CAMPUR ADUK

Friday, December 24, 2021

NATAL

Budi duduk di depan rumah, ya sedang baca koran untuk mengetahui berita ini dan itu, ya perkembangan ini dan itu sih. Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga singkong goreng rasa keju yang rasanya enak banget gitu loe. Eko sampai di rumah Budi, ya segera markirin motornya dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama Budi. 

"Budi. Kok nggak pergi ke gereja untuk merayakan natalan!" kata Eko yang niatnya becandaan. 

Budi menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di mejalah.

"Aku kan. Agama Islam. Kan tidak merayakan Natalan di gereja," kata Budi.

"Emang Budi agama Islam, ya sama dengan aku juga agama Islam. Ya becandaan dari kecil gitu....Budi!" kata Eko.

"Ya memang sih becandaan dari kecil sampai dewasa sih. Kadang aku lakukan becandaan itu sama temanku yang agama Kristen sih. Becandaannya seperti ini : Aku pun berkata pada Tony "Tony tidak sholat di lapangan untuk merayakan sholat Idul Fitri. Tony pun berkata "Aku kan agama Kristen tidak sholat di lapangan merayakan hari raya Idul Fitri". Ya sama aja sih aku becandaannya kaya Eko sih," kata Budi. 

"Nama juga pertemanan, ya saling becandaan ini dan itu, ya tetap menghormati dan menghargai agama masing-masing, ya berdasarkan keyakinan masing-masing," kata Eko. 

"Ooooo iya...acara Tv, ya acaranya merayakan Natalan, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya memang sih. Acara Tv, ya acaranya Natal," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Acara bagus sih acara Tv tentang perayaan Natal, ya penilaian dari lulusan SMA, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Ya memang penilaian lulusan SMA. Jadi acara TV, ya Natalan bagus karena yang mengisi acarakan artis gitu, ya bagus deh," kata Eko. 

"Aku punya cerita, ya aku ingin tanggapan Eko saja sih," kata Budi. 

"Ada cerita, ya silakan cerita Budi!" kata Eko. 

"Baik aku ceritakan. Seperti ini ceritanya : Seorang cowok yang beragama Islam, ya jatuh cinta dengan cewek beragama Kristen. Hubungan keduanya baik sih urusan cinta. Ketika keduanya mau memutuskan urusan pernikahan. Orang tua yang cowok tidak setuju kalau anaknya keluar dari agama Islam, ya masuk agama Kristen, ya demi cinta pada cewek yang di sukai....anaknya itu. Begitu juga dengan orang tua yang cewek, ya tidak setuju kalau anaknya keluar dari agama Kristen, ya masuk agama Islam, ya demi cowok yang di sukai....anaknya itu. Cowok dan cewek yang saling mencintai itu, ya akhirnya tidak bisa bersatu karena orang tua. Sebagai anak yang baik, ya tidak boleh menentang orang tua. Kalau menentang jadi anak durhaka, ya bisa saja di kutuk sama orang tua....jadi batu, ya kaya cerita dongeng ini dan itu sih. Cowok pun mengikuti maunya orang tuanya, ya di kirim ke pondok pesantren untuk di bimbing agar lebih paham lagi tentang ilmu agama Islam. Sedangkan ceweknya, ya menikah dengan cowok agamanya sama dengan agama cewek itu, ya Kristen, ya karena di jodohin sama orang tua lah. Begitu lah ceritanya Eko!" kata Budi. 

"Cerita yang bagus sih. Urusan cinta beda agama, ya ribet sih. Kalau mau bersatu, ya harus ada yang mengalah sih, ya keluar dari agama ini dan masuk ke agama itu," kata Eko. 

"Memang ribet urusan cinta beda agama. Cowok dan cewek itu berkata seperti ini "Kalau saja tidak ada agama yang di yakini orang tua, ya bisa bersatu dalam urusan cinta"....," kata Budi. 

"Kalau tidak ada agama yang di yakini orang tua bisa bisa bersatu urusan cinta. Kenyataannya agama ada untuk membimbing manusia jadi baik kan Budi?!" kata Eko. 

"Memang sih karena ada agama, ya manusia di bimbing dengan baik," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Main catur Budi!" kata Eko. 

"Ok....main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. 

"Jadi hari ini perayaan Natal, ya kita ucapkan selamat merayakan Natal bagi umat agama Kristen yang merayakannya dengan baik, ya kan....Eko?!" kata Budi. 

"Omongan Budi benarlah!" kata Eko menegaskan omongan Budi. 

Budi dan Eko main catur dengan baik. 

BERPIKIR DUA KALI DALAM BERTINDAK

Budi dan Eko, ya duduk depan rumah Budi, ya sambil menikmati kopi dan enaknya singkong goreng rasa keju gitu. 

"Eko. Ngomong-ngomong ada cerita?!" kata Budi. 

"Tumben nanyain cerita. Biasanya kan Budi yang punya cerita!" kata Eko. 

"Biasanya aku yang punya cerita sih. Ya kali ini, ya Eko lah!" kata Budi. 

"Baiklah kali ini aku cerita. Ada seorang pemuda, ya mendatangi kantor pemerintahan, ya buat ini dan itu sih. Pemuda itu mengamati dengan baik proses pelayannya, ya berdasarkan prosedur yang di buat pemerintahan dalam urusan ini dan itu, ya birokrasi sih. Pemuda sambil melakukan kegiataannya sebagai, ya masyarakat biasa pada umumnya. Ya sebenarnya pemuda itu kerjaannya, ya pedagang sih. Walau sebenarnya ada permasalahan di masyarakat, ya dari memahami persedur dan tidak memahami persedur sih, ya di anggap wajarlah semuanya. Pemuda itu sebenarnya, ya lulusan Universitas, ya jadi meneliti dengan baik proses kerja di kantor pemerintahan. Sampai akhirnya pemuda itu selesai urusannya, ya pulang ke rumahnya. Di rumah, ya pemuda itu mengetik dengan baik apa yang di lihatnya di kantor-kantor pemerintahan, ya bisa di bilang penelitian di susun dengan baik. Ya sampai ketikannya selesai, ya pemuda itu berkata "Dari hasil yang aku dapatkan. Tingkat kepuasaan dalam bentuk pelayanan, ya di birokrasi. Ya lumayan sih bagus. Walau ada data ini dan itu yang mungkin sifatnya negatifnya, ya masih anggap wajarlah". Pemuda itu benar-benar menyelesaikan tulisannya dan istirahat. Begitulah ceritanya," kata Eko. 

"Kok ceritanya tentang urusan yang berkaitan dengan sistem kerja pemerintahan....Eko?!" kata Budi. 

"Ya kan aku dapat ceritanya juga dari cerita di masyarakat, ya adanya itu. Gimana hayo?!" kata Eko. 

"Ya kalau begitu sih. Ya sudahlah lah. Ya aku tanggapi saja. Ya bagus sih!" kata Budi. 

"Padahal yang di perhitungkan pemuda itu, ya kalau ceritanya itu di publikasikan, ya jadi bacaan halayak umum di jaringan apa pun, ya mengikuti perkembangan zaman gitu. Ada faktor-faktor yang membuat diri pemuda itu berpikir dua kali," kata Eko. 

"Jadi kalau di publikasikan cerita pemuda itu meneliti tentang pelayanan di kantor-kantor pemerintahan.....akan jadi masa lah ya Eko?!" kata Budi. 

"Kalau sifatnya kritik yang tajam, ya urusan sistem kerja pemerintahan ini dan itu, ya bisa jadi masalah sih," kata Eko. 

"Kritiknya....tajam sampai menjatuhkan pemimpin di kantor-kantor pemerintahan," kata Budi. 

"Maka itu. Pemuda itu berpikir dua kali dalam mempublikasikan hasil penelitiannya itu. Karena dampaknya bisa kena ke pemuda itu. Ya pemuda itu bisa di cariin orang-orang yang berkepentinganlah," kata Eko. 

"Iya juga ya. Bisa cariin orang yang berkepentingan, ya di tangkap dan di suruh untuk tidak mempublikasikan tulisan itu," kata Budi. 

"Kalau faktor lain sih, ya bisa saja mengangkat nama baik sih pemimpin-pemimpin di kantor-kantor pemerintahan. Ya pemuda itu pun dicariin juga sih, ya sama orang-orang berkepentingan lah," kata Eko. 

"Iya juga ya. Kalau faktornya dapat mengangkat nama, ya pencitraan. Ya pemuda itu di cariin sama orang kepentingan. Berarti pemimpin-pemimpin di kantor pemerintahan itu senang dari hasil kerjanya ini dan itu di nilai baik sih," kata Budi. 

"Apa lagi kalau urusan masih kaitan politik, ya nama baik, ya melambung tinggi banget gitu," kata Eko. 

"Iya juga. Kalau urusan kaitan politik, ya nama baik melambung tinggi lah. Karena di nilai dari kepuasaan masyarakat, ya tentang pemimpin-pemimpin di kantor-kantor pemerintahan yang mengatur anak buahnya dengan baik," kata Budi. 

"Kalau begitu. Lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Nanti dulu main caturnya Eko. Aku mau nanya tentang pemuda itu meneliti ini dan itu di kantor-kantor di pemerintahan yang mana?!" kata Budi. 

"Ya pemerintahan di kota Bandar Lampung lah," kata Eko. 

"Di Bandar Lampung, ya aku kirain di Jakarta," kata Budi. 

"Orang kita tinggal di kota Bandar Lampung, ya ceritanya di Bandar Lampung lah!" kata Eko. 

