama Tia. Tia yang selalu mengajak Mulia main di rumah Mulia, ya terkadang di rumah Tia. Ya terkadang juga sih jalan-jalan sih Mulia dan Tia, ya sekitar kompleks perumahan. Jalan kehidupan Mulia, ya berjalan dengan baik karena banyak orang yang sayang Mulia dan menjaganya dengan baik. Sampai suatu ketika. Mesjid mengadakan acara lomba baca Al Qur’an dan juga ceramah. Mulia ingin sekali ikut lomba baca Al Qur’an dan juga ceramah, ya meminta pada Tia. Sebenarnya Tia tidak ingin mendaftarkan Mulia dalam lomba baca Al Qur’an dan juga ceramah karena Tia tahu kalau Mulia hanya sekedar saja didik sama ayah dan ibunya ilmu agama Islam dan juga keadaan Mulia yang buta sih. Sholat, sodakoh, zakat, infak, dan sebagainya, ya di jalan dengan baik sama ayah dan ibunya Mulia. Tapi urusan pendidikan agama Islam Mulia, ya biasa aja. Ayah dan ibu Mulia pun memang mengajarkan Mulia, ya biasa-biasa saja gitu urusan agama Islam. Mulia memaksa Tia untuk mendaftarkan Mulia ikutan dalam lomba baca Al Qur’an dan ceramah. Tia mengikuti maunya Mulia, ya jadinya di daftarkan lomba baca Al Qur’an dan juga ceramah. Sampai waktunya perlombaan. Mulia membuat Tia tercengang karena kefasehan Mulia membaca Al Qur’an dengan keadaan Mulia buta sih.  Memang ayah dan ibu hadir di perlombaan baca Al Qur’an dan ceramah di mesjid. Ayah dan ibunya juga terkejut dengan kemampuan Mulia yang faseh membaca ayat-ayat Al Qur’an. Sampai lomba ceramah pun, ya Mulia benar-benar membuat terkesan dengan tema yang di angkat Mulia. Ya orang-orang jadi menyukai Mulia karena kepintaraannya itu, ya termasuk juri sih. Pada akhirnya Mulia pun memenangkan lomba baca Al Qur’an dan juga ceramah. Ayah dan ibu senang karena Mulia menang lomba baca Al Qur’an dan juga ceramah, ya termasuk Tia senang lah kemenangan Mulia. Ya Mulia bahagia banget dirinya menang karena setiap hari memang Mulia mendengarkan orang mengaji dan ceramah karena rumahnya dekat mesjid, ya otomatis Mulia menghafal dengan baik dengan kekurangan Mulia, ya buta dari lahir.

***

Budi selesai membaca koran dan di taruh lah koran di atas meja.

“Cerita yang bagus,” kata Budi.

“Cerita apa Budi?” tanya Eko.

“Cerita tentang Mulia yang buta dari lahir ternyata pintar membaca Al Qur’an dan juga ceramah karena cukup mendengarkan dengan baik dan juga daya ingat Mulia memang kuat banget,” kata Budi.

“Ooooo cerita tentang Mulia. Memang bagus,” kata Eko.

“Kalau begitu. Main catur saja!” kata Budi.

“Ok…..main catur!” kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja,  ya di taruh di atas mejalah papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

“Asalkan mau berusaha dengan baik, ya pasti menjadi pintar, ya kan Eko?” kata Budi.

“Iya sih. Apalagi dengan keterbatasan apapun. Kalau berusaha dengan baik, ya pasti jadi pintar,” kata Eko menegaskan omongan Budi.

 Eko dan Budi main catur dengan baik lah, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

Tuesday, February 22, 2022

MUKENAH BARU UNTUK IBUKU

Malam yang tenang lingkungan. Budi dan Eko duduk dengan santai di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorenganlah.

"Hadiah," kata Budi.

"Ada apa dengan hadiah,ya Budi. Jangan-jangan Budi ingin memberi hadiah pada seseorang yang Budi sukai atau pada orang tua gitu?" kata Eko.

"Maksud ku....adalah cerita yang ingin aku ceritakan, ya berkaitan dengan hadiah sih," kata Budi.

"Oooooo...cerita toh. Kalau begitu sih silakan Budi bercerita!" kata Eko.

"Baiklah aku cerita. Tokohnya cewek, ya bernama Selfi. Selfi masih sekolah SMA, ya anak orang tidak punya gitu. Selfi sungguh dalam menuntut ilmunya di bangku sekolah SMA, ya agar tujuan di masa depan akan menaikan derajat keluarga dari orang tidak punya, ya jadi orang yang sederhana. Maunya sih kaya sih, ya tapi untuk jadi kaya dengan hitungan singkat tidak lah mungkin. Butuh waktu dan juga kerja keras. Yang paling utama sih keberuntungan berpihak pada orang yang berusaha menjadi kaya. Seusai sekolah, ya Selfi membantu Ibu berjualan di depan rumah. Bapak nya Selfi, ya telah meninggal sih. Selfi memang bersedih kehilangan sosok Bapak yang selalu menjaga dan membimbing dengan baik. Karena sudah Takdir, ya Selfi mengikhlaskan Bapak untuk selamanya, ya begitu juga Ibu. Kehidupan Selfi di jalankan dengan baik banget. Karena keadaan sekarang masih di kaitkan dengan urusan program kerja pemerintahan menanggulangi kesehatan, ya memang ada pengaruh dampaknya gitu...urusan ekonomi keluarganya Selfi. Bantuan dari Walikota untuk orang miskin, ya keluarga Selfi mendapatkan bantuan tersebut. Rasa syukur selalu di ucapkan keluarga Selfi karena bantuan dari Walikota, ya menolong banget bagi orang miskin. Singkat cerita saja. Selfi lulus dari sekolah SMA-nya. Selfi menggunakan ijazahnya mendaftar kerja di minimarket. Selfi berhasil masuk jadi karyawan minimarket. Dengan ulet Selfi kerja di minimarket, ya demi Ibunya tercinta lah. Saat gajian pertama, ya Selfi membayar hutang Ibunya saat Selfi masih sekolah SMA, ya biaya hidup kan berat bagi Ibu yang berstatus janda dan juga miskin lagi. Selfi ingin membelikan mukenah untuk Ibunya yang baru karena yang lama telah lusuh banget. Selfi yang sudah bekerja dengan baik, ya dengan gajinya, membelikan mukenah dan memberikan hadiah yang baik untuk Ibunya, ya mukenah baru untuk Ibunya. Sang Ibu senang sekali hadiah dari anaknya, ya berupa mukenah. Ibu selalu memakai mukenah baru itu, ya untuk sholatlah dan mendoakan Selfi agar berhasil menjadi orang sukses sesuai dengan cita-cita Selfi. Begitu lah ceritanya," kata Budi.

"Cerita yang bagus. Anak yang berbakti pada orang tuanya. Selfi yang telah kerja, ya dapet gaji dari kerjanya. Selfi membelikan mukenah untuk di berikan pada Ibunya, ya sebagai hadiah bakti sebagai anak yang baik," kata Eko.

"Ya..begitulah," kata Budi.

"Gaji pertama. Perasaan gaji pertama aku kerja juga di berikan pada Ibu ku," kata Eko.

"Aku juga. Gaji pertama ku di berikan pada Ibu. Ya tujuannya biar Ibu yang mengurus semua apa yang terjadi di dalam keluarga, ya termasuk hutang ini dan itu. Maklum orang miskin kan, ya terbelit hutang saat menyekolahkan anak dan urusan hidup ini," kata Budi.