"Ok lah....main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Eko. Kalau urusan Muktamar NU yang di adakan di Lampung, gimana tanggapan Eko?!" kata Budi. 

"Aku cuma lulusan SMA, ya aku bilang bagus saja!" kata Eko. 

"Ooooo bagus. Ok. Aku juga bilang bagus sih!" kata Budi. 

Budi dan Eko, ya main catur dengan baik deh, ya sambil menikmati minum kopi dan juga singkong goreng rasa keju yang enak banget gitu lie. 

Wednesday, December 22, 2021

CEWEK PENGERTIAN

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil minum kopi dan makan gorengan lah.

"Eko. Aku ada sebuah cerita. Ya aku ingin tanggapan Eko, ya tentang cerita aku ini," kata Budi.

"Ooooo tanggapan tentang cerita yang mau Budi cerita kan. Ok aku akan tanggapin dengan baik. Ya Budi silakan di ceritakan cerita itu!" kata Eko.

"Baiklah aku ceritakan. Ada seorang pemuda yang baik. Pemuda itu ke rumah Omnya, ya niat ya silaturahmi. Pemuda itu, ya ponakan dari Om itu, ya ngobrol dengan baik sama Om dan Tantenya. Sampai obrolannya Tante, ya mengarah urusan nikah sih. Pemuda itu sudah cukup umur sih, ya di suruh menikah gitu. Pemuda itu bicara seperti ini "Aku belum mendapatkan cewek yang ngertiin aku.", ya Tantenya mengerti omongan Pemuda itu, ya ponakannya itu sih, ya ada rasa kekecewaan juga sih Tantenya, ya begitu juga dengan Om-nya. Pemuda itu pun pulang ke rumahnya, ya rumah orang tuanya. Pemuda itu berpikir dengan omongannya dengan Tantenya itu. Pemuda itu merasa bersalah dengan omongan itu, ya maka itu pemuda itu pun mencari petunjuk dengan ibadahnya. Sampai suatu ketika. Pemuda itu pun melihat ulah cowok yang laganya di motor besar, ya tidak baik di jalan raya gitu. Pemuda itu pun melihat seorang wanita di dalam mobil, ya tingkahnya buruk, tapi pakaiannya berhijab. Pemuda itu pun berkata dalam hatinya "Allah telah mengabulkan doa ku dengan memberikan petunjuk dari perangainya manusia. Jadi omongan ku dengan Tante ku itu, ya tidak salah, ya melainkan benar. Aku yang memutuskan jalan hidup ku seperti apa yang aku jalan dengan baik. Karena masih banyak orang-orang, ya berpura ini dan itu untuk di nilai baik, ya padahal masih buruk". Pemuda itu terus menjalankan hidupnya dengan baik, ya dengan keputusannya itu. Jadi....begitulah ceritanya," kata Budi. 

"Cerita yang bagus. Seperti biasanya sih....cewek, ya harus di mengerti dengan baik sama cowok. Ketika waktunya, ya cowok ingin di mengertin cewek juga. Tapi kenyataan, ya mendapatkan cewek yang baik, ya pengertian itu susah zaman ini, ya karena ada yang berpura-pura ini dan itu, ya demi di nilai baik. Bisa di ambil dari contoh cerita sinetron. Ya tentang seorang cowok miskin yang berpura-pura kaya, ya demi mendapatkan cewek kaya kan atau sebaliknya, ya cewek miskin yang berpura-pura kaya, ya ingin mendapatkan cowok kaya. Jadinya hidup penuh dengan tipu muslihat dalam urusan cinta," kata Eko. 

"Memang hidup ini penuh dengan tipu muslihat. Kalau cerita kenyataan sih. Cowok berpenampilan rapih, ya layaknya seperti penampilan pegawai negeri atau pegawai swasta, ya ternyata penipu, ya tujuan berpenampilan rapih kan, ya berbaur dengan masyarakat, ya agar tidak ketahuan niat buruknya itu. Sampai polisi salah sangka pada seorang cowok yang penampilan gondrong, ya di kirain buruk karena penampilannya, ya ternyata cowok gondrong itu, ya baik dengan budi pekerti karena membimbing dengan baik dirinya, ya dengan pemahaman agama," kata Budi. 

"Dunia kenyataan itu. Apa yang terlihat baik, ya ternyata buruk. Apa yang terlihat buruk, ya ternyata baik," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Ternyata memang susah mendapatkan cewek pengertian, ya Eko?!" kata Budi. 

"Sebenarnya sih tidak susah mendapatkan cewek pengertian. Contohnya aku, ya mendapatkan cewek pengertian, ya Purnama," kata Eko. 

"Iya deh Eko mendapatkan cewek pengertian, ya Purnama," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Semua itu berkat aku ibadah dengan baik. Allah mengabulkan doa ku, ya di dekat kan aku dengan jodoh ku yang baik Purnama. Ya Purnama, ya cewek yang baik dan juga ahli ibadah dengan baik," kata Eko. 

"Kalau begitu, ya tidak perlu bahas lagi ah. Lebih baik main catur!" kata Budi. 

"Ok...main catur!" kata Eko. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya, ya main catur dengan baiklah, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. 

Tuesday, December 21, 2021

AKU INGIN DI MENGERTI

Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil minum kopi dan juga makan gorengan lah.

"Aku ingin di mengerti," kata Budi.

Eko mendengar baik omongan Budi, ya agak ganjil saja omongan Budi itu. Eko pun berkata "Emangnya Budi mau di mengertiin seperti apa?!"

"Mau banget sih Eko. Aku di mengertiin. Ya ada masalah keuangan, ya jadi pinjem uang Eko!" kata Budi.

"Masalah keuangan. Mau pinjem uang," kata Eko.

Eko pun mengambil dompet di saku celananya dan di keluarkan uang dari celananya. Eko memberikan uang 5 ribu rupiah pada Budi, ya sambil berkata "Nieee!"

Budi mengambil uang dari tangan Eko dan berkata "5 ribu."

"Ya biasanya minjem uang kan 5 ribu," kata Eko.

"Kaya zaman sekolah SMA saja!" kata Budi.

"Mau enggak. Kalau enggak aku ambil lagi tuh uang. 5 ribu saja berharga bagi orang miskin tahu. Kalau kaya, ya beda urusan 5 ribu itu," kata Eko.

"Zaman sekolah sampai sekarang tetap saja omongan itu di omongin. Uang kecil berharga bagi orang miskin, ya beda dengan orang kaya," kata Budi.

"Realita kehidupan aku kan dari keadaan orang miskin yang berusaha dengan baik dengan kerja keras menjadi mampu, ya bisa di bilang ingin jadi kaya. Ya beda dengan orang-orang yang terlahir kaya dari kecil sampai dewasa karena memang orang tuanya kaya karena usaha atau warisan nenek moyang," kata Eko.

Budi pun menyerahkan uang 5 ribu rupiah ke Eko dan berkata "Aku tidak jadi minjem uang. Sebenarnya aku tidak kesulitan uang. Becanda Eko!"

Eko mengambil uang dari tangan Budi, ya di simpan dengan baik di dompet, ya dompet di masukkan ke saku celana lah.

"Aku paham tentang kebiasaan Budi. Ya dari masa sekolah sampai sekarang, ya kita berdua sudah kerja gitu," kata Eko.

"Yang sebenarnya sih. Aku kepikiran tentang sikap cewek saja sih," kata Budi.

"Budi. Ada masalah dengan cewek?!" kata Eko. 

"Aku tidak ada masalah dengan cewek sih," kata Budi.

"Ooooo Budi tidak ada masalah dengan cewek," kata Eko.

"Aku ingin di mengerti," kata Budi.

"Kata-kata itu. Berarti Budi ada masalah kan?!" kata Eko.

"Aduh....!!!" kata Budi.

"Ada yang sakit ya Budi? Kakinya ke injek gitu, ya kaya acara lawak gitu?!" kata Eko.

"Eko. Tidak ada yang sakit, ya apalagi kaki ku tidak terinjak sesuatu. Lawak juga bukan!" kata Budi.

"Jadi apa dong?" kata Eko.

"Dang ding dong. Dang....ding....dong," kata Budi.

"Malah becanda!" kata Eko.

"Eko yang duluan yang mulai!" kata Budi.

"Perasaan ku yang mulai duluan kan Budi!" kata Eko.

"Ya deh aku yang mulai duluan," kata Budi.

"Ok....ok....ok...serius. Apa?!" kata Eko. 

"Aku nonton acara Tv, ya kemarin malam sih. Memang acara Tv-nya bagus sih, ya artis yang mengisi acara. Pastinya bagus sih," kata Budi. 

"Memang sih acara Tv bagus ini dan itu, ya memang di buat menarik ini dan itu, ya agar penontonnya menikmati acara Tv yang bagus itu dan berkata dengan baik seperti Budi "Bagus acara TV", bentuk pujian saja sih," kata Eko. 

"Ada sikap cewek di acara Tv. Ya aku simpulkan sikapnya itu......'Aku Ingin Di Mengerti'....," kata Budi. 

"Kalau urusan cewek sih. Memang sih. Sikapnya cewek sesuai dengan omongan Budi....'Aku Ingin Di Mengerti'....," kata Eko. 

"Maka itu cewek itu berpenampilan cantik. Ya dari biasa-biasa saja, ya berubah jadi lebih baik lagi dari penampilannya sampai pembentukan kepribadiannya. Kaya ingin di nilai seseorang yang di sukai cewek itu," kata Budi. 

"Ooooo ingin di nilai cowok yang di sukai cewek itu. Bisa jadi sih. Cewek yang masih jomlo, ya biasanya ingin di pilih sih sama cowok yang di sukai cewek itu, ya segera jadian, ya sampai menikah gitu," kata Eko. 

"Maksudnya...sesuai dengan omongan Eko itu!" kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Tapi itu kan semua hanya perkiraan Budi, ya sebagai penonton yang menonton acara Tv, ya melihat sikap cewek itu, ya artis sih," kata Eko. 

"Ya memang sih cuma perkiraan aku saja sih. Ya...bahan obrolan saja," kata Budi. 

"Kalau begitu sih. Lebih baik kita main catur saja!" kata Eko. 

"Ok...main catur saja!" kata Budi. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh papan catur di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Kalau cewek yang sudah punya pasangan, ya artis. Berpenampilan cantik tujuannya di puji semua orang kan?!" kata Budi. 

"Ya memang is sih....omongan Budi benar sih. Yang belum punya pasangan pun, ya cewek jomlo pun atau cewek putus dari cowoknya dengan alasan ini dan itu. Ketika di atas panggung acara ini dan itu, ya berpenampilan cantik, ya tujuannya di puji semua orang karena penampilannya, ya memang cantik," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Jadi cewek itu ingin di mengerti dan di pahami kan?!" kata Budi. 

"Memang cewek itu ingin di mengerti dan di pahami," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Ya sudah tidak perlu di bahas lagi. Lebih baik fokus main catur!" kata Budi. 

"Ok!" kata Eko. 

Eko dan Budi main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. 

Monday, December 20, 2021

BISIKAN SETAN

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

"Eko. Ada cerita tentang seorang pemuda yang bisa mendengarkan lubuk hatinya yang paling dalam, ya ternyata yang bicara itu adalah setan," kata Budi.

"Ooooo cerita itu," kata Eko.

"Eko tahu cerita itu toh," kata Budi.

"Ya iyalah," kata Eko. 

"Aku kirain....tidak," kata Budi. 

"Aku kan ikutin perkembangan ini dan itu, ya jadinya tahu sih ini dan itu," kata Eko.

"Jadi...Eko. Kalau cerita yang baru ceritakan di kaitkan dunia kenyataan. Ada apa tidak?!" kata Budi.

"Ya kemungkinan ada sih. Contoh saja di berita di Tv : seorang yang di kenal alim, ya bisa di sebut ustad gitu. Ternyata bisa melakukan keburukan yang ini dan itu, ya merugikan orang lain. Berarti orang itu di bisikan keburukan sampai ke lubuk hatinya paling dalam, ya sama setan. Berarti orang itu kalah dari setan, ya orang itu membimbing dirinya jadi baik, ya gagal deh," kata Eko.

"Kehilangan kesadaran sejenak, ya sudah di kendalikan setan. Seperti penyakit kejiwaan yang berganti jiwa gitu," kata Budi. 

"Maka itu. Banyak nasehat dari orang tua yang membimbing dirinya dengan baik, ya untuk dirinya, keluarga, dan juga orang lain. Pemuda itu, ya dekat kan diri mu pada kebaikan, ya seperti kita ini, ya saling menasehati, ya tujuan mengingatkan, ya agar jauh dari keburukan sampai keburukan seperti bisikan setan sampai kelubuk hati yang paling dalem, ya ibadah di jalankan dengan baik dan juga benar, ya sesuai dengan aturan yang ada di dalam ajaran agama yang di yakini," kata Eko. 

"Memang sih kita ini di jalan kebaikan dan saling menasehati agar jauh dari keburukan ini dan itu, ya ibadah yang baik dan juga benar. Emmmmn kalau di ingat cerita masa lalu, ya perpecahan manusia, ya sampai perang. Bisa saja ulah dari bisikan setan dari lubuk paling dalem di dalam hati dong?!" kata Budi. 

"Bisa jadi sih. Perangnya dari urusan negara sampai urusan agama. Ya otomatis banyak manusia yang jatuh karena bisikan setan yang paling dalam lubuk hati," kata Eko. 

"Sampai-sampai urusan cinta pun di pengaruhi oleh bisikan setan yang paling dalem di lubuk hati, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Bisa jadi sih. Namanya juga kalah dari setan," kata Eko. 

"Setan....selalu membuat kekacauan di mana-mana, ya agar manusia jatuh pada lumpurnya dunia ini, ya keburukan ini dan itu," kata Budi. 

"Sudahlah tidak perlu di bahas lebih jauh lagi. Lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok...main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

Saturday, December 18, 2021

CINTA TAK HARUS DI MILIKI

Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah.

"Kadang cinta itu tidak harus di miliki kan?!" kata Budi.

"Memang sih. Kadang cinta tak harus di miliki," kata Eko menegaskan omongan Budi.

"Melihat dia bahagia dengan orang yang mencintainya, ya aku ikut bahagia juga," kata Budi. 

Eko terkejut dengan omongan Budi. 

"Budi. Ada masalah dengan urusan cinta. Sampai-sampai ngomong seperti itu?!" kata Eko.

"Aku tidak ada masalah sih. Cuma ada cerita yang ingin jadi bahan obrolan saja!" kata Budi. 

"Oooooo cerita toh. Kalau begitu cerita kan dengan baik cerita itu!" kata Eko. 

"Baiklah aku cerita kan. Seorang cowok, ya bisa di bilang pemuda. Ya pemuda berteman baik sih dengan cewek sih. Pertemanan itu dari SMA, ya sampai kuliah sih. Cewek berharap banget jadian sih sama pemuda itu. Tapi pemuda itu, ya terlalu sibuk dengan urusan mencapai masa depan yang baik, ya sesuai dengan cita-cita yang diinginkan. Cewek itu akhirnya bertemu dengan cowok yang menyukai diri cewek itu. Cewek itu, ya menjalin hubungan cowok yang menyukainya dengan baik. Pemuda itu tahu, ya cewek, ya teman baik itu menjalin hubungan dengan cowok yang menyukai cewek itu. Pemuda itu merasakan cinta pada cewek itu, ya temannya itu. Pemuda itu tetap diam saja. Cewek itu pun menikah dengan cowok yang menyukai dirinya. Pemuda itu, ya tahu cewek itu, ya teman itu menikah dengan cowok yang menyukai dirinya cewek itu. Pemuda itu berkata di dalam hatinya "Cinta Tak Harus Di Miliki". Di sisi lain, ya cewek itu pun berkata di dalam hatinya "Aku berharap pada orang yang benar ku harap kan memilih aku. Tapi orang tidak di harapkan malah memilih aku". Begitu lah ceritanya," kata Budi. 

"Cerita yang bagus. Yang terkadang cerita dunia kenyataan, ya sesuai dengan kisah cinta yang di cerita kan Budi," kata Eko. 

"Lika-liku kisah cinta," kata Budi. 

"Memang sih lika-liku kisah cinta," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Yang paling tidak habis pikir, ya urusan cinta, ya tentang peceraian sih," kata Budi. 

"Kalau itu sih tidak perlu di bahas lah. Lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok....main catur!" kata Budi. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di meja. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

KALAU SUDAH WAKTUNYA DERAJAT NAIKLAH

Budi dan Abdul duduk di rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.

"Abdul. Acara Tv...tentang uang kaget bagus kan?!" kata Budi.

"Ya....berdasarkan tanggapan seperti aku yang lulusan SMA, ya bagus saja sih....acara Tv....uang kaget sih," kata Abdul.

"Menolong orang miskin yang susah payah menaikan derajatnya, ya tetap miskin gitu. Ya ada beberapa faktor penyebabnya...orang miskin tidak bisa menaikan derajatnya," kata Budi.

"Memang sih ada beberapa faktor yang menyebabkan orang miskin tidak bisa menaikin derajatnya. Ya tetap saja ujiannya orang miskin," kata Abdul. 

"Kalau...cerita acara Tv uang kaget di buat seperti ini : Tim acara Tv uang kaget menemui seseorang pemuda, ya penjual gorengan. Tujuannya seperti biasa di beri uang sekian juta, ya di habisin untuk membeli barang ini dan itu. Pemuda itu bersama Tim acara Tv uang kaget, ya membeli barang ini dan itu. Sampai akhirnya, uang itu berhasil di belanjakan dengan baik. Pemuda itu berhasil sih. Pemuda itu pun bertanya pada Tim acara Tv uang kaget "Apa kalian ikhlas semuanya?!", ya semua Tim acara Tv uang kaget berkata "Ikhlas". Pemuda itu pun membuka jati dirinya. Pemuda itu anak orang kaya, ya kerja berjualan gorengan. Pemuda itu tinggal bersama orang tua punya anak masih kecil, ya miskin lagi, ya tapi pemuda itu di anggap anak sama orang tua itu, ya karena sering main kesitu dan juga membantu orang tua itu berjualan gorengan. Semua Tim acara Tv uang kaget banget dengan jati diri pemuda itu. Host pun berkata "Apa kita ini salah target ini mah?!". Pemuda itu pun bertanya lagi..."Apa kalian semua ikhlas?!", ya semua Tim acara TV uang kaget, ya jadinya sudah telanjur gitu, ya berkata semua "ikhlas". Barang-barang yang di beli dari uang kaget, ya di serahkan pada orang tua miskin itu dengan baik. Pemuda itu pulang ke rumahnya. Host pun berkata "Zaman sekarang ini. Masih ada pemuda yang meninggalkan kekayaannya demi tinggal dan membantu orang tua miskin. Berarti orang tua pemuda itu...benar-benar mendidik anaknya dengan baik. Akhlaknya bagus", ya acara Tv uang kaget selesai. Begitulah ceritanya," kata Budi.