"Ya sudahlah Budi berceritanya. Idenya di ambil dari keadaan kita!" kata Eko.

"Emmmmm," kata Budi.

"Main catur saja!" kata Eko.

"Ok....main catur saja!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur lah. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil minum kopi dan makan gorengan lah.

TOPENG

Keadaan lingkungan memang tenang dan juga mal"am gitu. Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Eko. Manusia hidup di muka bumi ini masih pake topeng?" kata Budi.

"Maksudnya.....pake topeng itu. Superhiro. Manusia yang punya kemampuan lebih, ya menutupi jati dirinya, ya agar identitasnya tidak ketahuan siapapun. Atau....penjahat yang pandai menutupi identitasnya dengan baik, ya agar pihak berwajib tidak bisa menangkap tuh penjahat. Maka julukan penjahat itu, ya seribu wajah gitu," kata Eko.

"Bukan superhiro. Kalau penjahat sih, ya kena sih. Manusia kan menyembunyikan keburukannya dan diperlihatkan kebaikannya di hadapan semua orang," kata Budi.

"Hanya Tuhan yang tahu kebenaran tentang manusia yang kerjaannya memakai topeng dalam kehidupan sehari-hari," kata Eko.

"Tuhan melihat segala ulah manusia. Dari hal yang di sembunyikan dari manusia lain," kata Budi.

"Sebaiknya manusia itu berjalan di jalan kebaikan dan tidak perlu memakai topeng. Jalankan hidup ini seperti apa adanya. Kalau miskin, ya jalanin dengan keadaan miskin. Kalau sederhana, ya di jalanin dengan sederhana. Kalau kaya, ya di jalanin dengan kaya," kata Eko.

"Omongan Eko bener lah. Jangan seperti ini. Miskin, ya ngakunya kaya, ya pake topeng kebohongan lah," kata Budi.

"Menutupi keadaan dirinya dengan kebohongan ini dan itu. Biasa dalam kehidupan sehari-hari itu sih adanya kelakukan manusia seperti ini dan itu," kata Eko.

"Kalau begitu aku mau cerita," kata Budi.

"Budi mau cerita. Silakan!" kata Eko.

"Begini ceritanya. Seorang pemuda yang berusaha keras belajar ilmu agama dengan baik, ya sampai punya cita-cita ingin pergi naik haji. Pemuda itu kerja keras untuk mencapai cita-citanya itu. Sampai akhirnya usahanya itu berhasil mengumpulkan uang untuk naik haji. Pemuda itu menemukan sebuah ilmu yang terlarang banget. Pemuda itu mempelajari dari hal mustahil menjadi tidak mustahil. Pemuda itu berhasil sampai bertemu dengan Roh. Pemuda itu di jelaskan dengan baik.....rahasia kitab Al Quran dan seluruh kitab-kitab yang ada di dunia ini, ya kitab ajaran agama lain gitu. Pemuda itu paham banget di jelaskan sama Roh. Pemuda itu yang ingin naik haji, ya tidak ingin naik haji karena hidupnya telah menjadi semu karena sudah mengetahui apa rahasia kitab-kitab agama ini dan itu. Uang tabungan hajinya, ya di serahkan pada saudaranya untuk naik haji. Pemuda itu, ya menjalankan hidupnya dengan penuh kesantaian dan hanya menjadi petani biasa saja. Begitulah ceritanya," kata Budi.

"Ceritanya. Kok ada kesamaan dengan cerita yang aku ceritakan kemarin-kemarin,ya versi aku sih. Tentang Dono yang tidak jadi naik haji. Uang tabungan naik hajinya Dono, ya di pinjamkan ke Kasino.....untuk menolong usaha Kasino, ya agar usaha Kasino berjalan dengan baik?" kata Eko.

"Memang idenya aku ambil dari cerita Eko yang kemarin-kemarin tentang Dono, Kasino dan Indro. Tapi ini kan cerita versi aku!" kata Budi.

"Sebenarnya ada kesamaan cerita sih tidak ada masalah sih. Sekedar cerita saja. Kalau di pikir dengan baik. Kalau sudah mendengarkan Roh menjelaskan kebenaran ini dan itu, ya penjelasan lebih baik dari ahli agama yang ini dan itu. Pemuda itu, ya hidupnya semu lah," kata Eko.

"Amal baik dan amal buruk menjelaskan semuanya," kata Budi.

"Misteri kan Budi?" kata Eko.

"Memang misteri. Karena misteri lebih baik. Siapa...Roh tersebut? Ya bisa menjelaskan lebih baik dari para ahli agama," kata Budi.

"Kalau begitu lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Ok...main catur saja!" kata Budi.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Topeng," kata Budi.

"Topeng kebenaran dan topeng kejahatan selalu bertarung dengan baik," kata Eko.

"Pahlawan super bertarung dengan penjahat super," kata Budi.

"Film kalau tentang pahlawan super bertarung dengan penjahat super. Kalau kenyataan sih, ya polisi berusaha keras memberantas kejahatan yang ada di masyarakat," kata Eko.

Eko dan Budi main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

Saturday, February 19, 2022

SENANDUNG CINTA

Keadaan yang tenang di lingkungan rumah Eko. Memang keadaan malam sih. Eko dan Budi duduk di depan rumahnya Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Biasanya Budi bercerita kan?" kata Eko.

"Memang biasanya aku bercerita," kata Budi.

"Kalau begitu aku yang bercerita!" kata Eko.

"Eko mau bercerita. Ya silakan bercerita lah!" kata Budi.

"Begini ceritanya. Cerita ini tokohnya Kasino, ya temannya Dono dan Indro sih. Kasino setelah lulus kuliah, ya berusaha dengan baik membangun usahanya kuliner, ya bisa di bilang rumah makan gitu di Jakarta. Terkadang Indro, ya bantuin Kasino gitu. Indro jadi chef lah, ya karena Indro pinter masak. Usaha Kasino berjalan dengan baik. Suatu ketika, ya gejala ekonomi dan di pengaruhi dengan kesehatan ini dan itu, ya program pemerintahan bidang kesehatan. Usaha Kasino terkena pengaruh banget gitu. Kasino yang kesulitan dalam keuangan karena pemasukan yang tidak sesuai dengan pengeluaran, ya jadi Kasino ingin meminjam uang ke Bank, ya kredit usaha gitu. Dono yang masih punya tabungannya, ya tidak jadi pergi haji. Uang tabungan Dono di pinjamkan ke Kasino untuk usaha tetap berjalan dengan baik. Kasino pun terus menjalankan dengan baik usahanya karena ada teman-temannya yang mendukung dengan baik. Indro yang mendapatkan data-data di bidang digital karena kebiasaan Indro main game. Infonya Indro dari teman-temannya main game lah. Indro menekunin program di komputer dengan baik, ya sampai hasilnya berjalan dengan baik. Indro pun mengajarkan kemampuannya itu pada Dono dan Kasino, ya agar usaha yang di jalankan Dono dan Kasino berjalan dengan lancar gitu, ya hasilnya uang nyata. Ketiganya terus saling mendukung satu sama lain demi kemajuan ketiganya. Karena usaha Kasino berjalan lancar, ya Kasino berani untuk menerima tawaran teman kuliannya, ya orang Sulawesi, ya namanya Anggi. Kasino pergi ke Sulawesi. Singkat waktu, ya Kasino sampai di Sulawesi. Kasino dan Anggi, ya jalan-jalan untuk melihat keadaan lingkungan dengan baik, ya daerah-daerah di Sulawesi yang kata orang-orang...indah-indah gitu. Kasino terkesan dengan Sulawesi. Anggi mengajak Kasino ke sebuah pernikahan saudaranya, ya acaranya memang adat Sulawesi. Di tempat acara pernikahan Kasino bertemu dengan gadis cantik bersuara merdu. Biduan yang mengisi acara di pernikahan bernama Selfi. Kasino yang terkesan dengan cewek cantik, ya berkenalan dengan cewek itu. Kasino dan Selfi berteman baik jadinya. Terkadang Kasino dan Selfi, ya jalan bersama gitu. Anggi senang kedekatan Kasino dengan Selfi. Kasino pun memutuskan jadi bekerja sama dengan Anggi, ya membangun usaha gitu. Karena urusan dengan Anggi selesai. Kasino memutuskan kembali ke Jakarta. Selfi, ya merasa dengan Kasino, ya ada cinta sih. Selfi tidak memaksakan kehendaknya untuk Kasino tetap di Sulawesi. Selfi tetap menjalankan urusannya dengan baik, ya kerjaannya jadi penyanyi. Kasino di Jakarta terus sibuk dengan usahanya, ya Dono dan Indro membantu dengan baik, walau sebenarnya Dono dan Indro, ya sibuk juga dengan usaha yang di jalankan keduanya, ya di bidang keduanya. Sampai suatu ketika Selfi mendapatkan info tentang kontes menyanyi di Jakarta. Selfi pun mengikuti kontes tersebut, ya tujuannya karir menyanyinya naik tingkatan dari biduan kampung, ya menjadi biduan yang terkenal sana dan sini, ya bisa di bilang artis. Selfi berjuang keras di kontes menyanyi yang di adakan satu stasiun Tv. Anggi pun memberikan kabar tentang Selfi yang ikut kontes menyanyi. Kasino, ya nonton acara kontes menyanyi di rumah saja, ya di Tv, ya bersama Dono dan Kasino. Indro berkata "Kontes menyanyi menggunakan sistem digitalisasi. Otomatis, ya keuntungannya luar biasa". Dono dan Kasino paham omongan Indro. Dono, Kasino dan Indro, ya menonton kontes menyanyi di acara Tv, ya setiap hari dengan baik. Sampai akhirnya, ya Selfi kalah dalam kontes menyanyi dan hanya menjadi juara kedua. Yang juara pertamanya adalah Tiara. Selfi telah puas dirinya membuktikan bahwa dirinya menjadi bintang, ya walau hanya menjadi juara ke dua. Selfi pun melanjutkan kontrak kerja dengan Tv, ya acara Tv yang ini dan itu. Impian Selfi yang menjadi artis jadi kenyataan berkat dari doa dan usahanya dengan baik. Selfi pun bertemu dengan Kasino di rumah makannya Kasino. Selfi di sambut dengan baik sama Dono dan Indro. Selfi dan Kasino menjalin hubungan baik, ya kisah cintanya keduanya. Kisah cinta Kasino dan Selfi, ya terus berlanjut dengan urusan kerja sama membangun usaha yang diinginkan Selfi. Begitu lah ceritanya," kata Eko.

"Cerita yang bagus. Kisah cinta Kasino dan Selfi. Namanya membangun usaha. Pasti ada pasang dan surut seperti air laut. Karena keadaan ekonomi ini dan itu, ya mempengaruhi keadaan," kata Budi.

"Realitanya kan memang begitu," kata Eko.

"Untung saja. Ada teman yang baik, ya saling mendukung dan saling menolong dengan baik. Agar usaha berjalan dengan baik. Apalagi dengan perkembangan digitalisasi. Indro langsung menolong Kasino dalam urusan kerja Kasino lebih baik lagi dan hasilnya bagus sih," kata Budi.

"Informasi dan teknologi, ya mempengaruhi keadaan untuk pencapaian suatu usaha jauh lebih baik lagi," kata Eko.

"Judul ceritanya apa Eko?" kata Budi.

"Judulnya apa ya? Ini saja 'Senandung Cinta'...." kata Eko.

"Senandung Cinta. Karena Kasino dan Selfi bertemu di tempat pernikahan di saat Selfi, ya mengisi acara pernikahan dengan menyanyi, ya acara pernikahan saudaranya Anggi," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.

"Ok....main catur!" kata Eko.

Eko dan Budi sepakat main catur. Abdul sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motonya dengan baik di rumah Eko lah. Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi. Ketiganya akhirnya memutuskan main kartu remi. Permainan kartu remi di jalankan dengan baik.

SUDAH TAKDIRKU PUNYA SEORANG SUAMI PEMALAS

Keadaan yang tenang di lingkungan dan juga malem gitu. Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Hidup ini harus kerja keras kan?" kata Budi.

"Ya memang sih hidup ini harus kerja keras sih. Tapi banyak orang-orang yang lulusan Universitas, ya berkata dengan baik "Hidup ini harus kerja pintar. Maka hasilnya akan memuaskan"...," kata Eko.

"Omongan orang-orang lulusan Universitas, ya ada benar sih. Hidup ini harus kerja pintar. Maka hasilnya akan memuaskan," kata Budi.

Eko mengambil bakwan goreng di meja, ya di makan dengan baik bakwan goreng.

"Aku punya cerita Eko," kata Budi.

"Budi punya cerita. Ya silakan bercerita. Aku dengan mendengarkan ceritanya Budi!" kata Eko.

"Baiklah. Aku cerita. Bergini ceritanya. Ada seorang cewek cantik dan kaya, ya namanya siapa ya? Mila. Mila itu kaya, ya karena orang tuanya kaya sih. Mila membaca keadaan ekonomi dengan baik, ya bisa di bilang pasar gitu. Mila membuka usaha minimarket gitu. Ya usaha itu di jalankan Mila dengan baik dan usaha itu berjalan dengan baik. Ada sebuah cowok ganteng gitu siapa namanya ya? Ooo ini saja...Ridho. Ridho mencoba mendekati Mila. Dengan segala cara di usahakan Ridho mendapatkan Mila sih. Ridho jadian dengan Mila dan berhasil menikahi Mila dengan baik. Rumah tangga berjalan dengan baik sekitar beberapa bulan. Ridho ternyata sifatnya pemalas, ya jadinya males kerja, ya karena istrinya si Mila kaya gitu. Sampai Mila berkata dalam haitnya "Sudah takdirku punya seorang suami pemalas". Mila sabar menghadapi Ridho, ya suaminya itu. Sampai suatu ketika Setelah Mila, ya tahu kebiasaan Ridho itu main cewek di belakangnya Mila. Di usut dengan baik sama Mila, ya pake cara detektif lah untuk mengetahui siapa pacarnya Ridho. Ternyata pacarnya Ridho adalah cewek yang di pacarin Ridho, ya bekas mantan pacarnya, ya namanya Jesika. Ridho saat pacaran, ya biasa minjem uang sama Jesika. Ridho telah menikah dengan Mila, ya otomatis uangnya Jesika yang ia pinjam di kembalikan. Mila yang tidak bisa menahan sabarnya karena ulah Ridho yang selingkuh gitu. Mila pun bercerai dengan Ridho. Setelah tidak lagi bersuami, ya Mila menjanda. Mila menyibukkan diri dengan usahanya yang di bangun dengan baik. Sedangkan Ridho, ya karena punya sifat pemalas dan ketahuan banget sama Jesika. Jesika pun putus dari Ridho. Ya Ridho meratapi keadaan dirinya yang salah. Sampai suatu ketika Ridho bertemu dengan Ustad Ridwan. Ya Ustad Ridwan masih muda banget, ya 17 tahun, ya umurnya di bawah Ridho sih. Ustad Ridwan pun membimbing Ridho jadi baik dan menjadi cowok yang kerja keras dan juga pintar. Ridho berusaha mengubah apapun yang buruk di dalam dirinya, ya demi kebaikan dirinya. Begitu lah ceritanya," kata Budi.