"Terkadang cerita di buat begitu juga bagus sih," kata Abdul. 

"Bisa di bilang...PRANK, ya kan....Abdul untuk Tim acara uang kaget gitu?!" kata Budi. 

"Permainan zaman sekarang. Seru-seruan saja sih!" kata Abdul. 

"Yang namanya nasif, ya tidak selama miskin, ya ketika waktunya kaya, ya jalan untuk jadi kaya itu terbuka lebar, ya karena doa dan usaha yang baik," kata Budi. 

"Kalau sudah waktunya kaya, ya pasti kaya. Keluar deh dari kemiskinan dan naik derajat deh jadi orang kaya," kata Abdul. 

"Sudah lah tidak perlu membahas itu lagi, ya lebih baik main catur saja!" kata Budi. 

"Ok....main catur!" kata Abdul. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja sih papan catur. Budi dan Abdul menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. 

Friday, December 17, 2021

AKHLAKNYA

Budi dan Abdul duduk di depan rumah Budi, ya sambil minum kopi dan makan gorengan.

"Abdul....seandainya. Aku dan Abdul, ya anak orang kaya. Tanggapan Abdul gimana?!" kata Budi.

"Seandainya....anak orang kaya. Ya....hidup akan mudah di jalanin dengan baik dengan baik, ya sampai urusan cinta sih," kata Abdul.

"Memang urusan hidup lebih mudah sampai urusan cinta. Tapi kepribadian bagaimana?!" kata Budi.

"Kepribadian ya?!" kata Abdul masih mikir panjang.

Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik gorengan lah. 

"Ada anak orang kaya kepribadiannya sombong dengan kekayaannya dan ada yang tidak," kata Abdul.

"Memang sih kepribadian....cenderung anak orang kaya, ya sombong dan tidak sombong," kata Budi menegaskan omongan Abdul.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja,  ya di minum dengan baik kopi lah.

"Orang tua mendidik anaknya seperti apa baiknya?!" kata Abdul.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Iya juga ya. Orang tua mendidik anaknya sebaiknya seperti apa?!" kata Budi.

"Ya.....baik itu. Pembentukkan akhlaknya dulu lah dari pada kemewahan dunia," kata Abdul.

Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja ya di minum dengan baik kopi lah.

"Ya...memang harus didik baik akhlaknya anak, ya agar tidak menjadi sombong," kata Budi.

Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Kaya atau miskin. Akhlak yang terpenting. Orang tua ku membimbing aku dengan baik, ya membentuk kepribadian ku," kata Abdul.

"Orangtua ku juga, ya akhlak yang penting untuk membentuk kepribadian anaknya. Ya anak menjadi kepribadian yang baik," kata Budi.

"Udahan ngomongin tentang seandainya jadi anak orang kaya. Kenyataan tetap anak orang miskin. Ya tetap berusaha dengan baik menjadi orang kaya, ya dengan cara kerja keras," kata Abdul.

"Ok...udahan ngomongin...seandainya menjadi anak orang kaya. Memang kenyataannya....anak orang miskin. Tapi aku tetap bangga menjadi anak miskin, ya karena orangtua ku mendidik ku dengan baik, ya membentuk kepribadian baik. Kan ada anak miskin, ya tidak terbentuk dengan baik kepribadian anaknya, ya karena orangtuanya....tidak paham ilmu agama," kata Budi. 

"Memang sih. Ada anak miskin, ya kepribadiannya...kurang ini dan itu karena orang tuanya, ya tidak paham ilmu agama. Ya....sudahlah. Lebih main catur!" kata Abdul. 

"Ya..lebih main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Abdul menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Ooooo iya...gimana tanggapan Abdul... tentang cara Tv dan radio...yang acara ya begini dan begitu, ya tujuannya menghibur dan mendidik orang-orang yang menonton dan juga mendengar?!" kata Budi.

"Sebagai..lulusan SMA, ya bagus saja....acara TV dan radio, ya menghibur penonton dan pendengarnya dengan baik. Kalau lulusan Universitas lebih kongkrit lah...sampai di buat penghargaan ini dan itu, ya menilai dengan baik acara Tv dan radio," kata Abdul.

"Bagus toh. Ya aku sama dengan Abdul saja....bagus!" kata Budi.

 "Fokus main caturnya!" kata Abdul.

"Ok!" kata Budi.

Budi dan Abdul, ya main catur dengan baik. 

Thursday, December 16, 2021

DIA BAHAGIA AKU PUN BAHAGIA

Eko duduk di depan rumahnya sedang membaca koran, ya sambil menikmati minum kopi botolan dan juga gorengan. Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik di sebelah Eko. Ya Eko pun berhenti baca korannya dan koran di taruh di meja. 

"Berita di koran, ya masih memberikan tentang kecelakaan ini dan itu," kata Eko.

"Nama juga berita di koran cerita kehidupan," kata Budi.

"Kehidupan ini, ya antara baik dan buruk," kata Eko.

"Oooo iya Eko. Aku punya cerita, ya aku ingin tanggapan Eko sih!" kata Budi.

"Tanggapan aku. Berkaitan dengan cerita Budi. Ok lah aku tanggapain. Sekarang ceritain ceritanya!" kata Eko.

"Ok. Aku ceritakan. Seperti ini ceritanya : Seorang pemuda sedang mengendarai motornya dengan baik. Tiba-tiba pemuda itu di serempet mobil, ya sampai mengalami kecelakaan sih. Mobil yang menyerempet motor pemuda itu kabur sih. Seorang cewek yang mengendarai mobil, ya melihat orang yang terbaring di pinggir jalan, ya kecelakaan motor lah. Cewek itu langsung menghentikan laju mobilnya, ya ingin menolong orang yang mengalami kecelakaan motor itu. Cewek itu memeriksa orang yang terbaring di pinggir jalan dengan baik. Ternyata orang yang mengalami kecelakaan itu, ya masih hidup sih, ya keadaan cukup parah sih. Cewek itu pun membawa orang kecelakaan motor itu ke rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit, ya pemuda yang mengalami kecelakaan, ya di rawat dengan baik. Cewek itu melaporkan semua kejadian kecelakaan sama polisi untuk mengusut tuntas terjadi kecelakaan di jalan. Polisi segera memeriksa berdasarkan data laporan. Cewek itu sering menjenguk pemuda yang ia tolong itu. Pemuda itu akhirnya sembuh juga dari luka kecelakaan motor. Pemuda itu berterima kasih pada cewek yang telah menolongnya. Pemuda itu ingin membayar budi baik cewek itu, ya dengan cara ingin mencintai cewek itu. Tapi ternyata cewek itu, ya sudah punya suami. Pemuda tidak jadi membalas budi dengan cara mencintai cewek yang telah menolongnya. Pemuda itu pun berteman dengan baik sama cewek itu. Polisi yang mengusut perkara kecelakaan motor, ya akhirnya mendapatkan tersangkanya. Polisi segera memenjarakan penjahatnya. Pemuda itu kaget banget, ya penjahatnya adalah rekan kerja yang pernah berbuat curang di dalam kerjaan. Begitulah ceritanya," kata Budi.

"Ceritanya bagus. Lebih bagus lagi. Kalau di berinama tokohnya, ya nama yang populer gitu!" kata Eko.

"Memang sih kalau di berinama populer, jadinya bagus sih. Siapa namanya ya?!" kata Budi.

"Pemuda yang mengalami kecelakaan motor di berinama......Hari. Sedangkan ceweknya di beri nama.... Lesti saja. Gimana?!" kata Eko.

"Boleh juga sih!" kata Budi.

"Kadang kalau di tolong cewek cantik jelita, ya inginnya balas kebaikatannya dengan cinta sih," kata Eko.

"Memang Eko. Inginnya sih pemuda itu membalas budi baik ceweknya dengan cinta, tapi ceweknya telah punya suami," kata Budi.

"Pasti...nama suaminya cewek itu....Rizky, ya kan Budi?!" kata Eko.

"Ya terserah  Eko saja. Nama Rizky kan nama populer gitu. Nama juga cerita saja. Beda dengan cerita di Tv, ya berita tentang selebritis dari urusan cinta sampai urusan yang ini dan itu di ceritakan semuanya dengan baik. Selebritisnya jadi populer deh di beritakan ini dan itu," kata Budi.

"Budi baik ingin di balas dengan cinta, tapi ternyata tidak bisa, ya berteman saja!" kata Eko.

"Ya...realita ceritanya seperti itu," kata Budi.

"Cinta itu melihat orang yang di sukai bahagia itu lebih baik," kata Eko.

"Cinta memang terkadang melihat orang yang di sukai bahagia itu lebih baik," kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Dia bahagia aku pun bahagia," kata Eko.

"Judul ceritanya bagus itu saja.....Dia Bahagia Aku Pun Bahagia," kata  Budi.

"Ya sudahlah lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Ok main catur!" kata Budi.

Eko mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja, ya papan catur. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.

Wednesday, December 15, 2021

SUAMI PENYABAR

Budi dan Eko duduk di depan rumahnya Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga roti lah.

"Cowok kalau sudah menikah, ya jadi suami. Ya harus jadi suami yang penyabar ya Eko?!" kata Budi.