"Cerita yang bagus. Ya dalam kehidupan sehari-hari. Memang ada cowok pemalas dan juga tukang selingkuh," kata Eko.

"Ya begitulah," kata Budi.

"Jangan-jangan karena ada sinetron yang tayangkan di Tv yang masih kaitan dengan selingkuh, ya Budi?" kata Eko.

"Memang pasarnya begitu sekarang ini," kata Budi.

"Layangan Putus," kata Eko.

"Emmmmm," kata Budi.

"Kalau begitu. Kita main catur saja!" kat Eko.

"Ok....main catur!" kata Budi.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya pun main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

Friday, February 18, 2022

CERITA KEBOHONGAN

Malam yang tenang di rumah Budi. Ya Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Berita di Tv, ya masih urusan penyakit, ya kan Eko?" kata Budi.

"Realitanya begitu. Berita di Tv...masih urusan penyakit. Proses penanggulannya pun di jalankan dengan baik banget," kata Eko.

"Pasarnya berjalan dengan baik," kata Budi.

"Ya memang pasarnya berjalan dengan baik," kata Eko.

"Eko. Hidup ini senengnya orang-orang....cerita kebohongan apa cerita kejujuran?" kata Budi.

"Ya...cerita kejujuran lah. Ya agar tidak jadi masalah di kemudian hari," kata Eko.

"Ooooo cerita kejujuran. Padahal banyak cerita kebohongan di buat pada masa lalu, ya tetap di ceritakan sampai sekarang. Dengan tujuannya ini dan itu," kata Budi.

"Memang sih. Banyak cerita kebohongan di masa lalu, ya tetap saja di ceritakan kembali cerita itu. Dengan tujuan ini dan itu. Ya sudah realita kehidupan ini. Cerita kebohongan di terima dengan baik cerita kebohongan sama orang-orang," kata Eko.

"Kalau aku membuat cerita seperti ini. Setelah banyak orang-orang di vaksin ini dan itu, ya untuk menanggulangi masalah penyakit covid-19 sampai variannya yang ini dan itu, ya tren sekarang varian Omicron. Tetap saja, ya ada orang yang meninggal karena varian Omicron, ya terjadinya di Lampung," kata Budi.

"Cerita itu...jadinya cerita kebohongan karena tidak ada bukti ini dan itu," kata Eko.

"Aku sekedar cerita saja, ya tidak berdasarkan data ini dan itu. Beda dengan artikel ini dan itu," kata Budi.

"Dalam kehidupan sehari-hari, ya cerita itu mengikuti berita ini dan itu, ya dari media apa pun," kata Eko.

"Memang sih. Dalam kehidupan sehari-hari, ya cerita itu mengikuti berita ini dan itu," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Sekedar obrolan saja sih. Cerita Budi itu tidak ada masalah cerita kebohongan, ya cuma aku dan Budi yang ngomongin cerita kebohongan itu," kata Eko.

"Jika ada yang mendengar, ya mengetahui obrolan kita ini. Tentang orang meninggal varian Omicron di Lampung. Ya menanggapinya sebagai berita kejujuran gimana?" kata Budi. 

"Repot juga ya. Urusan dari kebohongan, ya jadinya kejujuran," kata Eko. 

"Memang repot untuk menjelaskan dengan baik. Awalnya bohong jadi jujur," kata Budi. 

"Tanggapan manusia itu, ya serba serbi sih jika di teliti ini dan itu. Ya sudah ngomongin itu. Kita ini hanya lulusan SMA, ya masih kurang ilmu ini dan itu," kata Eko. 

"Memang kita hanya lulusan SMA. Sekedar obrolan saja," kata Budi. 

"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko.

"Ok....main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Sampai kapan urusan penyakit ini selesai, ya berita di Tv gitu?" kata Budi.

"Kalau itu sih aku mana tahu. Aku bukan dokter dan juga orang pemerintahan. Aku kan cuma kerjaannya buruh saja di sebuah perusahaan," kata Eko.

"Eko dan aku, ya memang kerjaannya cuma buruh di perusahaan sih," kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Pasar kan masih sesuai dengan rencana manusia, ya agar ekonomi berjalan dengan baik," kata Budi.

"Pasar toh. Memang sih sesuai dengan rencana manusia. Ya ekonomi berjalan dengan baik. Terlihat dari kurvanya sih, ya kalau orang-orang yang meneliti dengan baik di bidang ekonomi, ya lulusan Universitas," kata Eko.

"Banyak orang pinter di negeri ini, ya akan menilai dari berita kejujuran dan juga berita kebohongan," kata Budi.

"Realitanya begitu!" kata Eko.

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

Thursday, February 17, 2022

MENJIJIKAN

Eko dan Budi duduk di rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Orang kaya," kata Budi.

"Ada apa dengan orang kaya. Budi punya masalah dengan orang kaya?" kata Eko.

"Sebenarnya tidak ada masalah dengan orang kaya sih. Cuma....?" kata Budi.

"Cuma apa?" kata Eko.

"Cuma...kebanyakan orang kaya, ya ingin di hormati terus menerus," kata Budi.

"Memang sih. Kebanyakan orang kaya ingin di hormati. Ya semua itu dasarnya kekayaan orang kaya. Apa lagi orang kaya yang punya kedudukan di pemerintahan ini dan itu, ya di bilang jabatan," kata Eko.

"Kata ini pasti akan terucap di mulut ku karena jengkel pada orang kaya yang ingin di hormati....'Menjijikan'....," kata Budi.

"Ada kotoran, ya Budi?" kata Eko.

"Ada sih!" kata Budi.

"Di mana? Biar aku buang tuh kotoran! Sampai Budi berkata...'Menjijikan'....," kata Eko.

"Tuh...di tong sampah!" kata Budi, ya sambil menunjukkan tangannya ke arah tong sampah.

"Ooooo di tong sampah toh...kotoran itu. Benar-benar menjijikan," kata Eko.

"Becanda kan Eko?" kata Budi.

"Ya memang becanda lah. Bahan obrolan. Kan kita hanya lulusan SMA," kata Eko.

"Obrolan lulusan SMA. Kadang serius jadi becanda. Becanda, ya jadi serius," kata Budi.

"Keadaannya begitu," kata Eko.

"Main catur saja...Eko!" kata Budi.

"Ok...main catur!" kata Eko.

Budi beranjak dari duduknya, ya ke dalam rumah untuk mengambil papan catur di meja ruang tamu. Eko, ya menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. Budi yang telah mengambil papan catur di meja di ruang tamu, ya Budi membawanya dengan baik ke depan rumah. Duduklah Budi dengan baik di sebelah Eko, ya sambil menaruh papan catur di meja lah. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas meja. Keduanya main catur dengan baik sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. Selang sekitar setengah jam main catur, ya antara Budi dan Eko. Ya Abdul sampai di rumah Budi. Abdul memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk bersama Eko dan Budi, ya sedang main catur. 

"Menjijikan," kata Abdul. 

Budi dan Eko, ya terkejut dengan omongan Abdul dengan kata 'Menjijikan', Budi dan Eko, ya setengah jam lalu membicarakan kata 'Menjijikan'. 

"Abdul...ada masalah?" kata Eko. 

"Abdul. Kalau ada masalah, ya ceritalah...seperti biasanya!" kata Budi. 