"Kok tumben Budi....ngomongin tentang suami penyabar?!" kata Eko.

"Ya abisnya....sinetron ada yang menceritakan tentang rasa sakitnya seorang istri karena suaminya bertingkah ini dan itu," kata Budi.

"Oooooo karena sinetron 'Suara Hati Istri', toh. Ya jadinya....Budi ingin ngomongin tentang suami penyabar?!" kata Eko. 

"Ya begitu lah!" kata Budi. 

"Ya memang sih. Kalau cowok sudah menikah, ya jadi suami yang penyabar sih dalam menghadapi sikap istri, ya mungkin tingkah lakunya istrinya susah di atur," kata Eko.

"Sebagai contoh ceritanya seperti ini : seorang pemuda yang lulusan pondok pesantren. Pemuda itu, ya kerjaannya mengajarkan mengaji pada anak-anak sampai orang tua. Ada cewek yang cantik jelita, ya tapi kelakuan liar banget, ya karena pergaulan yang ini dan itu. Orang tuanya bingung mendidik anak gadis, ya yang kelakuannya bikin pusing. Orang tua, ya mengambil kesimpulan dengan baik, ya di nikahin saja anak gadisnya dengan di jodohkan dengan pemuda yang kerjaan guru ngaji. Pemuda itu menerima dengan perjodohan dengan baik. Pemuda itu pun resmi menikah dengan cewek itu. Ya cewek itu setelah jadi istri, ya masih susah didik sama suaminya, ya karena istrinya masih terpengaruh pergaulan ini dan itu. Pemuda itu dengan sabar membimbing istrinya. Sampai suatu ketika, ya istrinya di jebak temannya, ya jadi pengedar narkoba, ya padahal sebenarnya tidak. Sebagai suami yang baik menolong istrinya, ya keluar dari fitnah itu. Suaminya bekerja sama dengan polisi menanggulangi masalah istrinya. Usaha suami berhasil menolong istrinya. Semenjak itu istrinya sadar, ya jadi berkelakuan baik. Suami terus membimbing istrinya dengan baik. Semua berkat kesabaran suami, ya mendidik istrinya dengan baik. Begitulah ceritanya," kata Budi. 

"Cerita yang bagus," kata Eko. 

"Cewek itu....kadang bisa bertingkah seperti cerita yang baru aku ceritakan?!" kata Budi. 

"Memang sih. Cewek bisa bertingkah, ya seperti cerita yang di ceritakan Budi. Tetap sebagai suami yang baik, ya harus bersikap penyabar dengan tingkah laku istrinya yang ini dan itu. Suami pun mendidik dengan baik istrinya, ya agar menjadi istri yang berkelakuan baik," kata Eko. 

"Membimbing dan mengarahkan istri dengan baik, ya agar menjadi istri yang baik," kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

 "Ya sudah lah ngomongin tentang suami penyabar, ya lebih baik kita main catur saja!" kata Budi. 

"Ok.....main catur!" kata Eko. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh dengan baik papan catur di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan roti lah. 

Tuesday, December 14, 2021

KISAH CINTA

Keadaan memang malem sih. Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang baca koran, ya sambil menikmati minum kopi botolan dan juga gorengan. Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk santai di samping Budi. Ya Budi menghentikan baca koran, ya koran di taruh di meja.

"Budi. Eko...main kesini?!" kata Abdul.

"Eko. Tidak main ke sini. Karena ada urusan dengan Purnama," kata Budi.

"Ooooo....Eko ada urusan dengan Purnama. Ya...ya...ya...kisah cinta," kata Abdul.

"Aku....sebenarnya ingin seperti Eko. Ya jadian sama cewek gitu," kata Budi.

"Ooooo...Budi ingin seperti Eko. Kisah cinta toh. Ya kalau begitu aku ikutan juga ah," kata Abdul.

"Sudah di usahakan aku tetap sendiri," kata Budi.

"Berarti belum tempat mendapatkan cewek yang cocok dengan Budi," kata Abdul.

"Ya omongan Abdul bener sih!" kata Budi menegaskan omongan Abdul.

"Sedang urusan...kisah cinta ku, ya seperti cinta khayalan saja, ya kan....Budi?!" kata Abdul.

"Cinta khayalan. Ya bisa sih. Abdul ingin bersama Putri, tapi kenyataan tetap kenyataan, ya di lihat keadaan Abdul dan Putri, ya jarak antara Lampung dan Jakarta," kata Budi.

"Budi lebih baik....kita main catur saja!" kata Abdul.

"Ok.....main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja dengan baik. Budi dan Abdul menyusun bidak catur di atas papan catur. 

"Kisah cinta....artis di acara Tv, ya menarik untuk di tonton, ya Abdul?!" kata Budi.

"Memang sih kisah cinta artis di acara Tv, ya menarik di tonton sih," kata Budi menegaskan omongan Abdul.

"Apalagi kalau duet romantis dalam menyanyi, ya tambah sih cerita kisah cintanya, ya gimana pendapat Abdul?!" kata Budi.

"Pendapatku. Ya memang sih duet romantis dalam menyanyi....sip banget!" kata Abdul. 

"Fokus main catur saja!" kata Budi. 

"Ok!" kata Abdul. 

Abdul dan Budi, ya main catur dengan baik sambil menikmati minum kopi botolan dan makan gorengan. Sedangkan Eko, ya bersama Purnama di rumah Heru, ya ada adiknya Heru, ya ceweklah, ya namanya Mira. Sebenarnya Eko dan Heru ingin nonton bola di Tv sih. Ya Tvnya Heru, ya pake WiFi sih. Purnama dan Mira ingin nonton duet romantisnya Denny Caknan dan Happy Asmara yang di tayangkan di Youtobe, ya live gitu. Jadinya....Eko dan Heru ikutan maunya Purnama dan Mira, ya nonton acara musik yang bagus itu. 

Monday, December 13, 2021

PENJAGA HATI

Budi di depan rumah, ya sedang baca koran, ya sambil menikmati minum kopi botolan dan juga makan gorengan. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko pun duduk di sebelah Budi.

"Eko. Apa menurutmu tentang foto cewek-cewek cantik di koran ini?!" kata Budi, ya sambil menunjukkan foto di koran sama Eko.

Eko memang sedikit terkejut dengan omongan Budi, sambil menunjukkan foto di koran, ya cewek-cewek cantik.

"Belum apa-apa urusan dengan foto di koran cewek-cewek cantik," kata Eko.

Eko melihat dengan baik foto di koran, ya cewek-cewek cantik.

"Menurut ku sih.....cantik cewek-cewek di foto di koran," kata Eko.

Budi tidak lagi menunjukkan foto di koran, ya sama Eko, ya Budi pun merapihkan koran dan dan di taruh di meja, ya selesai baca gitu.

"Ya memang sih....cewek-cewek yang di foto di koran....cantik," kata Budi.

"Jangan-jangan ingin di buat permainan lagi, ya Budi?!" kata Eko.

"Maunya gitu sih," kata Budi.

"Memang permainan seperti apa?!" kata Eko.

"Permainannya sih mudah sih. Ya cuma pilih cewek yang ada di foto di koran sih!" kata Budi.

"Ooooo cuma pilih cewek di foto di koran toh. Kalau aku pilih salah satu cewek di foto di koran. Apa akan di kaitan dengan dunia kenyataan tentang aku dan Budi, ya cerita ini dan itu?!" kata Eko.

"Biasanya?!" kata Budi.

"Dikaitkan, ya permainan seadainya!" kata Eko dengan tegas.

"Memang sih dikaitkan, ya seperti biasanya permainan seadainya. Tapi kali ini tidak perlu dikaitkan, ya cukup pilih saja!" kata Budi.

"Ok....aku pilih dengan baik. Menurut ku berdasarkan permainan seadainya, ya aku tidak memilih salah satu cewek di foto di koran!" kata Eko.

"Kok....tidak pilih. Kenapa Eko?!" kata Budi.

"Cewek-cewek di foto di koran kan......sudah dekat dengan cowok sih. Kalau memilih, ya takut ada yang marah saja," kata Eko.

"Memang sih....cewek-cewek di foto di koran, ya sudah dekat dengan cowok. Kalau di pilih, ya takutnya ada yang marah. Kalau cewek masih jomlo, ya enak di pilih sih, ya tidak ada yang marah sih," kata Budi.

"Maka itu....cewek-cewek di foto koran itu mempopulerkan lagu 'Jangan Coba-Coba'. Kalau di pikir baik lebih baik tidak pilih lah karena dekingannya banyak, ya takut marah sama kita," kata Eko.

"Iiiiiiii takut banget. Penjaga hatinya banyak banget!" kata Budi.

"Lebih baik pilih lain!" kata Eko.

"Pilih lain. Siapa ya?!" kata Budi.

"Mungkin....Findi saja!" kata Eko.

"Findi. Kan ada cowok yang deket sama Findi," kata Budi.

"Findi di dekat sama cowok. Kalau gitu tidak jadi ah. Nanti penjaga hatinya marah-marah sama aku. Aku takut deh. Serem...gitu!" kata Eko.

"Jadi gimana dengan permainan kita....jadi milih apa tidak, ya foto cewek-cewek di koran?!" kata Budi.

"Tidak jadi milih. Ada penjaga hatinya. Nanti marah-marah!" kata Eko dengan tegas.

"Ya....sudah ah. Permainan udahan ah. Milih Cewek-cewek di foto di koran, ya grubgirl Byoode. Lebih baik main catur saja!" kata Budi.

"Ok....lebih baik main catur!" kata Eko.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh papan catur di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.

Sunday, December 12, 2021

PEMIMPIN KOTA

Budi duduk di depan rumah, ya sedang baca koran dan juga menikmati minum kopi botolan dan juga gorengan. Abdul sampai di rumah Budi, ya Abdul memarkirkan dengan baik motor di depan rumah Budi. 

"Hari ini hari yang melelahkan," kata Abdul.

Budi berhenti baca koran, ya koran di taruh di meja.

"Nama juga Abdul berusaha dengan keras untuk mencapai masa depan yang baik untuk Abdul, ya pastinya melelahkan," kata Budi.

"Ya memang sih, ya semua demi masa depan yang aku ingin kan. Kaya dalam usaha yang aku jalankan dan segera menyatakan cinta sama Putri, ya tanda bukti aku benar-benar cinta sama Putri, ya benar-benar ingin menikahinya," kata Abdul.

"Sebagai teman yang baik, ya mendoakan Abdul, ya agar usaha Abdul tercapai dengan baik," kata Budi.

"Terima kasih....Budi atas doa!" kata Abdul.

"Emmmmm," kata Budi.

Abdul melihat foto di koran, ya koran itu pun di ambil.

"Ibu di foto di koran ini, ya sosok pemimpin di kota ini," kata Abdul.

"Memang sih. Ibu di foto di koran, ya sosok pemimpin kota ini," kata Budi menegaskan omongan Abdul.

Abdul pun menaruh koran di meja.

"Layaknya seorang ibu. Ya kaya ibu kita, ya Budi?!" kata Abdul.

"Maksudnya....membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, ya Abdul?!" kata Budi.

"Maksud ku itu, yang di omongin Budi!" kata Abdul. 

"Kalau putra salah, ya di nasehati dengan baik, ya agar tidak berbuat salah lagi. Kalau sudah benar, ya tetap ibu senang karena putra berjalan di jalan kebaikan," kata Budi. 

"Ibu yang di foto di koran, ya memimpin dengan baik kota ini, ya dari sudut pandangan kita...kan Budi?!" kata Abdul. 

"Memang sih dari sudut pandang kita, ya baik sih, ya ibu di foto koran cara  memimpin kota ini, ya baik. Karena ibu kita kan mengajarkan dengan baik, ya harus menghargai dan menghormati....pemimpin kota ini," kata Budi. 

"Kalau sudut lain, ya ada ini dan itu, ya namanya....hidup di antara orang banyak, ya ada yang baik dan buruk. Jadi bisa di bilang maklum lah," kata Abdul. 

"Ya memang maklum. Berarti. Ibu-ibu yang memimpin kota ini dan itu, ya sampai jadi presiden. Tetap kita hargai dan di hormati dengan baik," kata Budi. 

"Ibu-ibu yang menjadi pemimpin, ya telah kerja keras membangun negeri ini dengan baik," kata Abdul. 

"Memang negeri ini di bangun dengan baik," kata Budi. 

"Kalau ada masalah, ya segera di selesaikan dengan baik," kata Abdul. 

"Ya....sekedar obrolan lulusan SMA, ya beda dengan lulusan Universitas yang meneliti ini dan itu....tentang kepuasaan masyarakat pemimpin kota, ya sampai presiden lah, ya berdasarkan data di kumpulkan di masyarakat," kata Budi. 

"Memang sekedar obrolan lulusan SMA, ya beda dengan lulusan Universitas, ya kerjaannya meneliti ini dan itu," kata Abdul menegaskan omongan Budi. 

"Sudah ngobrolin...ibu yang di foto di koran, ya pemimpin kota Bandar Lampung, ya Ibu Eva!" kata Budi. 

"Ok...ok....ok. Lebih baik kita main catur!" kata Abdul. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Eko pun sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motor di depan rumah Budi. Budi dan Abdul yang ingin main catur, ya tidak jadi main catur, ya karena ada Eko. Jadi ketiganya main kartu remi, ya sambil menikmati makan gorengan dan kopi botolan lah. 

Saturday, December 11, 2021

HAPPY

Eko bersama saudaranya, ya nama Fadli, ya pergi PKOR, ya di daerah kota Bandar Lampung, ya menggunakan motornya. Singkat waktu sampai di PKOR. Langit gelap, ya ada bulan dan bintang di langit, ya Eko melihat keadaan itu dengan baik. Eko bener-bener, berada di PKOR, ya bersama ponakannya yang masih balita, ya bersama ayahnya juga, ya Fadli. Eko melihat dengan baik ponakan bermain di temanin ayahnya juga. Ponakan Eko, ya bermain dengan baik, ya ada permainan ini dan itu, ya bayar gitu, ya bisa di bilang sih pasar malam.

Ponakan Eko, ya bahagia banget, ya sama dengan anak-anak lain, ya bersama orang tua dan juga saudara. Semua anak-anak bahagia, ya penuh dengan keceriaan gitu. Eko, ya sempet beli minuman es dan juga makan kecil, ya sambil menikmati keadaan yang ramai dan penuh dengan keceriaan semua orang.

Ponakan Eko, ya di belikan es krim dan juga makan. Ketika Eko bertanya pada ponakan Eko "Happy". Ponakan Eko pun menjawab dengan baik "Happy".

Eko senang jawaban ponakannya...."Happy". Eko terus menemani ponakannya bermain ini dan itu, ya bersama ayahnya lah. Sampai waktunya...Eko memutuskan pulang, ya ponakannya pulang juga lah bersama ayahnya. Jadi meninggalkan PKOR lah, ya pake motor lah.

Seperti biasanya, ya Eko ada urusan main ke rumah Budi. Fadli bersama anaknya yang masih balita, ya pulang ke rumah. Eko dengan baik membawa motornya, ya ke rumah Budi. Singkat waktu. Fadli dan anaknya yang masih balita sampai di rumah, ya segera tidurlah karena hari memang sudah larut malem gitu. 

Eko sampai di rumah Budi, ya menaruh motor dengan baik di halaman depan rumah Budi, ya dengan baik. Ternyata Budi dan Eko, ya sedang main catur sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan. Eko duduk memang dengan baik bersama teman-temannya.

"Eko gimana keadaan PKOR?!" kata Budi.

"Ya rame. Anak-anak penuh dengan ceria," kata Eko.

"Banyak mainan yang di jajakan dengan baik, ya otomatis anak-anak ceria, lah" kata Abdul.

"Makan dan minumannya juga enak!" kata Eko.

"Abdul...main caturnya di lanjutkan apa tidak? karena ada Eko. Ya biasa main kartu remi!" kata Budi.

"Main catur udahan saja. Ya seperti biasa main kartu remi!" kata Abdul.

"Ok!" kata Budi.

Budi dan Abdul membereskan catur dengan baik. Ya Budi mulai lah main kartu remi dengan baik...bersama Eko dan Abdul, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan lah. 

Friday, December 10, 2021

BUKAN HOAX

Budi duduk di depan rumah, ya sedang baca koran, ya sambil menikmati minum teh gelas dan juga makan gorengan. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko pun duduk dengan baik di sebelah Budi.

"Eko....omongan Eko bener," kata Budi, ya sambil menaruh koran di meja.

"Omongan aku yang bener yang mana?!" kata Eko.

"Ya omongan di kala hujan, ya tentang banjir sih," kata Budi.

"Kalau omongan itu sih. Kan Budi duluan yang ngomongin tentang banjir," kata Eko.

"Memang sih aku duluan, ya sudah lah. Kita berdua saja yang ngomong," kata Budi.

"Kalau sama-sama ngomong tentang banjir, ya tidak ada masalah sih. Emmmmm yang aku mau tahu. Banjir terjadi di mana?!" kata Eko.

"Banjirnya terjadi di daerah perumahan sih, ya di daerah sekitar daerah kota Bandar Lampung, ya memang cerita masa lalu pernah di daerah perumahan itu pernah banjir, ya kala hujan. Proses waktu, ya di tanggulangi dengan baik di buat dengan baik saluran air yang menanggulangi banjir. Ketika saat ini, ya hujan kemarin. Hujannya memang turun sangat deras. Saluran air, ya tidak bisa menampung jumlah air, ya sampai meluap sih. Taludnya, ya di robohkan sama air sih, ya jadinya banjir sih," kata Budi.

"Ooooooo di daerah perumahan yang dulunya pernah jadi kawasan banjir. Dan sekarang terjadi lagi karena hujan deras dan juga talut di saluran air rusak toh," kata Eko.

"Memang....alam susah untuk di prediksi," kata Budi.

"Ya nama juga alam," kata Eko.

"Orang-orang di Badan Nasional Penanggulan Bencana, ya turun menanggulangi masalah banjir itu," kata Budi.

"Berarti sama dengan berita Tv. Tentang Badan Nasional Penangulan Bencana, ya sigap dalam menanggulangi masalah bencana, ya dari masalah yang kecil sampai masalah yang besar sih," kata Eko.

"Ya....kan aku dapetin beritanya dari koran," kata Budi. 

"Oooo dari koran. Kalau telah di tulis di koran, ya kemungkinannya bener lah. Namanya juga berita," kata Eko. 

"Orang-orang di Badan Nasional Penanggulan Bencana....ternyata kerja keras menanggulangi masalah ini dan itu, ya berkaitan dengan urusan bencana sih," kata Budi. 