"Masa aku bertemu dengan orang yang seger buger di jalankan, ya kerjaannya cuma jadi pengemis, ya bisa di bilang penipu lagi. Maka aku jengkel banget dan berkata 'Menjijikan' karena tingkah laku orang itu," kata Abdul. 

"Pengemis, ya bisa di bilang penipu kalau keadaan orang itu seger buger. Memang menjijikan oleh orang itu," Budi. 

"Nama juga manusia. Ada yang rajin. Ada yang males, ya kaya pengemis itu lah," kata Eko. 

"Kotoran harus di bersihkan," kata Abdul. 

"Memang kotoran harus di bersihkan. Bau busuk," kata Budi. 

"Yang di omongin ini kotoran apa pengemis?" kata Eko. 

"Kotoran di jalan lah," kata Abdul. 

"Ooooo ganti topik. Aku sih ikut alur pembicaraan Abdul. Jangan-jangan perumpaan saja," kata Budi. 

"Urusan ini dan itu di lapisan masyarakat, ya ada orang yang menanganinya dengan baik dan juga di gaji lagi," kata Eko. 

"Sebenarnya tidak ingin menginggung siapa pun sih. Cuma obrolan lulusan SMA," kata Abdul. 

"Memang obrolan lulusan SMA," kata Budi. 

"Kalau begitu. Ini main catur di lanjutkan mainnya apa tidak, ya Budi? Karena ada Abdul!" kata Eko. 

"Ya karena ada Abdul. Main catur berhentilah. Main kartu remi lah!" kata Budi. 

"Ok..lah main kartu remi!" kata Eko. 

Eko dan Budi membereskan permainan caturnya, ya papan catur di taruh di bawah meja sama Budi. Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya segera di kocok dengan baik dan di bagikan. Permainan kartu remi, ya di mainkan dengan baik sama Budi, Eko dan Abdul. 

MELEPAS LAJANG

Malam yang tenang di kediaman Budi. Ya Budi duduk santai di depan rumah sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah. Budi mulai memainkan gitarnya dengan baik, ya menyanyikan lagu gitu.

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi :

"Mungkin sudah saatnya

Kan ku akhiri masa kesendirian

Mempersiapkan hati tuk melamarmu

Terimalah diriku

Mungkin saat ini

Ku akan melepas masa lajangku

Kan ku persunting dirimu

Jadilah pasanganku

Dan hidup menua bersamaku

Terimalah cintaku

Mungkin sudah saatnya

Kan ku akhiri masa kesendirian

Mempersiapkan hati tuk melamarmu

Terimalah cintaku

Mungkin saat ini

Ku akan melepas masa lajangku

Kan ku persunting dirimu

Jadilah pasanganku

Dan hidup menua bersamaku

Terimalah cintaku

Mungkin saat ini

Ku akan melepas masa lajangku

Kan ku persunting dirimu

Jadilah pasanganku

Dan hidup menua bersamaku

Mungkin saat ini

Ku akan melepas masa lajangku

Kan ku persunting dirimu

Jadilah pasanganku

Dan hidup menua bersamaku

Terimalah cintaku"

***

Selesai menyanyikan lagu, ya Budi pun berhenti main gitarnya. Budi menaruh gitar di bangku kosong. 

"Gorengan," kata Budi.

Budi mengambil gorengan di piring, ya yang di ambil tahu isilah. Budi memakan tahu isi dengan baik.

"Kata berita di Tv sih. Tahu di buat dari kedelai. Harga kedelai, ya ini dan itu deh beritanya," kata Budi.

Budi terus menikmati tahu isi, ya sampai habis di makan. Budi mengambil gorengan lain lah, ya pisang goreng gitu. Budi menikmati makan pisang goreng yang enak. Eko sampai juga di rumah Budi, ya segera memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk di sebelah Budi, dengan baik dan segera mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum lah kopi tersebut.

"Eko. Itu kan kopi aku," kata Budi.

"Aku haus," kata Eko sambil menaruh gelas kopi yang habis di minum.

"Kalau begitu aku buatin kopi dulu," kata Budi.

Budi beranjak dari tempat duduknya, ya ke dalam rumah langsung ke dapur untuk membuat kopi. Eko memilih gorengan di piring. 

"Mantang goreng aja!" kata Eko.

Eko mengambil mantang goreng di piring, ya di makan dengan baik tuh mantang goreng. 

"Enak mantang goreng ini," kata Eko.

Budi pun selesai membuat kopi, ya kopi di bawa ke depan rumah. Di depan rumah, ya gelas yang berisi kopi di taruh di meja.

"Kopinya...Eko!" kata Budi.

Budi pun duduk dengan baik. Eko selesai makan matang goreng, ya mengambil gelas berisi kopi yang di baru di buatin Budi. Eko menikmati minum kopinya. Budi mengambil bakwan goreng di piring dan segera di makannya dengan baik. 

"Enak kopinya," kata Eko sambil menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Jelas enak....kopi Lampung," kata Budi.

"Karena kita tinggal di Lampung, ya jadinya kopi Lampung, ya Budi?!" kata Eko.

"Ya.....gitu juga sih, ya berdasarkan tinggal di Lampung. Sebenarnya memang kopi Lampung, ya mereknya kopi Lampung," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja dan meminumnya dengan baik.

"Biasanya kopi apa?" kata Eko.

Budi selesai minum kopi, ya gelas berisi kopi di taruh di meja.

"Biasanya sih....merek kopi yang ada iklan di Tv," kata Budi.

"Berarti Budi telah menikmati jenis kopi dengan merek yang terkenal, ya sampai yang tidak terkenal. Bisa di bilang kopi tidak terkenal itu, ya membeli kopi dari warga kampung yang produksi sendiri gitu," kata Eko.

"Nama juga menikmati merek kopi ini dan itu," kata Budi.

"Kepuasaan bagi orang-orang yang menyukai minum kopi," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

"Hari ini keadaannya tenang, ya tidak hujan gitu," kata Eko.

"Ya begitulah," kata Budi.

"Emmmmm," kata Eko.

"Melepas lajang," kata Budi.

"Apa apa dengan kata-kata....melepas lajang, ya Budi?" kata Eko.

"Aku memang habis menyanyikan lagu dengan judul 'Melepas Lajang'. Aku berpikir dengan baik, ya ketika waktunya aku akan melepas lajang, ya menikah gitu," kata Budi.

"Urusan lagu di kaitan ke urusan pribadi. Emangnya Budi sudah punya cewek yang di ajak nikah?" kata Eko.

"Memang aku belum punya cewek yang di ajak nikah. Cuma bahan obrolan lulusan SMA dan juga rencana di masa depan," kata Budi.

"Bahan obrolan lulusan SMA dan juga rencana di masa depan toh. Tapi apakah persiapan Budi untuk rencana masa depan, ya menikah dengan cewek yang di sukai, ya Budi sudah cukup ini dan itunya?" kata Eko.

"Ini dan itunya sudah cukup, ya belumlah Eko. Aku kan masih berusaha dengan baik, ya agar urusan rumah tangga ku berjalan dengan baik," kata Budi.

"Kalau begitu sih sama dengan aku. Masih berusaha dengan baik dengan tujuan kebahagian urusan rumah tangga. Ya maklum dari keadaan keluarga miskin. Beda dengan keberadaan keluarga orang kaya, ya anak orang kaya.....mudah menikah ini dan itu karena orang tuanya menyiapkan segalanya demi kebahagian anaknya," kata Eko.

"Begitulah realitanya," kata Budi.

"Kalau begitu lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Ok...main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja, ya papan caturlah. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Kalau aku pikir dengan baik. Apa aku memilih teman semasa SMA ya?!" kata Budi.

"Teman semasa SMA yang di sukai Budi. Cewek apa cowok?" kata Eko.

"Cewek lah Eko!" kata Budi.

"Cewek. Teman semasa SMA. Siapa ya? Siapa Budi?!" kata Eko.

"Namanya Diana," kata Budi.

"Oooooo Diana toh. Budi suka Diana, ya teman semasa SMA," kata Eko.

"Ya memang aku suka Diana sih. Ya tapi aku di tolak sama Diana, ya sampai tiga kali gitu. Alasan Diana sih nolak aku, ya Diana mau fokus sekolah dari pada pacaran," kata Budi.

"Ya aku inget sih. Budi di tolak Diana tiga kali. Alasannya juga aku inget banget. Tapi kan aku kan sudah memberikan masukkan dengan baik. Ya ikhlasin saja Diana itu. Budi fokus dengan sekolah SMA," kata Eko.

"Memang aku menerima masukkan Eko dengan baik. Ya fokus sekolah SMA, ya sampai selesai. Setelah lulusan sekolah SMA, ya aku tidak ada kabar tentang Diana lagi, ya karena Diana kan aslinya bukan orang daerah Bandar Lampung sih, ya Diana orang Kotabumi. Di sini Diana, ya ngekos gitu," kata Budi.

"Kalau tidak salah aku dapet info sih.....saat lulusan SMA. Diana merencanakan melanjutkan sekolahnya, ya kuliah ke Universitas gitu. Universitas yang mana aku tidak tahu? Ya sampai sekarang aku pun tidak tahu info tentang Diana lagi," kata Eko.

"Apakah aku masih ada jodoh dengan Diana, ya bertemu lagi dan berusaha mendapat hatinya gitu, ya Eko?" kata Budi.

"Mungkin masih ada jodoh. Yang penting itu. Budi tetap berusaha dan berdoa dengan baik. Ya agar apa yang di rencanakan Budi, ya jadi tercapai semuanya," kata Eko.

"Aku terima masukkan Eko, ya seperti biasanya dengan baik," kata Budi.

Budi dan Eko, ya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan. Memang keadaan lingkungan tenang sih.

Wednesday, February 16, 2022

AKAL KRIMINAL

Eko sedang duduk di depan rumahnya, ya sedang baca koran sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah. Budi yang selesai ngobrol dengan Andi di jalan, ya Budi bergerak menuju rumah Eko, ya Budi mengendarai motornya dengan baik. Sedangkan Andi membawa motornya dengan baik, ya menuju rumahnya lah. Sekitar lima belas menit, ya Budi sampai di rumah Eko. Budi memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Eko. 

Budi duduk dengan baik, ya sebelah Eko. Ya Eko berhenti baca koran dan koran di taruh di meja lah. 

"Eko. Aku bertemu dengan Andi di jalan," kata Budi. 

"Apa kabarnya dengan Andi?" kata Eko. 

"Andi, ya kabarnya baik-baik saja," kata Budi. 

"Andi nyaman tinggal di lingkungan baru di daerah kemiling, ya perumahan gitu. Yang lama kan di jalan samratulangi, gang pisang, kelurahan gedong air," kata Eko. 

"Nyaman di lingkungan baru," kata Budi. 

"Syukurlah kalau nyaman," kata Eko. 

"Andi pun cerita daerah kemiling, ya kisah masa lalu sih," kata Budi. 

"Cerita masa lalu," kata Eko. 

"Pencurian dan juga penipuan. Kriminalitas. Ya pencurian yang di lalukan remaja," kata Budi. 

"Remaja...mencuri. Orang tuanya tidak tahu tingkah anaknya yang kerjaan bergaul sana-sini, ya jadi mencuri, ya mengambil barang yang bukan haknya," kata Eko. 

"Memang sih terkadang orang tua tidak tahu kelakuan anaknya, ya melakukan tindakan kriminalitas," kata Budi. 

"Terus ceritanya!" kata Eko. 

"Ya ceritanya. Ya pencurian, ya tidak tertangkap lah sampai sekarang," kata Budi. 

"Di Lampung ini. Banyak cerita pencurian dan penipuan dari masa lampau, ya tidak tertangkap. Ya pinternya pencurinya dari pada polisi dan sapam," kata Eko. 

"Karena pencurian banyak. Ya jadinya kan di rekrut polisi dan sapam untuk menanggulangi masalah. Polisi dan sapam, ya dapet kerjaan, ya di gaji. Sedangkan pencuri, ya tetap mencuri dengan kerjaan bodohnya itu, ya membuat kekacauan sana sini. Dan akhirnya, ya mendapatkan kerja yang baik polisi dan sapam. Ya jadinya pencuri itu bodoh memberikan kerjaan pada polisi dan sapam untuk menanggulangi masalah pencurian ini dan itu. Kan orang yang jadi pencuri itu kebanyakan orang miskin dan juga pengangguran. Sedang penipu, ya orang miskin yang mencari kelengahan orang dalam urusan ini dan itu," kata Budi. 

"Kadang yang jadi pencuri itu, ya anak orang kaya," kata Eko. 

"Penipuan juga, ya ada anak orang kaya menjalankan kerjaan itu," kata Budi. 

"Keadaan dan juga pergaulan," kata Eko. 

"Semua itu cerita masa lalu kerjaan orang yang pernah merugikan orang lain dengan kerjaannya pencuri dan penipuan," kata Budi. 

"Kadang yang sakit itu. Orang miskin yang berusaha dengan baik, ya dengan dagang keliling sana sini, ya tempat jualannya pindah-pindah gitu. Uang pedagang itu di curi, ya sama pencuri. Sakit banget rasa ya, orang dagang itu dan juga keadaannya miskin lagi," kata Eko. 

"Ya...namanya pencuri tidak punya akal baik, ya yang ada akal buruk saja," kata Budi. 

"Sekarang ini, ya pernah jadi pencuri dan penipu, ya hidupnya pasti jadi baik, ya masa lalunya dan tidak pernah di tangkap. Mungkin sudah tobat jadi baik," kata Eko. 

"Mungkin jadi baik. Kan ada cerita juga, ya susah jadi baik, ya dengan cara mencuri dan menipu....teman sendiri. Penyakitnya pencuri," kata Budi. 

"Repot urusan dengan orang yang akalnya kriminal, ya sampai menganiaya orang dengan perkara ini dan itu. Itu pun tidak pernah di tangkap sama polisi orang yang begitu juga," kata Eko. 

"Ya...begitu licinnya orang-orang yang akalnya kriminal," kata Budi. 

"Karena banyak yang menutupi keburukan ini dan itu. Ya orang-orang yang akalnya jahat itu tidak tertangkap sama polisi," kata Eko. 

"Kalau daerah lain, ya kota, ya Provinsi lain gitu?!" kata Budi. 

"Mungkin banyak kriminalitas yang tidak tertangkap sama pihak-pihak berwajib," kata Eko. 

"Ya kalau begitu sudah ah ngobrolin tentang orang-orang yang kelakuannya di masa lalu, ya akalnya buruk...akal kriminal. Kalau sekarang terjadi kriminalitas ini dan itu, ya ada yang menangani dengan baik. Sekedar obrolan lulusan SMA," kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

"Main catur!" kata Budi. 

"Ok...main catur!" kata Eko. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

SAJEN

Budi dan Eko duduk di rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.

"Sajen," kata Budi.

"Ada apa dengan sajen?!" kata Eko.

"Ritual-ritual yang adakan manusia, ya sajen itu di persembahkan kepada yang di sembah manusia. Ya ajaran yang di yakini manusia," kata Budi.