"Bagus lah...kalau orang-orang di Badan Nasional Penanggulan Bencana, ya kerja keras menanggulangi masalah ini dan itu, ya yang berkaitan bencana, ya demi kebaikan masyarakat yang terkena bencana sih. Tolong-menolong bisa di bilang begitu sih," kata Eko menegaskan omongan Budi. 

"Ooooiya. Omongan kita tidak jadi hoax kan Eko?!" kata Budi. 

"Omongan kita tidak jadi hoax, ya karena ada bukti kejadian banjir, ya bisa di bilang banjir kecil, ya di tulis di koran lagi," kata Eko. 

"Kalau begitu....lebih baik kita main catur saja!" kata Budi. 

"Ok...main catur!" kata Eko. 

Budi, ya mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas papan catur. Saat Budi dan Eko mau menyusun bidak catur di atas papan catur. Ya Abdul dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motor di depan rumah Budi. Abdul duduk bersama Eko dan Budi. Eko dan Budi yang ingin main catur, ya tidak jadi karena ada Abdul. Jadi ketiganya main kartu remi dengan baik. 

HUJAN

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil makan gorengan dan minum kopi. Keadaan memang hujan sih, ya jadinya minum kopi yang masih panas, ya menghangatkan tubuh dan juga gorengan masih anget lagi sih, ya jadinya sip....mengurangi keadaan dingin karena hujan.

"Hujan. Jika jumlah air hujan yang turun dari langit banyak banget ke tanah, ya pastinya dapat menciptakan banjir, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Ya iya lah. Contoh : berita di Tv saja tentang banjir!" kata Eko.

Eko mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng lah. 

"Gimana dengan berita banjir di daerah sekitar kota Bandar Lampung....ada apa enggak?!" kata Budi.

Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng. 

"Kalau itu...sih mana aku tahu. Kan aku bukan wartawan. Kalau wartawan tahu berita tentang banjir di sekitar daerah sini dan situ, ya tahu banjir kecil sampai besar, " kata Eko.

"Iya sih. Eko bukan wartawan. Jadinya aku salah nanya deh tentang berita banjir di daerah sekitar daerah sini kota Bandar Lampung," kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di meja dan minum dengan baik lah kopi. 

"Kalau di lihat dari musih hujan, ya keadaan kita ini melihat hujan yang turun dari langit. Ya kemungkinan sih......ada sih banjir di daerah sekitar daerah kota Bandar Lampung. Kemungkinan!" kata Eko. 

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik. 

"Jadi kemungkinan itu ada, ya Eko?!" kata Budi. 

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Mungkin.....banjir kecil," kata Eko. 

"Kok....banjir kecil?!" kata Budi. 

"Ya kan sekedar obrolan kita saja, ya kan Kemungkinan. Bilang banjir kecil. Kalau banjir besar, ya bisa heboh kaya berita di Tv. Ya banjir kecil....contohnya : saluran air mampet, gara-gara sampah, ya jadinya banjir atau saluran air, ya bisa saja rusak karena keadaan ini dan itu, ya jadinya banjir," kata Eko. 

"Iya juga ya...kan kemungkinan. Ya lebih baik banjir kecil saja. Sekedar obrolan. Kalau banjirnya tidak ada, ya bisa di bilang...omongan kita, ya bilang hoax, ya masih ngetren sih....kata hoax itu," kata Budi. 

"Mau di bilang hoax juga tidak ada masalah. Yang tahu kan aku dan Budi saja kan!" kata Eko. 

"Eko....ada tahu obrolan kita. Malaikat mencatat amal baik dan buruk kita. Setan. Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Budi. 

"Kalau itu sih tidak perlu di omongin. Semua orang yang belajar ilmu agama, ya tahu semuanya," kata Eko. 

"Jadi...gimana omongan tentang banjir di sekitar daerah kota Bandar Lampung, ya banjir kecil gitu?!" kata Budi. 

"Ya sudah di bilangin....sekedar obrolan saja kan!" kata Eko. 

"Ya deh sekedar obrolan saja. Tapi kemungkinan pasti ada sih. Nama juga alam tidak bisa di prediksi," kata Budi. 

"Ya lebih baik main catur saja!" kata Eko. 

"Ok...main caturnya!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. 

"Mungkin....kalau ada orang yang dengerin omongan kita, ya di maklumi sekedar obrolan di kala hujan kan Eko?!" kata Budi. 

"Kemungkinan di maklumi dengan baik lah, ya sekedar obrolan di kala hujan gini!" kata Eko menegaskan omongan Budi. 

Budi dan Eko main catur dengan baik. 

Wednesday, December 8, 2021

TENTANG KEMATIAN

Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.

"Apakah manusia sadar dirinya bahwa dirinya telah mati?!" kata Budi.

"Budi dapet dari mana kata-kata itu?!" kata Eko.

"Dari artikel sih Eko!" kata Budi.

"Artikel toh!" kata Eko.

"Kata di artikel....sih. Manusia tidak sadar bahwa dirinya mati, ya seakan-akan sedang bermimpi buruk. Padahal dirinya manusia itu telah di tangisi sama keluarganya karena diri manusia itu meninggal dunia. Manusia itu di kafani dengan baik dan di kuburkan dengan baik," kata Budi. 

"Nama juga artikel. Mengolah dari sudut ini dan itu!" kata Eko. 

"Jadi....gimana pendapat Eko, ya tentang apakah manusia sadar dirinya bahwa dirinya telah mati?!" kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum dengan baik kopi lah. 

"Ya...pendapat ku sih. Manusia yang belajar ilmu akherat, ya sebenarnya manusia itu tahu bahwa dirinya pasti mati, ya tidak bisa hidup selamanya di muka bumi. Maka itu, manusia yang belajar ilmu akherat membimbing dirinya dengan baik, ya di jalan kebaikan demi dirinya, keluarga dan orang lain," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Jadi setiap manusia belajar ilmu akherat....manusia tahu dirinya akan mati, ya tidak bisa hidup selamanya di muka bumi ini," kata Budi, ya menegaskan omongan Eko.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Keputusan yang di tetapkan Tuhan, ya di sebut Takdir," kata Eko. 

"Takdir. Ya memang sih Takdirnya manusia yang hidup di muka bumi ini, ya pastinya kematian itu menghampiri manusia dengan berbagai jenis kematian yang ini dan itu," kata Budi. 

"Sebagai contoh yang tepat dalam keadaan sekarang ini, ya bencana saja. Berita di Tv, ya ceritanya, ya ada tentang kematian. Jadi semua sudah Takdir yang di putuskan Tuhan Pencipta Alam Semesta," kata Eko. 

"Contoh yang di omongin Eko tepat lah sekali. Ya sudahlah tidak perlu membahas lebih jauh tentang artikel itu. Lebih baik main catur saja!" kata Budi. 

"Ok....main catur saja!" kata Eko. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

GHIBAH

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. 

"Kemarin-kemarin aku menghadiri acara di daerah sini, ya tidak sengaja mendengarkan dua orang tua yang sedang bicara, ya pake bahasa daerah Lampung sih, ya sambil asik merokok gitu. Yang enggak abis pikirkan, ya masih kebiasaan orang Lampung....kalau ngomongin orang dengan pake bahasa daerah Lampung gitu," kata Budi.



"Ghibah," kata Eko.

"Maksudku....itu......ghibah!" kata Budi.

"Nama juga manusia. Ada manusia yang baik dan ada manusia yang buruk," kata Eko.

"Memang sih...aku paham omongan Eko. Nama juga manusia. Masalahnya kan....yang ngomong orang tua dan juga RT lagi. Seharusnya orang tua jadi contoh yang baik untuk pemuda. Ini malah menunjukkan tidak benar. Apalagi asik ngerokok dua orang tua itu, ya padahal ada anak kecil gitu acara tersebut. Menciptakan polusi udara saja dua orang tua yang asik ngobrol pake bahasa daerah Lampung," kata Budi.

"Susah itu mah urusan dengan orang tua seperti itu. Kebiasaan dari muda sampai tua, ya kebiasaan buruk tidak bisa di buang, ya sampai di turunkan ke anak. Sifat ego-egonya manusia yang susah di bimbing jadi baik," kata Eko.

"Aku...yang jadi pemuda, ya berusaha berjalan di jalan yang baik, ya hanya bisa menghelakan nafas dan menunduk kepala dengan baik, ya melihat dua orang tua yang tidak bisa berpikir dua kali," kata Budi.

"Benar kata orang-orang. Belajar ilmu agamanya, ya tidak di pahami dengan baik. Ya jadinya seperti dua orang tua yang ngobrol pake bahasa daerah Lampung, ya ngomongin orang yang ini dan itu, ya agar orang lain tidak tahu. Padahal di pendidikan sekolah di ajarkan bahasa daerah Lampung, ya otomatis tahu lah....obrolannya orang-orang Lampung yang pake bahasa daerah Lampung," kata Eko.

"Bener omongan Eko. Dua orang tua itu, ya tidak bisa memahami ilmu agama. Mau menasehati...juga, ya kita pemuda....jadi males ngurusin dua orang tua yang ego ini dan itu, ya sifat suku Lampungnya di jalankan dengan baik karena merasa pribumi asli di tanah Lampung," kata Budi.

"Sudah ah Budi ngomongin itu. Lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Ok..main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas meja.

"Kita....ini termasuk ngomongin orang kan Eko?!" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

"Jadi kita ini....cukup menyadarkan kesalahan kita, ya berusaha untuk terus berjalan dengan baik, ya memahami ilmu agama dan di jalankan dengan baik," kata Budi.

"Ya iya lah....ibadah dengan baik dan juga saling menasehati satu dengan lain. Jadinya tetap berjalan dengan baik lah," kata Eko.

"Sudah jadi baik. Maka kita jadi contoh semua orang kan Eko?!" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

"Ya sudahlah....fokus main catur!" kata Budi.

"Ok!" kata Eko.

Eko dan Budi, ya msin catur dengan baik. 

Tuesday, December 7, 2021

SUASANA HATI

Budi di halaman depan rumahnya, ya  mengambil pecahan genteng, ya di susun dengan baik sama Budi di lantai, ya menjadi bentuk yang di ingin kan Budi, ya cinta gitu. Keadaan Budi, ya nongkrong di halaman depan rumah, ya main pecahan genteng. 

"Cinta," kata Budi.

Budi terus mengamati dengan baik pecahan genteng berbentuk cinta. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumah Budi.

"Eko dateng," kata Budi.

Eko menghampiri Budi, ya melihat pecahan genteng yang di bentuk jadi cinta gitu. 

"Budi sedang main apa?!" kata Eko.

"Sekedar saja, ya suasana hati.....ingin membentuk pecahan genteng jadi bentuk cinta," kata Budi. 

"Oooooo sekedar suasana hati toh," kata Eko. 

Eko dan Budi duduk dengan baik di depan rumah, ya keduanya sambil menikmati minum teh gelas dan juga gorengan. 

"Eko," kata Budi. 

"Apa?!" kata Eko. 

"Enak kali ya......makan yang di buat sama cewek yang di sukai?!" kata Budi. 

"Ya memang enak sih. Makanan yang di buat cewek yang di sukai. Ya aku pernah mencobain makanan yang di buat Purnama. Rasa cinta Purnama, ya pada ku, ya di tunjukkan pada makanan yang di buatnya," kata Eko. 

"Kalau Eko sih enak, ya merasakan makanan buatan Purnama, ya di buat dengan rasa cinta. Sedang aku, ya belum pernah sih merasakan makanan di buat oleh cewek yang aku sukai," kata Budi. 

"Ya....aku sih maklum dengan Budi yang belum dapet cewek yang di sukai. Budi tidak boleh menyerah mendapatkan cewek yang Budi sukai!" kata Eko. 

"Aku memang tidak menyerah mendapatkan cewek yang di sukai. Tapi kan ada cewek yang benar-benar menolak pernyataan suka cowok pada cewek. Ya jadinya pertengkaran gitu," kata Budi. 

"Kayanya itu sinetron....Budi?!" kata Eko. 

"Bisa jadi sih!" kata Budi. 

"Ya....cowok di tolak cewek. Kalau cowoknya bener-bener cinta sama cewek yang di sukai, ya tidak pernah pantang menyerah lah. Ceweknya, ya bisa di luluhkan dengan baik. Cowok bisa mendapatkan cinta cewek yang di sukainya," kata Eko. 

"Jadinya kisah cinta yang menarik ya....Eko?!" kata Budi. 

"Ya begitulah!" kata Eko. 

Eko dan Budi, ya mengambil gorengan di piring, ya di makan dengan baik lah. 

"Kalau cewek yang di sukai....berulang tahun. Eko berbuat apa?!" kata Budi. 

"Cewek yang aku sukai berulang tahun. Aku berbuat apa ya? Paling aku merayakannya dengan sederhana, ya mengajak makan di restoran saja, ya itu pun sudah cukup!" kata Eko. 

"Oooooo di rayakan sederhana toh. Aku juga ingin kaya Eko, tapi belum dapet cewek yang aku sukai," kata Budi. 

Budi dan Eko, ya mengambil teh gelas di meja, ya di minum dengan baik lah. Lalu setelah minum, ya teh gelas di taruh di meja lah. 

"Main catur saja....Budi!" kata Eko. 

"Ok....main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja lah. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Informasi.....begitu cepat sekarang ini karena di pengaruhi oleh kemajuan dari teknologi kan....Eko?!" kata Budi. 

"Ya iyalah. Contohnya : berita di Tv, ya tentang bencana ini dan itu. Ya jadi obrolan masyarakat yang ini dan itu," kata Eko. 

"Sekedar bahan obrolan saja kan....Eko?!" kata Budi. 

"Ya sekedar bahan obrolan saja!" kata Eko. 

"Ya sudahlah fokus main catur!" kata Budi. 

"Emmmmm!" kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik. 

Monday, December 6, 2021

PASAR

Budi dan Eko duduk di depan rumah, ya sambil menikmati kopi dan juga gorengan.

"Hidup ini sementara. Jadi menikmati hidup ini dengan baik, ya di jalan kebaikan, ya kan Eko?!" kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. 

"Ya memang hidup sementara, ya hidup harus di nikmati dengan baik.....bagi yang ingin di jalan kebaikan," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Iya juga ya. Bagi yang ingin di jalan kebaikan. Kan polisi masih ada, ya jadi kejahatan, ya masih ada. Berarti masih ada manusia berjalan di jalan keburukan....demi merugikan manusia yang lain. Kalau lebih jelasnya sih....acara Tv tentang kriminal ini dan itu," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Acara Tv tentang polisi menangkap penjahat, ya realita kehidupan ini dan itu. Bagus juga sih....acara Tv-nya," kata Eko.

"Kalau begitu main catur saja...Eko!" kata Budi. 

"Ok....main catur saja!" kata Eko. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh lah papan catur di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Pasar," kata Budi. 

"Ada apa dengan pasar?!" kata Eko. 

"Aku pulang ke rumah, ya lewat pasar sih. Aku melihat dengan baik pasar, ya perubahan ini dan itu," kata Budi. 

"Pasar. Tempat pertemuan penjual dan pembeli. Siklus jual beli berjalan dari dulu sampai sekarang," kata Eko. 

"Memang sih pasar itu tempat pertemuan penjual dan pembeli. Silih berganti....kehidupan di jalankan manusia, ya sampai bangunan ini dan itu, ya semua demi kelangsungan hidup," kata Budi. 

"Orang pasar tipe pekerja keras, ya beda dengan orang-orang yang kerja di kantor, ya apalagi kantor pemerintahan," kata Eko. 

"Omongan Eko....mengarah pada kritik...kan itu!" kata Budi. 

"Aku cuma lulusan SMA. Emangnya omongan aku di dengerin sama orang-orang yang bergelar sarjana yang duduk di kantor swasta sampai pemerintahan?!" kata Eko. 

"Memang aku dan Eko...lulusan SMA, ya kurang di dengerin sama orang-orang gelar sarjana, ya karena kelas berbeda gitu, ya keilmuan gitu. Tapi kalau sudah mengarah pada urusan politik, ya pemilu, ya....omongan lulusan SMA seperti kita, ya di dengerin juga sama orang-orang bergelar sarjana," kata Budi. 

"Memang sih. Kalau urusan sudah berkaitan dengan politik, ya sampai pemilu....ya lulusan SMA di denger juga sih," kata Eko. 

"Pergerakan ini dan itu, ya masih urusan politik dan pemilu. Ya berarti masih banyak orang-orang yang haus dengan kedudukan di pemerintahan, ya jadi pemimpin dan merasa mampu memperbaiki ini dan itu dan mengatur ini dan itu, ya agar pemerintahan berjalan dengan baik," kata Budi. 

"Nama juga manusia, ya impiannya ingin menjadi pemimpin," kata Eko. 

"Oiya.....orang pasar itu, ya tipe pekerja keras, ya bisa di bilang sama dengan Abdul....kan Eko?!" kata Budi. 

"Abdul, ya bisa di bilang orang pasar, ya tipe pekerja keras sih....membangun usahanya dengan baik, ya tujuan kaya sih," kata Abdul. 

"Persaingan terjadi kan Eko?!" kata Budi. 

"Persaingan sih bisa di bilang persaingan dengan jujur sih. Ya kata orang tua, ya rezeki...rezekian, nasif dari garis rezeki yang di tetapkan Tuhan, ya di usahakan dengan baik," kata Eko. 

"Kalau ada yang buruk, ya pedagang yang kelakuaannya buruk gimana....Eko?!" kata Budi. 

"Ya....kalau begitu sih, ya susah di omongin lah. Kaya cerita acara Tv, ya bisa di bilang sinetron sih. Tentang pedagang yang mencari untung besar dari barang dagangannya, ya tapi cara ya menipu pembelinya dari barang dagangannya, ya contohnya : cabe yang di palsukan, ya di warnai....tanda mateng itu cabe," kata Eko. 

"Memang susah di omongin sih. Dan juga, ya sinetron itu jadi contoh yang baik menunjukkan kelakuan buruk manusia yang ini dan itu. Bagi manusia yang belajar dari contoh yang di tunjukkan di acara Tv, ya sinetron, ya berarti.......membimbing dirinya untuk menjadi manusia yang baik lah, ya tidak boleh merugikan orang lain. Yang baik itu, ya saling menguntungkan lah!" kata Budi. 

"Ya memang sih, ya baik itu.....saling menguntungkan itulah yang baik!" kata Eko. 

"Ya...sudahlah tidak perlu di bahas lebih jauh, ya lebih baik fokus main catur!" kata Budi. 

"Ok!" kata Eko. 

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik. 

CAMPUR ADUK

JEFF, WHO LIVES AT HOME

Malam hari, ya bintang berkelap-kelip di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus....FTV di chenel AllPlay Ent, ya seperti bia...

CAMPUR ADUK