"Itu penjelasannya. Atau jangan-jangan ada kaitan dengan film dan juga berita?!" kata Eko.

"Bisa jadi sih!" kata Budi.

"Dukun....melakukan hal di omongin Budi, ya sajen," kata Eko. 

"Memang kerjaan dukun, ya melakukan sajen ini dan itu. Ya berdasarkan ilmunya....silsilah suku keturunan, ya tradisi ini dan itu," kata Budi. 

"Agama," kata Eko. 

"Agama. Yang masih kaitan sih, ya tata caranya di gunakan sama dukun sih....Hindu, Kong hu cu, dan Budha," kata Eko. 

"Benda-benda yang di pakai dalam urusan ritual ini dan itu," kata Budi. 

"Mendatangi dukun dengan alasan apa pun. Sholatnya tidak di terima selama 40 hari," kata Eko. 

"Berdasarkan di tulis di kitab," kata Budi. 

"Syirik," kata Budi. 

"Tuhan siapa ya? Ganjil urusan sholat tidak di terima selama 40 hari?!" kata Eko. 

"Tuhannya berarti tersinggung dengan syirik itu. Aneh. Tuhannya berarti manusia. Katanya Tuhan itu penerima tobat, maha pemaaf," kata Budi. 

"Jangan-jangan Tuhannya orang Arab. Karena kan ada yang membahas tentang....Tuhan bukan orang Arab," kata Eko. 

"Berarti Muhammad. Karena Muhammad yang membangun ajaran dari independennya, ke Ibrahim," kata Budi. 

"Bisa jadi sih," kata Eko. 

"Obrolan makin ngacok!" kata Budi. 

"Obrolan terkadang ngacok sana-sini. Biasa obrolan lulusan SMA," kata Eko. 

"Memang obrolan lulusan SMA," kata Budi. 

"Sebenarnya....jangan-jangan untuk menaikin sesuatu urusan sajen?!" kata Eko. 

"Agama, ya Eko?!" kata Budi. 

"Ya...agama..iya. Berita Iya. Dan...film juga iya," kata Eko. 

"Kalau begitu kita main sepak bola saja!" kata Budi. 

"Apa aku tidak salah denger?!" kata Eko. 

"Ya...tidak salah sih!" kata Budi. 

"Biasanya main catur!" kata Eko. 

"Biasanya sih main catur. Ya suasana yang lain gitu," kata Budi. 

"Ok...main sepak bola!" kata Eko. 

"Kalau begitu aku ambil mainannya!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Budi beranjak dari duduknya, ya ke dalam rumahnya. Budi mengeluarkan meja permainan sepak bola yang di buatnya sendiri. Eko melihat dengan baik meja permainan sepak bola dan berkata "Keren juga meja permainan sepak bola ini". 

"Ya begitulah. Buat sendiri meja permainan sepak bola," kata Budi. 

"Ok..mulai permainannya!" kata Eko. 

"Ok...kita main!" kata Budi. 

Budi dan Eko bermain dengan baik, ya permainan sepak bola setelah bola di masukkan ke dalam arena permainan. Dengan kendali baik Budi dan Eko...memainkan boneka pemain sepak bola. Permainan makin seru sampai mencetak gol. 

Saturday, February 12, 2022

EXTRIM

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Eko," kata Budi.

"Apa?!" kata Eko.

"Ada cerita sih. Tapi ini cerita extrim banget," kata Budi. 

"Extrim. Melebihi takarannya dari cerita yang biasanya," kata Eko. 

"Karena ada kaitan dengan silsilah dari penulis yang masih di kaitan dengan komunis," kata Budi. 

"Seharusnya cerita itu ke cerita ke versi Dono, Kasino dan Indro. Kenapa ke versi kita?!" kata Eko. 

"Maunya penulis!" kata Budi. 

"Kalau maunya penulis, ya ceritakan dengan baik....ceritanya!" kata Eko. 

"Ceritanya begini. Seorang pemuda yang berada di dalam organisasi agama Islam. Pemuda itu memahami ajaran agama Islam. Pemuda itu, ya silsilahnya ada kaitan dengan komunis, ya keturunan sih. Pemuda terus menyembunyikan siapa dirinya sebenarnya, ya dengan cara diam sih. Sampai suatu ketika ada masalah dengan orang yang di organisasi agama Islam. Orang itu, ya Ustad lah, ya paham ajaran agama Islam. Ustad itu, ya menjelaskan ini dan itu, ya sok suci banget gitu. Pemuda itu tidak bisa menahan amarahnya. Jadi pemuda itu mengambil Al Qur'an dan juga celurit. Pemuda itu berkata "Ini Al Qur'an yang kau agungkan dengan baik". Pemuda kesal dan membuang Al Qur-an itu di hadapan Ustad itu. Ya Ustad itu marah-marah karena Al Qur'an di buang, ya sama saja menghina ajaran gitu. Pemuda itu berkata "Dasar Ustad bodoh. Mana Tuhannya setelah aku membuang Al Qur'an. Yang ada cuma kamu yang marah-marah. Bener kata-kata orang-orang. Tuhan itu manusia. Muhammad itu Tuhan kamu yang selalu kamu agungkan dari setiap doa. Sesat." Ustad itu diam. Pemuda itu berkata "Aku memegang celurit ini ingin memotong kepala manusia yang menjadi Tuhan. Karena marah-marah setelah Al Qur'an di buang. Tapi tidak jadi. Karena sia-sia menghabisi mu. Karena aku komunis." Pemuda itu meninggalkan ustad itu. Ya Ustad itu mengambil Al Qur'an. Ustad itu tidak tahu kemampuan dari pemuda itu. Pemuda itu memiliki kemampuan mendengarkan suara Roh, ya tahu kebenaran ini dan itu dengan mendengarkan Roh. Pemuda itu pun keluar dari ajaran agama Islam. Begitulah ceritanya," kata Budi. 

"Bener-bener extrim. Cerita yang bagus," kata Eko. 

"Ya begitu lah," kata Budi. 

"Ceritanya sebatas agama Islam saja?!" kata Eko. 

"Ya tidak agama Islam saja. Agama lain sih. Hasilnya pemuda itu kecewa banget dengan orang-orang yang paham agama, ya tapi bodoh. Pemuda itu, ya memang benar-benar bisa mendengarkan suara Roh, ya karena melampaui batasannya sebagai manusia. Pemuda itu tahu kebenaran ini dan itu karena mendengarkan suara Roh," kata Budi. 

"Kemampuan melampaui batasan manusia," kata Eko. 

"Emmmm," kata Budi. 

"Main catur saja!" kata Eko. 

"Ok....main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan gorengan lah. 

Friday, February 11, 2022

ILMUNYA BEDA

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya keduanya menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Eko. Adat istiadat dari suku keturunan. Kalau di jalanin dengan baik. Bisa di bilang strukturnya....kaya agama saja, ya Eko?!" kata Budi. 

"Adat istiadat. Di bilang strukturnya kaya agama. Ya gimana ya. Aku kan hanya lulusan SMA saja," kata Eko. 

"Kan cuma bahan obrolan saja!" kata Budi. 

"Memang sekedar obrolan saja sih. Ya ada sih orang-orang bilang adat istiadat, ya bisa di bilang strukturnya agama. Jadi kalau di yakini dan di jalanin dengan baik, ya jadi agama," kata Eko. 

"Adat istiadat...sudah di bilang sama dengan agama. Kenapa suku keturunan memilih agama ini dan itu yang dateng ya dari negeri lain?!" kata Budi. 

"Kalah dengan agama dari negeri lain yang membawa nilai ini dan itu, ya sampai budaya ini dan itu," kata Eko. 

"Kalah toh. Adat istiadat suku keturunan. Ya cuma sekedar nilai budaya. Orang-orang yang bergelut di organisasi adat istiadat, ya cuma ingin menaikkan budaya, ya dengan tujuannya nilai ekonomi saja," kata Budi. 

"Memang kenyataannya adat istiadat suku keturunan di angkat ini dan itu, ya nilainya ekonomi sekarang ini," kata Eko. 

Eko dan Budi, ya menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. 

"Berita tentang covid-19....tujuannya juga, ya roda penggerak bagi orang-orang kerja di bidang kesehatan," kata Budi. 

"Ya...kenyataannya memang begitu. Ekonomi dan ekonomi," kata Eko. 

"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi. 

"Sebelum main catur. Aku mau tanya sesuatu....pada Budi?!" kata Eko. 

"Apa pertanyaannya?!" kata Budi. 

"Tumben tidak ada cerita ini dan itu?!" kata Eko. 

"Aku lagi tidak ada bahan cerita," kata Budi. 

"Masa tidak ada bahan cerita?!" kata Eko. 

"Ya sebenarnya ada sih. Tapi males cerita," kata Budi. 

"Males cerita. Kenapa?!" kata Eko. 

"Gara-gara..aku menonton vidio-vidio di Youtobe tentang orang-orang membahas Syiah dan Suni, ya bisa di bilang orang-orang membahas sih....para Ustad yang namanya tidak terkenal sampai terkenal di media ini dan itu," kata Budi. 

"Syiah dan Suni. Seperti A dan B," kata Eko. 

"Ya...seperti A dan B," kata Budi. 

"Saling menunjukkan kebenaran masing-masing," kata Eko. 

"Ya begitu lah," kata Budi. 

"Pertanyaan ku. Kenapa dari kelompok Syiah dan Suni....dari tempat asalnya ajaran itu berkembang, ya masih kaitan dengan ajaran Islam. Tidak ada satu pun manusia yang mampu melampaui batasan sebagai manusia, ya bisa mendengarkan suara roh?!" kata Eko. 

"Omongan Eko ada benarnya. Kenapa tidak ada satu pun manusia yang mampu melampaui batasan sebagai manusia, ya bisa mendengarkan suara roh?. Padahal kalau mampu bisa mendengarkan suara roh, ya masalah Syiah dan Suni, ya selesai gitu!" kata Budi. 

"Memang ilmu beda dengan pemuda yang dapet mendengarkan suara roh," kata Eko. 

"Iya juga ya beda ilmunya dengan ilmu pemuda yang mendengarkan suara roh. Pemuda itu, ya ilmunya benar-benar misteri banget," kata Budi. 

"Ilmu pemuda itu misteri. Padahal kenyataan kan!" kata Eko. 

"Iya sih. Kenyataan. Karena memang cerita kenyataan pemuda itu. Ya sudah tidak perlu ngobrol itu. Lebih main catur!" kata Budi. 

"Ok....main catur!" kata Eko. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya, ya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah. 

Thursday, February 10, 2022

SOK SUCI DAN MASA BODOK

Budi dan Eko duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Eko. Aku punya cerita sih," kata Budi.

"Cerita apa?!" kata Eko.

"Cerita yang sebenarnya aku, ya tidak ingin menceritakannya. Takutnya jadi masalah sih," kata Budi.

"Cerita jadi masalah. Kan hanya sebatas bahan obrolan saja!" kata Eko.

"Memang sebatas bahan obrolan saja sih. Ya kalau begitu aku akan ceritalah," kata Budi.

"Aku menjadi pendengar yang baik," kata Eko.

"Aku belum mulai cerita. Eko omongannya kaya radio saja," kata Budi.

"Kan memang tren dari zaman awal radio berkembang sebagai infomasi yang baik, ya sampai sekarang masih menjadi tren dan juga masuk dalam dunia televisi, ya masih sama gayanya seperti penyiar radio. Dunia radio cuma tidak terlihat orangnya saja. Dunia televisi, ya kelihatan orangnya, ya tingkahnya yang begini dan begitu sampai vidio-vidio di jaringan internet," kata Eko.

"Pasarnya," kata Budi.

"Ya ekonomi lah," kata Eko.

"Jadi roda penggerak dengan baik ekonomi.....perkembangan teknologi ini dan itu," kata Budi.

"Jadi jenis pendidikan dan juga pekerjaan," kata Eko.

"Tuntutan hidup manusia. Harus bekerja demi keluarga. Kalau tidak bekerja, ya tidak makan. Yang gak mau kerja, ya bisa minta-minta, ya kaya pengemis dengan menyamar jadi apa pun di jalanan sana dan sini, ya berharap kebaikan orang-orang kaya. Padahal cukup jadi petani, perikan, dan pertenakan......untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kenyataan hidup, ya manusia ingin kerja yang enak gitu di dalam gedung dengan kemajuan teknologi," kata Budi.

"Memang enak hidup di desa dari pada di kota. Kalau gagal kota, ya jadi pengemis ini dan itu, ya karena keadaan," kata Eko.

"Sudah jangan ngomongin itu terus. Aku akan cerita!" kata Budi.

"Silakan cerita!" kata Eko.

"Ceritanya seperti ini. Ada manusia yang membakar kitab-kitab ajaran agama Islam. Ya sisi lain ada manusia yang membakar ajaran kitab ajaran Kristen. Ya sisi lainnya lagi, ya manusia-manusia membakar semua kitab apa pun ajaran agama yang telah lahir di muka bumi ini. Tuhan menyaksikan ulah manusia yang membakar kitab-kitab agama yang ada di dunia ini. Pertanyaan ku adalah...apakah manusia yang menyakini agama yang di yakininya dari kecil sampai dewasa. Manusia itu marah atau tidak......kalau tahu.....ada manusia membakar semua kitab-kitab ajaran yang ada di dunia ini?" kata Budi.

"Cerita singkat banget. Tujuannya. Apakah manusia yang menyakini agama yang di yakininya dari kecil sampai dewasa. Manusia itu marah atau tidak....kalau tahu....ada manusia membakar semua kitab-kitab ajaran yang ada di dunia ini?. Aku Pikir dengan baik sih. Relatif sih," kata Eko.

"Kok relatif ?!" kata Budi.

"Orang yang belajar ajaran agama ini dan itu. Ada yang sok suci dalam tingkah lakunya dalam sehari-hari. Ya di pikir dengan baik......relatif lah," kata Eko.

"Maksud Eko....pastinya ada yang marah, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Ya iyalah. Apalagi organisasi agama ini dan itu yang membela mati-matian kebenaran dari agama yang di yakininya. Padahal keadaan sekarang gara-gara Covid-19, ya semua orang sok suci di runtuh kan semua dengan pola merubah tata cara ibadah ini dan itu. Berarti orang sok suci itu, ya sia-sia memperjuangkan agama yang di yakininya," kata Eko.

"Sisi lain, ya masa bodok kan Eko?!" kata Budi.

"Sisi lain...memang masa bodok. Kitab-kitab ajaran agama di bakar ini dan itu sama manusia yang ini dan itu. Ya manusia yang telah belajar dengan baik, ya menghafal tuh kitab-kitab ajaran dan bisa di tulis ulang lagi tuh kitab. Jadi masalah dapat di selesai kan dengan baik," kata Eko.

"Omongan Eko benarlah. Jadi relatif lah. Tergantung manusianya. Memahami ilmunya dengan baik," kata Budi.

"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko.

"Ok....main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas mejalah. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK