CAMPUR ADUK

Wednesday, September 22, 2021

BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH

Lakmi siswi SMP sih, ya selesai urusan aktivitas sekolah segera pulang ke rumah. Di jalan menuju rumah, ya Lakmi bersama dengan Tia teman sekelasnya, ya satu arah sih menuju rumah masing-masing. Keduanya ngobrol, ya biasalah masih urusan pelajaran yang di berikan guru dengan baik dan juga ada sih obrolan tentang pandemi covid-19, ya masih di tanggulangi dengan baik dan penerapan protokol kesehatan di terapkan di sekolah dengan baik,  ya pokoknya sama aja ceritanya dengan berita di Tv sih. Selang berapa saat. Lakmi sampai di rumahnya, ya Tia masih melanjutkan jalannya menuju rumahnya. 

Lakmi beres-beres diri di kamarnya, ya setelah itu makan di ruang makan untuk mengisi perut dari tadi bunyi sih. Dengan santai Lakmi makan, ya di temanin ibu sih. Sampai kenyang si Lakshmi. Seperti biasa sih Lakmi mencuci piring dan gelas yang di gunakan di belakang karena ibu mengajarkan Lakmi untuk cewek rajin, ya tidak boleh males. 

Selesai mencuci piring dan gelas dan telah di taruh di rak, ya Lakmi ke kamarnya dan membuka tas untuk mengambil buku yang ia pinjam di perpustakaan sekolah. Lakmi keluar dari kamar, ya menuju ruang tengah. Duduk dengan baik Lakmi di ruang tengah, ya baca buku cerita sih. 

Isi buku cerita yang di baca Lakmi :

Bawang Merah-Bawang Putih merupakan cerita rakyat Riau. Bawang Merah-Bawang Putih merupakan kisah klasik bagi masyarakat Indonesia, menceritakan tentang dua orang anak gadis bernama Bawang Merah & Bawang Putih.

Konon, dahulu kala di sebuah desa, hidup seorang anak gadis bernama Bawang Putih tinggal bersama ayahnya. Ibu Bawang Putih telah meninggal dunia setelah menderita sakit keras. Tidak jauh dari rumah mereka, tinggal seorang janda yang memiliki seorang anak gadis bernama Bawang Merah.

Alkisah, setelah ibu Bawang Putih meninggal, Bawang Merah beserta ibunya sering berkunjung ke rumah Bawang Putih. Karena sering bertemu, ayah Bawang Putih dan ibu Bawang Merah saling jatuh cinta. Mereka berdua akhirnya memutuskan menikah. 

Mereka kemudian tinggal satu rumah hidup berbahagia sebagai sebuah keluarga. Malang bagi Bawang Putih, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Ayahnya meninggal dunia karena sakit. Setelah ayahnya tiada, sikap Bawang Merah & ibunya berubah drastis. Mereka berdua selalu menyuruh Bawang Putih melakukan pekerjaan rumah. 

Tiap hari Bawang Putih bertugas mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sementara Bawang Merah dan ibunya kerjanya hanya bermalas-malasan. Suatu hari, Bawang Putih tengah mencuci pakaian di sebuah sungai di dekat rumah. Karena terlalu banyak pakaian yang ia cuci, Bawang Putih tidak menyadari ada sebuah pakaian milik ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Sesampainya di rumah, sang ibu memarahi keteledorannya. Ia meminta Bawang Putih untuk mencari pakaiannya sampai ketemu.

"Kamu memang anak bodoh Bawang Putih! Kau cari sana pakaianku! Jangan pulang jika belum dapat menemukannya!" sang ibu memarahinya. 

"Maaf ibu, aku tidak tahu kalau ada pakaian yang hanyut. Aku akan mencarinya segera." kata Bawang Putih.

Bawang Putih segera pergi menyusuri sungai mencari pakaian ibu tirinya. Hari telah menjelang petang, kesana-kemari ia mencari tapi tidak kunjung menemukan pakaian ibu tirinya. Sampai di suatu tempat, Bawang Putih melihat sebuah gubuk tua ditinggali oleh seorang nenek tua. Nenek tersebut terlihat tengah mengumpulkan kayu bakar. Bawang Putih kemudian mendekati si nenek tua untuk menanyakan arah jalan.

"Maaf Nek mengganggu. Nama saya Bawang Putih. Saya tersesat setelah sehari penuh mencari pakaian ibu saya yang hilang terbawa arus sungai." kata Bawang Putih.

 "Oh sedang mencari pakaian rupanya kau Nak? Apa pakaiannya berwarna merah?" tanya nenek tua.

"Iya betul Nek, pakaian ibu saya berwarna merah. Bagaimana nenek tahu?" tanya Bawang Putih.

"Pakaian itu tersangkut di depan rumah Nenek. Sini masuk ke rumah, Nenek ambilkan pakaiannya." nenek tua mengajak Bawang Putih masuk ke dalam rumah.

Setelah menyerahkan pakaian, nenek tersebut meminta Bawang Putih untuk tinggal di rumahnya selama satu minggu menemaninya, karena sang nenek sudah lama tinggal sendirian. Bawang Putih menyanggupi permintaan nenek tua. Selama satu minggu Bawang Putih tinggal di rumah nenek sambil membantu pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci pakaian, membersihkan rumah, memasak sampai mencari kayu bakar. 

Bawang Putih melakukannya dengan ikhlas. Si Nenek merasa sangat menyayangi Bawang Putih. Setelah satu minggu, Bawang Putih pun pamit pulang ke rumahnya. Sang nenek mengucapkan terima kasih kepada Bawang Putih. Ia memberikan hadiah buah labu. Nenek tua menunjukan dua buah labu, satu labu berukuran besar, sedang satu lagi labu berukuran kecil. Sang nenek meminta Bawang Putih membawa pulang salah satu labu. 

Setelah mengucapkan terima kasih, Bawang Putih kemudian pulang membawa labu berukuran kecil. Bawang Putih beralasan lebih mudah membawanya. Setelah tiba di rumah, Bawang Putih menyerahkan pakaian pada ibu tirinya seraya menjelaskan bahwa ia tinggal selama satu minggu di rumah seorang nenek. Ia kemudian pergi ke dapur untuk membelah labu yang ia bawa. Alangkah terkejutnya Bawang Putih, ternyata labu tersebut berisi perhiasan emas permata.

"Ya ampun..apa ini? Kenapa labu ini berisi perhiasan emas permata?" Bawang Putih berteriak kaget.

Bawang Merah beserta ibunya segera pergi ke dapur ingin mengetahui apa yang terjadi.

"Ya ampun perhiasan emas permata! Inikah labu pemberian nenek tua itu hai Bawang Putih?" tanya ibu tirinya.

"Iya bu, ini hadiah dari nenek." kata Bawang Putih.

Ibu tirinya kemudian memiliki ide untuk mendatangi rumah nenek tua. Ia berencana tinggal disana selama satu minggu, tujuannya agar bisa mendapat hadiah labu berisi emas permata. Mereka berdua kemudian pergi menyusuri sungai dan berhasil menemukan rumah nenek tua. Nenek tua pun menyambut mereka dengan baik. 

Nenek tua meminta mereka tinggal di rumahnya selama satu minggu. Tidak seperti Bawang Putih yang rajin membantu pekerjaan sang nenek, Bawang Merah tiap hari kerjanya hanya bermalas-malasan. Satu minggu berlalu, Bawang Merah beserta ibunya kemudian pamit pulang. Sebelum pulang, nenek tua memberikan pilihan hadiah berupa sebuah labu berukuran besar sedang satu lagi sebuah labu berukuran kecil. 

Bawang Merah & ibunya tanpa pikir panjang memilih labu berukuran besar. Diliputi kegembiraan, Bawang Merah dan ibunya segera pulang ke rumah, tidak sabar untuk membelah labu hadiah nenek tua. Di dapur, Bawang Merah segera membelah labu tersebut menggunakan pisau. Bawang Merah berharap mendapatkan emas permata lebih banyak dari Bawang Putih. Tapi alangkah kagetnya mereka berdua, ternyata di dalam labu tersebut muncul seekor ular berbisa. Ular tersebut menggigit Bawang Merah dan ibunya hingga tewas. Begitulah nasib ibu dan anak yang memiliki sifat culas lagi serakah berakhir mengenaskan.

***

Lakmi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di meja. Lakmi pun mengambil remot di meja dan di hidupkan Tv dengan baik. Remot di taruh di meja sama Lakmi. Acara TV acara film kartun. Lakmi menonton dengan baik film kartun yang bagus itu. 

KERA DAN KURA-KURA

Amihan sedang membaca bukunya dengan baik, ya cerita yang katanya asalnya dari Filipina karena memang tertulis di buku sih. 

Isi buku yang di baca Amihan :

Kera dan kura-kura adalah dua binatang yang mempunyai habitat berbeda. Kera hidup di hutan sedangkan kura-kura hidup di air. Namun jauh sebelum mereka mempunyai habitat yang berbeda, keduanya hidup bersama-sama dengan rukun dan bersahabat baik. Kera dan kura-kura dahulu hidup bersama di sebuah hutan. Mereka hidup bersama dengan binatang-binatang yang lain di hutan. Suatu pagi yang amat cerah seekor kera sedang berjalan sendiri di antara rombongan binatang di hutan. Melihat hal ini seekor kura-kura menghampirinya. Ia menyapa kera yang sedang berjalan sambil memegangi perutnya. 

“Selamat pagi, Kera! Kenapa kamu memegangi perutmu?”

“Aku kelaparan. Semua buah pisang yang ada di hutan ini telah dimakan oleh kera-kera yang lain,” dengan suara yang terlihat tidak bersemangat kera itu pun menjawab. “Tenang, ikutlah denganku!” kata Kura-kura sambil meminta Kera untuk mengikutinya. 

Kera pun mengikuti Kura-kura. Ia tidak dapat menduga-duga ke mana Kura-kura hendak membawanya. Hutan masih terlihat sepi. Tampaknya masih banyak penghuninya yang belum menampakkan diri. Ketika sampai di sebuah pohon pisang, Kura-kura menghentikan langkahnya. Kera pun berhenti di belakangnya. 

“Lihatlah!”

Kura-kura menunjukkan sebuah pohon pisang dengan tunas yang telah tumbuh banyak.

“Kita akan menanam pohon pisang sendiri. Dengan begitu kita bisa makan pisang sepuasnya,” lanjut Kura-kura kepada Kera.

Mereka berdua pun kemudian mengambil masing-masing sebuah tunas pohon pisang. Setelah itu mereka membawanya pergi. Mereka menanam tunas pohon pisang di sebuah tempat yang tidak jauh dari rumah Kera. Kura-kura menanam tunasnya di sebelah kiri dan Kera di sebelah kanan. Mereka berdua sangat senang dan tidak sabar menanti pohon pisang untuk berbuah dan segera memakannya. Setelah menanam tunas pohon pisang itu Kera segera kembali bermain bersama teman-temannya. Semua penghuni hutan terlihat telah menampakkan diri dan saling menyapa satu sama lain. Kura-kura pun segera bergabung bersama teman-temannya yang sedang bermain. 

Keduanya berjanji akan bertemu kembali esok hari untuk menyirami pohon pisang mereka. Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, Kera dan Kura-kura pun segera bertemu di tempat mereka menanam pohon pisang keesokan paginya. Kera berangkat dari rumahnya dengan sangat bersemangat. Kura-kura pun sudah terlihat berjalan ke tempat yang sama. Keduanya sampai pada saat yang bersamaan. Setelah saling sapa, keduanya lalu melihat-lihat tunas pisangnya masing-masing. 

“Apakah tunas ini bisa tumbuh menjadi pohon pisang?” tanya Kera kepada Kura-kura. 

“Tentu saja! Asalkan kamu merawatnya dengan baik,” jawab Kura-kura. 

Mereka berdua pun merawat tunas pisang masing-masing dengan baik. Kera merawat tunasnya dan berharap bisa segera melihat tunas itu tumbuh menjadi pohon pisang yang berbuah banyak. Ia tak sabar menantikan buah-buah pisang dari tunas yang ia tanam. Kura-kura pun tidak mau kalah merawat tunas pisangnya. Mereka berdua setiap hari datang ke tempat itu dan bersama-sama berusaha untuk membuat tunas pisang mereka tumbuh dengan subur. Akhirnya saat yang ditunggu telah tiba. Setelah sekian lama menunggu, Kera dan Kura-kura melihat tunas pisang mereka telah tumbuh besar menjadi pohon pisang. Keduanya pun bersorak gembira. 

Mereka semakin rajin merawat pohon pisang itu. Setelah melihat pohon pisang yang tumbuh subur, keduanya berjanji untuk bertemu kembali dalam beberapa hari. Setelah satu minggu tidak datang ke tempat pohon pisang itu berada, Kera dan Kura-kura pun kembali melihat pohon pisang sesuai janji mereka. Akan tetapi, betapa terkejutnya Kera ketika melihat pohon pisangnya. Ia melihat pohon pisangnya telah layu dan mati. Sedangkan pohon pisang milik Kura-kura terlihat tumbuh semakin tinggi dan subur. Kera pun sangat bersedih. Kura-kura berusaha untuk menghiburnya. 

“Sudahlah, Kera, jangan bersedih! Lihatlah pohon pisangku! Ketika nanti sudah berbuah, kita akan memakannya bersama-sama,” Kura-kura berusaha menghibur Kera agar tidak bersedih. 

Kera pun merasa senang karena Kura-kura telah mengizinkannya untuk memakan buah pisangnya apabila telah berbuah nanti. Kura-kura dan Kera kemudian meninggalkan tempat itu. Kura-kura pergi menemui teman-temannya dan menceritakan tentang pohon pisang yang ia tanam bersama Kera. Salah seorang dari mereka mengatakan padanya agar tidak begitu saja percaya kepada Kera. Ia memperingatkan bahwa bisa saja Kera nanti mencuri buah pisangnya apabila telah berbuah. Namun, Kura-kura menyangkalnya dan berkata bahwa ia telah bersahabat baik dengan Kera sehingga ia bisa memercayainya. 

Pohon pisang milik Kura-kura tumbuh semakin besar. Kini Kura-kura dan Kera merawat pohon pisang itu bersama-sama. Hingga suatu hari pohon pisang itu berbuah. Sebagian besar buahnya telah menguning dan telah siap dipetik. Hanya sedikit saja buah yang masih berwarna hijau. Meskipun begitu, Kura-kura telah berniat untuk memetik saja buah pisangnya. Kura-kura mengajak Kera untuk memetik buah pisang. Kera pun dengan senang hati pergi bersama Kura-kura. Sesampainya di tempat pohon pisang itu berada, Kura-kura tampak bingung. Ia tidak bisa memanjat pohon pisang untuk memetik buah miliknya. Untunglah Kera sangat pandai dalam memanjat pohon. Kura-kura lalu meminta bantuan kepada Kera untuk membantunya memetik buah pisang. 

Kera segera memanjat pohon pisang. Ia terlihat sangat terampil dan dalam sekejap sudah berhasil sampai di atas. Ia melihat buah pisang yang kini berada di depannya. Buah pisang itu terlihat sangat lezat. Kera hampir saja meneteskan air liurnya. Secepat kilat ia memetik pisang yang telah berwarna kuning. Karena sudah tidak tahan melihat pisang yang menguning dan terlihat sangat lezat, ia segera mengupas dan memakannya. Kera sangat gembira. Pisang itu sangat lezat. Ia pun kembali memetik pisang-pisang lain dan memakannya. Melihat Kera yang tidak henti-hentinya memakan pisang di atas pohon, Kura-kura sedikit cemas. Ia juga ingin segera memakan pisang itu. Maka ia langsung berteriak pada Kera yang sedang berada di atas pohon pisang. 

“Hei, Kera! Aku juga ingin memakan pisang itu. Lemparkan padaku!” Kera tidak mengindahkan teriakan Kura-kura. 

Ia sangat asyik dengan buah pisang ranum yang ada di hadapannya. Ia terus memetik dan memakan pisang yang berwarna kuning dan melempar pisang-pisang berwarna hijau yang belum matang kepada Kura-kura. Setelah memakan semua pisang yang telah matang, Kera pun tertidur di atas pohon pisang. Melihat kejadian itu, Kura-kura yang berada di bawah merasa sangat marah. Ia merasa telah ditipu oleh Kera. Ia pun segera mencari akal untuk memberi pelajaran kepada Kera. Kura-kura pergi mencari bambu dan memotongnya lalu meruncingkan bagian ujungnya. Setelah itu, ia kembali ke tempat pohon pisang berada. Dilihatnya Kera masih tertidur di atas pohon pisang. Kura-kura kemudian menancapkan bambu-bambu berujung runcing itu di sekeliling pohon pisang. 

“Ada buaya datang! Ada buaya datang!” Kura-kura berteriak dengan kencang. 

Kera yang tertidur di atas pohon pisang sangat kaget. Ia terbangun dan melepaskan kedua tangannya dari pohon pisang. Ia pun terjatuh dan tubuhnya menancap pada batang-batang bambu yang runcing. Kera pun mati seketika. Kura-kura segera meninggalkan tempat tersebut. Ia kembali pada teman-temannya dan menceritakan kejadian itu. Ia teringat dahulu salah satu temannya telah mengingatkan akan kejadian yang menimpanya. Menemukan temannya yang telah mati, kera-kera di hutan pun segera mencari tahu apa yang telah terjadi. Ketika mengetahui bahwa Kura-kura yang telah melakukan perbuatan itu, mereka pun menangkapnya dan membawanya ke tempat mereka berkumpul di hutan.

“Dia harus diberi pelajaran!” kata salah satu dari kera-kera tersebut. 

Kera-kera memutuskan untuk membunuh Kura-kura dengan sebuah kapak. Namun, Kura-kura sangat pintar. Sebelum kera-kera itu mengambil sebuah kapak, ia berkata bahwa kapak itu tidak akan sedikit pun bisa menembus kulitnya. Ia menunjukkan bahwa goresan-goresan di kulitnya adalah bekas pukulan kapak oleh binatang-binatang di hutan yang pernah berusaha membunuhnya. Kera-kera itu memerhatikan kulit Kura-kura. Mereka pun percaya dan merasa bahwa sia-sia saja jika mereka menggunakan kapak. 

“Kita tenggelamkan saja ia ke laut!”Salah satu dari kera-kera memberikan ide. 

Mereka lalu membawa Kura-kura ke pinggir laut dan menenggelamkannya di sana. Kura-kura terlihat telah tenggelam ke dalam air laut. Namun tidak berapa lama, ia muncul kembali dengan sebuah lobster yang sangat besar. Para kera itu pun terkejut dan bertanya bagaimana Kura-kura itu tidak tenggelam. Mereka melihat lobster yang sangat besar dan ingin memakannya. 

“Ikatkan tali ini pada pinggang kalian maka kalian tidak akan tenggelam,” Kura-kura memberikan saran kepada para kera yang juga ingin masuk ke dalam air laut untuk menangkap lobster. 

Para kera pun mengikuti saran yang diberikan oleh Kura-kura. Mereka mengikat pinggang mereka dengan seutas tali lalu masuk ke dalam air laut. Namun, malangnya kera-kera itu tidak bisa kembali ke permukaan laut. Mereka tenggelam bersama tali yang diikatkan ke pinggang mereka. Mengetahui kejadian ini, para kera lain yang berada di hutan sangat takut. Semenjak saat itu, kera-kera tidak berani memakan buah selain buah-buahan yang ada di hutan. Itulah asal-usul mengapa kera tidak memakan daging karena mereka teringat peristiwa yang menimpa nenek moyang mereka di masa lalu. 

***

Amihan selesai membaca buku cerita ya, ya buku di taruh di meja dengan baik. Amihan, ya keluar dari kamarnya langsung keluar rumah untuk bermain di halaman depan rumah, ya bisa di bilang sih taman. Amihan bermain dengan baik bersama saudara dan saudarinya. 

CITRA

Eko sedang duduk depan rumahnya, ya nungguin warung Ibunya kalau Eko tidak ada kerajaan lah. Budi yang telah selesai urusan kerajaannya, ya ke tempat Ekolah dengan motornya. Budi memang remaja yang kerja keraslah dalam urusan kerjaan, ya memang sih Budi mulai kerja setelah lulus SMA, ya sama dengan Eko. Masa Budi dan Eko lulus sekolah dari SMA, ya masa perkembangan jaringan internet masih proseslah, ya beda dengan sekarang terlalu maju sih perkembangan media infomasi. 

Budi kerjaan apapun di kerjakan dengan baik sampai impiannya tercapai, ya bisa beli motor dengan cara kredit, ya nama juga gaji kecil dengan lulusan SMA. Prinsip Budi tidak ingin merengek beli motor sama orang tua karena sebenarnya orang tua Budi, ya sederhana sih dari pada di bilang miskin kan masih ada usaha dengan baik, ya agar keluar dari kemiskinan. Kan Ada cerita kalau remaja anak orang Kaya, ya di beliin motor sama orang tua karena orang tuanya kaya, ya kerja di pemerintahan lah. 

Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik. Eko ke dapur untuk membuat kopi satu gelas untuk Budi. Ya Budi duduk santai di depan rumah Eko. Eko selesai membuat kopi di dapur, ya di bawa dengan baik satu gelas kopi ke depan rumah.

Gelas kopi di taruh di meja dengan baik sama Eko dan Eko duduk dengan baik.

"Budi...kopinya!" kata Eko.

"Repot banget di sajikan kopi," kata Budi.

"Kebiasaan omongannya," kata Eko.

"Becanda....Eko!!!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Budi mengambil gelas berisi kopi dan di minum dengan baik banget.

"Gimana kerjaan Budi?!" kata Eko. 

Budi menaruh gelas berisi kopi, ya di meja. 

"Baik seperti biasanya," kata Budi. 

"Kita masih bersyukur kerjaan kita baik kan Budi?!" kata Eko. 

"Iya," kata Budi. 

"Hidup di kota Bandar Lampung ini harus kerja keras demi kelangsungan Hidup dengan baik," kata Eko. 

"Memang harus begitulah. Dari usaha sendiri sampai ikut orang dengan modal usahanya besar, ya mampu menggaji orang lain. Di jalanin dengan kesabaran dan juga kerja keras," kata Budi. 

"Hasilnya di nikmati dengan baik kan Budi?!" kata Eko. 

"Iyalah. Hasilnya di nikmati dengan baik!" kata Budi dengan tegas. 

"Oooo iya Budi. Citra....," kata Eko. 

Budi langsung motong omongan Eko "Citra itu anak mana ya?!" 

"Anak Pak Hamit," kata Eko. 

"Oooo anak Pak Hamit toh," kata Budi. 

"Budi serious!" kata Eko. 

"Ok....ok....ok!" kata Budi. 

"Maksud aku. Kota Bandar Lampung ini, jika di omongin. Harus membicarakan yang baik-baik, maka akan mencerminkan citra yang baik pada kota ini?!" kata Eko. 

"Iya Iyalah," kata Budi. 

"Kalau membicarakan sudut sebaliknya, ya jadinya citra yang buruk," kata Eko. 

"Iya lah. Contoh : Ada kejahatan pencurian, penipuan sampai perampokan di daerah sini. Maka jadi pertanyaannya....apa kerjaan, ya petugas keamanan yang di gaji sama pemerintahan dan juga swasta, ya sampai terjadi hal-hal yang di cegah?!" kata Budi. 

"Jadi daerah jadi rawan ini dan itu sih," kata Eko. 

"Karena rawan ini dan itu, ya jadinya citra daerah ini buruklah," kata Budi. 

"Padahal kalau di cari dengan baik, ya orang berbuat kejahatan ini dan itu sih....dari anak kecil sampai orang kaya dan juga berbagi jenis suku yang tinggal di daerah sini. Tegasnya sih, ya tetangga sendiri, teman sendiri sampai keluarga sendiri," kata Eko. 

"Ya mau di bilang apa ada itu datanya. Di daerah lain pun sama aja!" kata Budi. 

"Memang pendidikan dari awal orang tua ke anak. Agar anak didik dengan baik, ya berjalan di jalan kebaikan, ya jauhkan dari jalan yang merugikan diri dan orang lain," kata Eko. 

"Pergaulan juga yang mengubah anak. Banyak ceritanya," kata Budi. 

"Pergaulan yang salah mengubah sifat manusia," kata Eko. 

"Pemerintahan daerah dengan pemerintahan pusat," kata Budi. 

"Jangan ngomongin itu ah!" kata Eko. 

"Kenapa Eko?!" kata Budi. 

"Kita ini cuma lulusan SMA, ya beda dengan orang-orang yang lulusan Universitas yang kerjaannya ngomong di acara Tv dan juga kerja di pemerintahan," kata Eko. 

"Pemahaman keilmuan kita, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Iya. Pemahaman keilmuan," kata Budi menegaskan omongan Eko. 

"Emmmm," kata Eko. 

"Eko. Lebih baik main catur saja!" kata Budi. 

"Ok. Main catur saja!" kata Eko. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi main catur dengan baik banget. 

Tuesday, September 21, 2021

KEBIASAAN BUDI DAN EKO

Budi dan Eko, ya tinggal di daerah Pahoman, ya masih di kota Bandar Lampung sih. Budi sedang duduk di depan rumahnya, ya sedang main gitar dan menyanyikan lagu yang ia sukai dengan baik. Kebiasaan Budi sih setelah pulang kerja sih, ya santai di depan rumah dan ngobrol asik dengan Eko teman baik Budi dari SD, SMP, SMA dan sampai sekarang sih kerja. Sedangkan Eko lagi pergi sebentar membeli gorengan dengan pake motornyalah. Budi asik main gitar dan menyanyi sendirian.

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Aku, Kau dan Dia' :

Selayaknya engkau tahu
Betapa ku mencintaimu
Kau tenangkanku dari mimpi burukku
Selayaknya kau mengerti
Betapa engkau ku kagumi
Kau telah tinggal di dalam palung hati
Betapa hancur hatiku
Melihat engkau bersamanya
Namun ku mencoba tuk tegar menghadapinya
Jangan kau menangis lagi
Tak sanggup aku melihatnya
Sekarang kau pilih diriku atau dirinya
Kau tuliskan cerita tentang engkau dan dia
Yang membuat hatiku semakin terluka
Sudah usai sudah cerita engkau dan aku
Ku anggap sebagai bingkisan kalbu
Ku tulis cerita tentang aku dan dia
Sehingga membuatmu terluka
Sudah usai sudah, jangan menangis lagi
Kurasa sampailah di sini
Kau tuliskan cerita tentang engkau dan dia
Membuat hatiku semakin terluka
Sudah usai sudah cerita engkau dan aku
Ku anggap sebagai bingkisan kalbu
Kau tuliskan cerita tentang engkau dan dia
Yang membuat hatiku semakin terluka
Sudah usai sudah cerita engkau dan aku
Ku anggap sebagai bingkisan kalbu
Ku tulis cerita tentang aku dan dia
Sehingga membuatmu terluka
Sudah usai sudah jangan menagis lagi
Kurasa sampailah di sini
Ku tulis cerita tentang aku dan dia
Sehingga membuatmu terluka
Sudah usai sudah jangan menagis lagi
Kurasa sampailah di sini kasih

***

Budi selesai menyanyikan lagu dengan baik, ya main gitar juga berhenti. Eko telah sampai di rumah Budi dan memarkirkan motornya dengan baik. Eko duduk dengan baik.

"Gorengan Budi!" kata Eko menaruh seplastik isinya gorengan di meja.

"Iya," kata Budi.

Budi mengambil gorengan di plastik dan juga sama cabe rawit lah dan segera di makan gorengan sama cabe rawit lah. Eko, ya makan gorengan dengan cabe rawit lah.

Memang sih kebiasaan Eko main ke rumah Budi, ya pasti di suguhin kopilah karena memang keduanya suka minum kopi. 

"Gorengan yang aku makan ini. Enak," kata Budi.

"Setiap hari kan beli gorengan ini. Pastinya enak," kata Eko.

"Walau sebenarnya rezeki kita, ya bisa di bilang rezekinya bujang gitu," kata Budi.

"Rezeki Bujang, ya di nikamati dengan baik. Kalau ada rezeki lebih, ya di kasih sama orang tua," kata Eko.

"Nama juga kita pemuda yang berbakti sama orang tua," kata Budi.

"Ya lah. Kita pemuda yang berbakti sama orang tua," kata Eko yang menegaskan omongan Budi.

Eko dan Budi mengambil gelas yang berisi kopi, ya di minum dengan baik. Setelah minum kopi, ya gelas kopi di taruh di meja. Keadaan lingkungan, ya seperti biasanya sesuai dengan berita di Tv lokal dan juga media ini dan itu sih tentang kota Bandar Lampung.

"Budi. Nyanyi yuk!" kata Eko.

"Ok!" kata Budi.

Budi memainkan gitarnya dengan baik dan menyanyikan lagu, ya bersama Eko.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dan Eko dengan judul 'Yolanda' :

Kemarin kau datang menemui aku
Saat aku ragu, saat aku layu
Canda tawamu tenangkan aku, Yolanda
Kubawa cinta sebesar dunia
Agar engkau tahu besarnya cintaku
Apa kau tak rasa, kau tak meraba, Yolanda
Aku menunggumu di tempat biasa
Kuharap kau datang menemui aku
Jangan terlambat, kuharap cepat, Yolanda
Lelah hati ini mencari dirimu
Lelah kaki ini untuk 'ku melangkah
Untuk temui dirimu, kasih, yolanda
Kamu di mana, dengan siapa
Semalam berbuat apa
Kamu di mana, dengan siapa
Di sini aku menunggumu dan bertanya
Kamu di mana, dengan siapa
Semalam berbuat apa
Kamu di mana, dengan siapa
Di sini aku menunggumu dan bertanya
Kamu di mana, dengan siapa
Semalam berbuat apa
Kamu di mana, dengan siapa
Di sini aku menunggumu dan bertanya
Kamu di mana, dengan siapa
Semalam berbuat apa
Kamu di mana, dengan siapa
Di sini aku menunggumu dan bertanya
Kamu di mana, dengan siapa
Semalam berbuat apa
Kamu di mana, dengan siapa
Di sini aku menunggumu dan bertanya
Yolanda

***

Lagu selesai dinyanyikan Budi dan Eko, ya Budi selesai memainkan gitarnya.

"Malam ini malam tenang banget," kata Eko.

"Malam bertabur bintang di langit,"kata Budi.

Tiba-tiba bintang jatuh di langit, ya terlihat sama Eko dan Budi. Keduanya berdoa agar cita-citanya terkabul, ya nama juga cerita sih.

"Budi. Asik ya kalau ada cewek," kata Eko.

"Asik ada cewek. Ngapain?!" kata Budi.

"Pacaran?!" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

"Enak Eko pacaran dengan Purnama, ya tetangga Eko. Ngobrol asik. Akunya gimana?!" kata Budi.

"Oooo iya ya. Budi kan belum punya pacar. Salah Budi sih milih cewek yang cantik tapi tidak sesuai dengan keadaan Budi sih," kata Eko. 

"Tampang gitu?!" kata Budi.

"Iyalah!" kata Eko.

"Nama juga usaha. Merubah keturunan gitu!" kata Budi.

"Aku mengerti Budi!" kata Eko.

"Ya sudah. Main catur saja!" kata Budi.

"Ok main catur!" kata Eko.

Eko mengambil catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Budi beranjak dari duduknya, ya masuk ke dalam rumah untuk menaruh gitar di dalam rumah, ya tepatnya di ruang tamu di meja saja. Budi pun duduk ke depan rumah, ya duduk dengan baik. Budi dan Eko main catur dengan baik.

"Ooo iya Budi apa pendapat mu dengan ada orang Lampung yang katanya ikut perlombaan menyanyi di acara Tv di Jakarta ?!" kata Eko.

Eko memajukan pion caturnya dengan baik.

"Bagus aja. Nama juga usaha untuk menjadi orang sukses di bidang menyanyi," kata Budi.

Budi memajukan pion caturnya dengan baik.

"Semoga saja berhasil dengan usahanya itu," kata Eko.

Eko memajukan pion caturnya dengan baik.

"Lawannya sih memang tidak bisa dianggap enteng. Ada pepatah kan, ya di atas langit masih ada langit. Berarti pinter ada lebih pinter lagi," kata Budi.

Budi memajukan pion caturnya dengan baik.

"Memang di sih pematahnya benar di atas langit ada langit. Pinter nyannyi, ya ada lebih pinter menyanyi lagi. Jadi terus mengasah ilmu dengan baik agar menjadi lebih pintar lagi!" kata Eko.

Eko memajukan kuda catur dengan baik.

"Emmm," kata Budi.

Budi memajukan peluncur catur dengan baik. Permain catur makin seru, maka itu Budi dan Eko main catur, ya serius dengan baik.

Monday, September 20, 2021

KENAPA DAN KENAPA

Indro dan Kasino duduk di pinggir jalan. Keadaan lingkungan sama saja dengan berita di Tv dan juga media ini dan itu di jaringan internet jadi tidak perlu di ceritakan lagi keadaan lingkungan karena sesuai dengan rencana manusia yang menjalankan kehidupan dengan kepentingan masing-masing. Ekonomi berjalan dengan baik dari tradisional dan moderen, ya tetap beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang masih menangulangi pandemi covid-19. Pada akhirnya dari pandemi covid-19 menjadi endemi covid-19, ya berdasarkan berita ini dan itu di jaringan apa pun.

"Kasino," kata Indro.

"Apa...Indro?!" kata Kasino.

"Kenapa suatu negara yang mayoritasnya agama Kristen, ya kehidupan damai saja. Ya beda dengan suatu negara yang mayoritasnya agama Islam, eeeee konflik pertikaian, ya bisa di bilang perang sih?!" kata Indro.

"Urusannya masih kaitannya urusannya pemerintahan. Aku kan bukan orang pemerintahan Indro!" kata Kasino.

"Aku tahu Kasino bukan orang pemerintahan, ya orang biasa-biasa saja. Tapi kan ini obrolan biasa saja Kasino. Ya masih ada kaitannya dengan urusan agama dan urusan sosial ekonomi!" kata Indro.

"Ok lah sekedar obrolan saja. Pertanyaan Indro tadi, ya jawabannya sih....ujiannya manusia!" kata Kasino.

"Ujian manusia yang menetapi agama yang di jalanin dan berkembang dengan suatu wilayah dan menjadi agama mayoritas," kata Indro.

"Maka pertanyaannya untuk apa agama terlahir di muka bumi ini dan juga jadi perdebatan antara manusia yang menjalankan dengan pernyataan agama yang di yakini adalah agama benar?!" kata Kasino

"Iya juga ya Kasino. Untuk apa agama terlahir di muka bumi ini dan menjadi perdebatan antara manusia yang menjalankan dengan pernyataan agama yang di yakini adalah agama benar. Jadi konflik berkepanjangan di buat oleh nenek moyangnya manusia yang menunjukkan kebenaran ini dan itu pada agama?!" kata Indro.

"Dengan di bentuknya suatu wilayah menjadi negara, ya bentuk pemerintahan dan membuat Undang Undang dengan baik. Tujuan Undang Undang di buatkan untuk mengatur manusia dengan baik, ya mencegah hal-hal yang menimbulkan masalah, ya konflik salah satu contohnya : konflik antara agama satu dengan lain, ya sama-sama menunjukkan kebenaran agama yang di yakini dan di jalanin sih dengan dasar perintah Tuhan!" kata Kasino.

"Perintah Tuhan. Pada akhirnya menjadi pertanyaan. Apa benar agama di jalanin itu perintah Tuhan apa tidak. Karena ada masalah tentang perdebatan antara agama yang menyatakan agama yang di yakini dan di jalanin benar?!" kata Indro.

"Indro. Kalau itu sih. Jawabannya cukup di yakini dan jalanin saja, ya jadinya benar saja!" kata Kasino.

"Seandainya aku punya ilmu seperti Dono yang bisa mendengarkan Roh. Pastinya Roh menjelaskan tentang pertanyaan ku itu," kata Indro.

"Ilmunya Dono yang bisa mendengarkan Roh. Iya juga ya," kata Kasino.

"Tapi Dono di tanya ini dan itu, ya berkaitan dengan agama ini dan itu, ya Dono tetap tidak mau memberi tahu. Ya Dono mengalihkan dengan hal yang lain!" kata Indro.

"Ooooo begitu!" kata Kasino.

"Pada akhirnya. Aku setuju dengan omongan Kasino. Urusan agama, ya cukup di yakini dan di jalanin, ya sudah benar!" kata Indro.

"Perselisihan dengan agama lain, ya tidak penting lagi kan. Karena kita hidup di negara yang menjaga agar agama tidak terjadi pertikaian. Maka itu di suruh untuk saling menghargai, menghormati dengan manusia yang beda agama, ya agar keadaan damai dan juga paling penting...bekerja sama dengan baik untuk membangun ekonomi dengan baik untuk kepentingan bersama, ya agar kehidupan ini sejahtera," kata Kasino.

"Ya sudah Kasino. Ngobrol disininya. Kita pulang saja!" kata Indro.

"Ok!!!" kata Kasino.

Kasino dan Indro beranjak dari duduknya di pinggir jalan. Kedua berjalan dengan baik menuju arah rumah.

MENGIKUTI ALUR KEADAAN

Malam gelap bertabur bintang di langit. Indro di halaman belakang, ya main gitar dan bernyanyi.

Lirik lagu yang dinyanyikan Indro dengan judul 'Sahabat Sejati' :

Sahabat sejatiku
Hilangkah dari ingatanmu
Di hari kita saling berbagi
Dengan kotak sejuta mimpi
Aku datang menghampirimu
Kuperlihat semua hartaku
Kita slalu berpendapat
Kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang Indah
Aku raja kaupun raja
Aku hitam kaupun hitam
Arti teman lebih dari sekedar materi
Pegang pundakku jangan pernah lepaskan
Bila ku mulai lelah
Lelah dan tak bersinar
Remas sayapku jangan pernah Lepaskan
Bila ku ingin terbang
Terbang meninggalkanmu hu ho ho ho
Ku slalu membanggakanmu
Kaupun slalu menyanjungku
Aku dan kamu darah abadi
Demi bermain bersama
Kita duakan segalanya
Merdeka kita kita merdeka
Pegang pundakku jangan pernah Lepaskan
Bila ku mulai lelah
Lelah dan tak bersinar
Remas sayapku jangan pernah Lepaskan
Bila ku ingin terbang
Terbang meninggalkanmu ho ho ho ho ha ho
Tak pernah kita pikirkan
Ujung perjalanan ini
Tak usah kita pikirkan
Ujung perjalanan ini ho ho ho ho

***

Indro selesai menyanyi dan main gitar. Kasino, ya baru duduk di halaman belakang.

"Indro tumben nyanyikan lagunya Sheilla On 7 judul kalau tidak salah, ya pastinya benar sih 'Sahabat Sejati'..." kata Kasino.

"Ada iklan di Tv yang lagunya 'Sahabat Sejati'....," kata Indro.

"Oooo iklan di Tv. Pantes di ikuti Indro, ya mengikuti perkembangan yang terjadi di tayangkan di Tv. Maka itu. Biasanya teh di meja ini. Satu gelas kopi yang ada di meja," kata Kasino.

"Ya begitu deh Kasino," kata Indro.

"Ngomong-ngomong kok cuma kopinya kok cuma satu gelas saja Indro?!" kata Kasino.

"Kalau itu sih Kasino. Buat saja sendiri di dapur kopinya. Aku sudah beli kopi yang di iklan Tv, ya biasa stok untuk di rumah sih. Lagi santai-santai ini dan itu, ya minum kopi yang enak sesuai dengan iklan di Tv," kata Indro.

"Ok..ok...ok. Buat sendiri kopi di dapur," kata Kasino.

Kasino beranjak dari duduknya ke dapur untuk membuat kopi. Indro menyanyikan lagu dan main gitarnya.

Lirik lagu yang dinyanyikan Indro dengan judul 'Pejantan Tangguh' :

Jantan pejantan tangguh itu yang kuharap ada padaku
Agar agar diriku bisa melumpuhkan tingkah liarmu
Jangan jangan siakan kehadiranku pada mimpimu
Karna hanya lewat mimpi kubisa menjamahmu juga memilikimu
Ajari aku tuk jadi pejantan tangguh
Mungkin terlalu lama aku tlah bersembunyi
Menatap mataharipun aku tak mampu
Udara malampun terlalu menusuk langkahku
Di persembunyian aku menari
Di persembunyian aku bernyanyi
Pejantan tangguh
Begitu banyak lagu yang tercipta untukmu hanya saja aku tak bisa
Mengungkapnya kepadamu
Ajari aku tuk jadi pejantan tangguh
Mungkin terlalu lama aku tlah bersembunyi
Menatap mataharipun aku tak mampu
Udara malampun terlalu menusuk langkahku
Di persembunyian aku menari
Di persembunyian aku bernyanyi
Pejantan tangguh
Ajari aku tuk jadi pejantan tangguh
Ajari aku tuk jadi pejantan tangguh
Ajari aku tuk jadi pejantan tangguh
Ajari aku tuk jadi pejantan tangguh

***

Indro selesai menyanyi lagu dan main gitar, ya Indro mengambil gelas yang berisi kopi dan di minum dengan baik kopilah. Kasino selesai membuat kopi di dapur, ya membawa dengan baik segelas kopi ke halaman belakang. Sampai di halaman belakang, ya Kasino menaruh gelas berisi kopi di taruh di meja. Indro menaruh gelas yang berisi kopi di meja.

"Indro masih menyanyikan lagu Pop?!" kata Kasino.

"Barusan aku menyanyikan lagu Pop dengan judul 'Pejantan Tangguh'..." kata Indro.

"Kemarin-kemarin yang sering banget lagu dangdut. Sekarang lagu Pop. Mengikuti alur keadaan," kata Kasino.

"Kalau aku sering menyanyikan lagu Pop berarti mempopuler lagu kan Kasino, ya kaya iklan di Tv gitu atau acara Tv?!" kata Indro.

"Ya memang sih mempopuler lagu sih Indro. Sekarang ini kan paling populer lagu dangdut, ya karena memang acara Tv-nya terus terusan mempopulerkan lagu dangdut" kata Kasino.

"Nama juga manusia merencana segalanya demi membuat acara ini dan itu di Tv untuk menghibur penonton di rumah. Kerja dan kerja. Menghasilkan uang, ya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dengan baik," kata Indro.

"Emmm," kata Kasino.

Kasino mengambil gelas berisi kopi dan diminumlah kopi dengan baik.

"Oooo iya Kasino. Gimana kerjaan hari ini?!" kata Indro.

"Baik. Kerjaan ku. Gimana dengan Indro?!" kata Kasino.

"Baik juga," kata Indro.

"Nyanyi lagi Indro!" kata Kasino.

"Ok nyanyi lagi. Dengan judul 'Shepia'....," kata Indro.

Lirik lagu yang dinyanyikan Indro dan Kasino dengan judul 'Shepia' :

Hei, Sephia
Malam ini ku takkan datang
Mencoba 'tuk berpaling sayang
Dari cintamu
Hei, Sephia
Malam ini ku takkan pulang
Tak usah kau mencari aku
Demi cintamu
Hadapilah ini
Kisah kita takkan abadi
S'lamat tidur, kekasih gelapku
S'moga cepat kau lupakan aku
Kekasih sejatimu
Takkan pernah sanggup untuk melupakanmu
S'lamat tinggal, kasih tak terungkap
S'moga kau lupakan aku cepat
Kekasih sejatimu
Takkan pernah sanggup untuk meninggalkanmu
Hei, Sephia
Jangan pernah panggil namaku
Bila kita bertemu lagi
Di lain hari
Hadapilah ini
Kisah kita takkan abadi
S'lamat tidur, kekasih gelapku (oh, Sephia)
S'moga cepat kau lupakan aku (oh, Sephia)
Kekasih sejatimu
Takkan pernah sanggup untuk melupakanmu
S'lamat tinggal, kasih tak terungkap (oh, Sephia)
S'moga kau lupakan aku cepat (oh, Sephia)
Kekasih sejatimu
Takkan pernah sanggup untuk meninggalkanmu
S'lamat tidur, kekasih gelapku (oh, Sephia)
S'moga cepat kau lupakan aku (oh, Sephia)
Kekasih sejatimu
Takkan pernah sanggup untuk melupakanmu (wo-oh)
S'lamat tinggal, kasih tak terungkap (oh, Sephia)
S'moga kau lupakan aku cepat (oh, Sephia)
Kekasih sejatimu
Takkan pernah sanggup untuk meninggalkanmu, oh-ho
Wo-ho-wo-ho
(Oh, Sephia) Wo-ah
Oh-ho, wo-ho, wo-uh-oh-ho
Wo-uh-oh-ho-oh
Wo, oh-wo-wo-wo-oh
(Oh, Sephia) Wo-ah-ho-oh, yeah, yeah
Wo-ho-wo-ho-oh
Wo-wo-wo-ho-ho
Yeah, eh, e, e, ey
(Oh, Sephia)

***

Indro dan Kasino menyanyikan lagu, ya Indro selesai main gitarnya.

"Indro main catur!" kata Kasino.

"Catur terus Kasino. Yang lain!" kata Indro.

"Oooo main kartu remi saja!" kata Kasino.

"Main kartu remi lagi," kata Indro.

"Jadi main apa. Ooooo ini saja. Main tenis meja saja!" kata Kasino.

"Ya ampun Kasino. Main tenis meja berarti kita pergi ke sekolahan atau ke Universitas yang ada alat tenis meja di sana!" kata Kasino.

"Abisnya tidak ingin main catur dan main kartu remi. Jadi main apa dong?!" kata Indro.

"Nyanyi lagi aja!" kata Indro.

"Maunya Indro itu mah. Kalau begitu kita putuskan dengan suit saja!" kata Kasino.

"Ok suit untuk memutuskan segalanya!" kata Indro.

Indro dan Kasino, ya main suit sih. Pada akhirnya yang menang adalah Kasino.

"Aku menang jadi main catur!" kata Kasino.

"Ya kalah ikut yang menang main catur!" kata Indro.

Indro menaruh gitar di samping kursi. Kasino mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh di atas meja. Kasino dan Indro main catur dengan baik banget.

Sunday, September 19, 2021

YANG PERTAMA YANG TERBAIK

Kota Batam, ya ceritanya masih sama seperti berita di Tv sih. Jadi cerita kota Batam, ya tidak perlu di ceritakanlah. Dono berada di rumah, ya tepatnya di kamarnya. Dono sedang mengetik di leptopnya mengolah data yang ia dapet dari teman-temannya untuk di buat menjadi makalah, ya kerjaannya orang yang kuliah lah. Lagi asik-asik mengetik Dono mendapatkan kiriman vidio dari temannya di Jakarta. Bisa di bilang sih mata-mata Dono sih, ya teman Dono itu di bayar dengan baik untuk meliput aktivitas dua orang cewek, yaitu Rara dan Ratna. Dono menonton vidio itu di leptopnya.

"Vidio tentang Rara. Ya Rara hidup bahagia dengan suaminya dan juga Rara telah hamil," kata Dono.

Dono menonton dengan baik vidio tentang Rara, ya memang pengambilan vidio sembunyi-sembunyi sih agar tidak ketahuan Rara. Ya vidio di tonton Dono sampai selesai.

"Aku sekarang sudah benar-benar ikhlas melepaskan Rara," kata Dono.

Roh muncul di atas kepala Dono, ya berwujud kecil sih.

"Ternyata ia bisa melepaskan cintanya pada cewek yang di sukai," kata Roh, ya Malaikat.

"Iya," kata Dono.

"Mana yang terbaik. Cewek mu yang pertama atau cewekmu yang kedua?!" kata Roh, ya Malaikat.

"Cewek yang terbaik ternyata yang pertama. Wulan yang telah lama tidur dengan baik di makamnya!" kata Dono.

"Pilihan yang baik. Yang pertama adalah yang terbaik. Ujian tentang cewek adalah memilih yang terbaik!" kata Roh, ya Malaikat.

Roh kedua muncul.

"Seharusnya kamu jadi cowok itu serakah dalam mendapat cewek. Ya satu dan dua diambil, ya sampai tiga, empat dan lima. Ini malah memilih yang terbaik dengan tujuannya setia pada yang pertama. Jengkel aku!" kata Roh, ya Setan.

"Aku yang menjalankan hidup. Aku yang menentukan pilihan aku!" kata Dono dengan tegas.

"Dari dulu sampai sekarang. Adam selalu setia pada Hawa. Sepasang," kata Roh, ya Malaikat.

"Masa lalu, masa sekarang sampai masa depan. Tetap saja mengajarkan pada ini anak manusia harus setia pada Hawa yang pertama di pilih!" kata Roh, ya Setan.

"Aku kan harus membimbing anak manusia dengan baik, ya atas perintah Tuhan. Sedang kamu kan, ya mengujinya untuk jatuh pada lumpur kehidupan sampai anak manusia menyesal bahwa jalannya salah, ya nerakanya kehidupan," kata Roh, ya Malaikat.

"Ya sudahlah kalau begitu aku pergi saja!" kata Roh, ya Setan.

Roh kedua pergi dengan cara menghilang.

"Selalu berbuat kebaikan pada cewek yang kedua. Agar silaturahmi tetap terjaga!" kata Roh, Malaikat memberikan masukan pada Dono.

"Aku mengerti!" kata Dono.

"Kalau begitu aku pergi saja!" kata Roh, ya Malaikat.

Roh pun pergi dengan cara menghilang. Dono melanjutkan nonton vidio yang kedua tentang Ratna yang menjalankan kehidupan sehari-harinya.

"Ratna cewek yang baik. Seperti biasa aktivitas Ratna membantu orang tuanya dengan kerja keras memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ratna yang ikut permainan aku. Aku memang membayar Ratna dalam permainan agar aku putus dengan Rara. Memang aku salah sih sama Rara, tapi aku putus dengan Rara juga dengan jalan baik-baik. Rara telah bisa melupakan aku, ya hidup bahagia dengan suaminya, ya orang yang di jodohkan orang tuanya. Orang itu lebih baik dari aku, ya memiliki kesempurnaan lebih baik dari aku," kata Dono.

Dono menonton dengan baik vidio itu sampai selesai.

"Ratna baik-baik saja keadaannya. Rara juga keadaannya baik-baik saja. Keputusan aku tepat pisah dengan Rara. Cewek memang lebih baik mendapatkan cowok yang lebih baik dari aku. Aku sadar dengan kecacatan di dalam tubuh ku," kata Dono.

Dono melanjutkan mengetiknya di leptopnya, ya membuat makalah dari data-data yang di kumpulkan dengan baik. Sedangkan Kasino dan Indro di Jakarta. Ya cerita tentang kehidupan di kota Jakarta sama dengan berita di Tv jadi tidak perlu di ceritakan. Kasino masih sibuk dengan urusan kerjaannya di tempat kerjaannya, ya bersama Selfi karena teman kerja Kasino lah. Indro juga lagi kerjaanlah dengan teman-temannya. Pokoknya Kasino dan Indro lagi sibuk, ya ceritanya sih tentang kerja dan kerja, ya hasil dari kerjakan uang. Uang itu digunakan dengan baik, untuk membeli barang ini dan itu, ya ekonomi berjalan dengan baik.

Saturday, September 18, 2021

RASA SUKA ITU CINTA

Indro selesai memasak gorengan, ya membuat bakwan goreng sih. Sepiring bakwan goreng di bawa Indro ke halaman belakang. Indro menaruh sepiring bakwan goreng di meja dan Indro duduk dengan santai, ya mengambil bakwan goreng di piring dan di makan dengan baik. Kasino selesai merawat tanaman di potnya, ya mencuci tangan pake sabut dan air mengalir dari keran. Setelah itu. Kasino duduk santai.

"Indro hari ini buat bakwan goreng?!" kata Kasino.

"Iya," kata Indro.

Indro menuangkan tekok berisi teh ke cangkir dan segera di minum teh. Bakwan goreng, ya di ambil di piring sama Kasino sih.

"Cabenya mana ya?!" kata Kasino.

Indro menaruh cangkir berisi teh di meja.

"Maaf Kasino. Aku lupa membeli cabe rawit. Jadi makan cabenya tidak pake cabe!" kata Indro.

"Lupa membeli cabe rawit toh," kata Kasino.

"Cabe yang di tanam di pot ada yang berbuah?!" kata Indro.

"Oooo iya. Aku nanam cabe di pot. Ada cabe rawit yang berbuah. Aku ambil dulu ah cabe rawitnya!" kata Kasino.

Kasino menaruh bakwan goreng ke piring, ya Kasino beranjak dari duduknya langsung ke tempat pot tanaman yang di tanam cabe rawit. 

"Cabe ku berbuah bagus bagus," kata Kasino.

Kasino memetik cabe rawit dengan baik, ya dapetnya lumayan banyak sih. Cabe rawit di cuci bersih di air kran. Setelah itu. Kasino duduk dengan baik, ya cabe rawit di taruh di piring yang ada bakwan goreng.

"Makan bakwan goreng sama cabe rawit," kata Kasino.

Kasino mengambil bakwan goreng di piring dan cabe sudah di tangan sih. Kasino makan bakwan goreng dengan cabe sih.

"Emmm enak bakwan goreng buatan Indro. Cabe rawit pedas rasanya. Rasanya jadi kelop deh!" kata Kasino.

Kasino menikmati makan bakwan goreng dan juga cabe. Indro makan bakwan goreng dan juga cabe sih.

"Kasino," kata Indro.

"Apa?!" kata Kasino.

"Artis yang cewek cantik, ya di sukai sama cowok ganteng, ya artis gitu. Keduanya saling suka gitu. Ya ada rasa gitu. Jadi orang yang menontonnya, ya terbawa suasana sih seperti nonton film cinta yang romantis," kata Indro.

"Chemistrinya dapet gitu?!" kata Kasino.

"Itu maksudnya Kasino....chemistrinya!" kata Indro.

 "Kan memang di rencana dengan baik sama pembuat cerita di film sampai lagu, ya duet gitu. Tujuannya dapet chemistrinya!" kata Kasino.

"Jadi aku rasa kepingin dengan hubungan yang baik dan romantis gitu. Ya rasa menggelitik gitu!" kata Indro.

"Iri namanya itu Indro!" kata Kasino.

"Kan irinya, ya iri yang baik. Ingin merasakan hal yang sama," kata Indro.

"Ooooo begitu. Menurutku sih. Hal biasa saja, ya lumrah lah!" kata Kasino.

"Kadang aku ingin bersama dengan artis yang aku sukain, ya mengajak makan malem yang romantis sampai menyanyikan lagu, duet gitu yang romantis," kata Indro.

"Khayalan apa permainan seandainya seperti biasanya?!" kata Kasino.

"Ya permainan seandainya saja Kasino. Kalau khayalan kan, ya tidak kesampaian jadinya sakit hati gitu!" kata Indro.

"Masa sampai sakit hati?!" kata Kasino.

"Kan cuma di hiperbolakan saja Kasino!" kata Indro.

"Ooooo hiperbola saja toh!" kata Kasino.

Kasino mengambil cangkir berisi teh di meja, ya di minum dengan baik teh itu. Indro menuangkan tekoh berisi teh ke cangkir dan segera di minum dengan baik teh itu. Lalu keduanya menaruh bersamaan cangkir berisi teh di meja.

"Kasino," kata Indro.

"Apa?!" kata Kasino.

"Ngobrolin tentang topik-topik yang berkaitan dengan pemerintahan kaya acara Tv gitu!" kata Indro.

"Indro. Aku ini bukan orang pemerintahan. Jadi tidak perlu membicarakan topik-topik yang berkaitan dengan pemerintahan kaya acara di Tv. Padahal orang-orang yang membicarakan urusan pemeritahan di acara Tv kan, ya sudah menjelaskan dengan baik berdasarkan topik-topik yang di angkat, ya heboh sih pokok permasalahannya," kata Kasino.

"Aku paham Kasino!" kata Indro.

"Emmmm," kata Kasino.

"Cowok muda panteskan menyukai cewek yang lebih tua dari cowok, ya umur sih Kasino?!" kata Indro.

"Ya pantes saja sih. Kalau sama sama suka sih," kata Kasino.

"Jadi gimana cowok, ya anak tiri menyukai ibu tirinya, ya rasa suka itu cinta sih?!" kata Indro.

"Kalau urusan itu sih lebih baik di jauhkan dari rasa suka itu. Bahaya!!!," kata Kasino.

"Bahaya!!! Aku mengerti omongan Kasino," kata Indro.

"Ya sudahlah jangan membahas itu. Dunia ini banyak yang pinter membahas urusan itu, ya para ahli agama. Para ahli agama membimbing manusia di jalan kebaikkan, ya agar menjauh dari permasalahan ini dan itu. Bisa di bilang ujian dari Setan membalikkan pemikiran manusia jadi melanggar aturan ini dan itu," kata Kasino.

"Ok. Kasino. Aku paham!" kata Indro.

"Main kartu remi saja!" kata Kasino.

"Ok!" kata Indro.

Indro mengambil kartu remi di atas papan catur, ya di bawah meja. Indro mengocok kartu remi dengan baik dan di bagikan dengan baik. Indro dan Kasino, ya main kartu remi dengan baik.....main cangkulan sih.

MARI BERCINTA

Malam gelap bertabur bintang di langit. Indro duduk di halaman belakang, ya sedang main gitar dan juga menyanyi.

Lirik lagu yang dinyanyikan Indro dengan berjudul 'Mari Bercinta' :

Wo-hoo
Ha-la, ha-la, ha-la-la-la
Ha-la, ha-la, ha-la-la-la (wo-hoo)
Ha-la, ha-la, ha-la-la-la
Ha-la, ha-la, mari, mari
Berdansa dan menari, ikuti alunan lagu
Semua mata pun kini hanya tertuju padaku
Tapi tatap matamu seolah inginkan aku
Ingin dekatku, peluk aku, dan sentuh cintaku
Tapi tunggulah dulu, kau jangan coba merayu
(Tunggu, tunggu) Tunggu, tunggulah dulu, kau jangan dekati aku
(Sabar, sabar) Sabar, sabarlah dulu, kau jangan marah padaku
(Bukan salahku) Bukan salahku jika banyak yang mau padaku
Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkanku
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu (wo-hoo)
Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkanku (wo-hoo)
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu
Berdansa dan menari, ikuti alunan lagu
Semua mata pun kini hanya tertuju padaku
Tapi tatap matamu seolah inginkan aku
Ingin dekatku, peluk aku, dan sentuh cintaku
Tapi tunggulah dulu, kau jangan coba merayu
Tunggu, tunggulah dulu, kau jangan dekati aku
Sabar, sabarlah dulu, kau jangan marah padaku
Bukan salahku jika banyak yang mau padaku
Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkanku
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu (wo-hoo)
Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkanku (wo-hoo)
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu
La-la-la, la-la-la-la-la-la
La-la-la-la-la-la, la-la-la-la-la, la-la-la-la-la
La-la-la, la-la-la-la-la-la
La-la-la-la-la-la, la-la-la-la-la
Kamu inginkan aku
Peluk aku (peluk aku)
Cium aku (cium aku)
Kamu inginkan aku
Ingin bercinta denganku
Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkanku
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu (wo-hoo, wo-hoo)
Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkanku (wo-hoo)
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu
Tapi malam ini bukan hanya untukmu
(Bersenanglah bersama, bergoyanglah bersama)
Malam ini kita bercinta bersama
Mari semua dansa denganku
Dekap aku dan hanyutkanku
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu
Wo-hoo

***

Indro selesai menyanyi dan main gitar. Kasino, ya baru duduk di halaman belakang.

"Lagu yang dinyanyikan Indro....bagus," kata Kasino.

"Terima kasih Kasino atas pujiannya," kata Indro.

"Oooo iya Indro. Kenapa menyanyikan lagu 'Mari Bercinta' ?!" kata Kasino.

"Kasino. Sekedar saja!" kata Indro.

"Ooooo sekedar saja toh!" kata Kasino.

Kasino mengambil keripik di plastik, ya ada di meja dan di makan deh keripik.

"Cewek cantik itu kebanyakan menggoda cowok kan Kasino?!" kata Indro.

"Memang sih cewek cantik menggoda cowok sih. Ya kaya lagu yang dinyanyikan Indro barusan. Bentuknya mengajak gitu!" kata Kasino.

Kasino menuangkan tekok berisi teh, ya ke cangkir dan segera di minum teh dengan baik.

"Aku nyanyi lagi ah!" kata Indro

"Tunggu aku ikutan nyanyi!" kata Kasino, ya sambil menaruh cangkir berisi teh di meja.

Indro memainkan gitarnya dengan baik dan bernyanyi dengan baik, ya Kasino ikutan nyanyi dengan baik sih.

Lirik lagu yang di nyanyikan Indro dan Kasino dengan judul 'Mari Bercinta 2' :

I know you want me, baby
And I want you too
Baby, baby, baby
Saat ku lihat dirimu
Saat ku tatap matamu
Kau pun hampiri diriku
Dan mulai mendekatiku
Dengan sejuta rayumu
Dengan sentuhan halusmu
Kau telah menyentuh hatiku
Yang membuatku melayang
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati hembus cintamu
Di sekujur ragaku
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati indah cintamu
Di dalam diriku
Mari bercinta, mari bercinta
Mari mari mari mari mari mari bercinta
Saat ku lihat dirimu
Saat ku tatap matamu
Kau pun hampiri diriku
Dan mulai mendekatiku
Dengan sejuta rayumu
Dengan sentuhan halusmu
Kau telah menyentuh hatiku
Yang membuatku melayang
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati hembus cintamu
Di sekujur ragaku
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati indah cintamu
Di dalam diriku
Mari bercinta, mari bercinta
Mari mari mari mari mari mari bercinta
Mari bercinta
Mari bercinta, mari bercinta
Mari mari mari mari mari mari bercinta
Alunan lagu ini
Membuat aku ingin
Menikmati indah cinta
Yang ku dapat dari dirimu
Hasrat ingin ku selalu
Menikmati indahmu
Malam ini di dekatmu, dalam pelukmu
Mari bercinta
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati hembus cintamu
Di sekujur ragaku
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati indah cintamu
Di dalam diriku
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati hembus cintamu
Di sekujur ragaku
Ku ingin bercinta dengan dirimu
Habiskan malamku
Menikmati indah cintamu
Di dalam diriku
Mari bercinta, mari bercinta
Mari mari mari mari mari mari bercinta
Mari bercinta
Mari bercinta, mari bercinta
Mari mari mari mari mari mari bercinta
Mari bercinta

***

Indro dan Kasino selesai menyanyi, ya Indro berhenti bermain gitar.

"Suasana hati Indro tetap berhasrat ingin bercinta. Aku cuma mengikuti alur saja!" kata Kasino

"Nama juga gairah pemuda," kata Indro.

"Lagu "Mari Bercinta', ya fenomenal di masanya sih," kata Kasino.

"Memang fenomenal di masanya karena penyanyi, ya cantik sih. Membuat tergoda dengan pesonannya yang cantik yang luar biasa. Kalau aku beri nilai sih, ya nilai sempurna saja agar cewek lain iri saja dengan penilaian aku," kata Indro.

"Iri karena ingin di nilai Indro, ya nilai kecantikan yang sempurna kan Indro!" kata Kasino.

"Yo,...i..," kata Indro.

"Kalau begitu aku pinjem gitarnya Indro!" kata Kasino.

"Nieee Kasino," kata Indro sambil memberikan gitar sama Kasino.

Kasino telah mengambil gitar dari Indro. Ya Indro mengambil keripik singkong di plastik di meja, ya keripik di makan dengan baik.

"Nyanyi lagu apa ya?!" kata Kasino masih berpikir.

"Kata cowok-cowok yang telah menikah. Goyangan istri lebih yahut dari pada goyangan pada biduan atau artis, ya sama saja sih yang goyang di panggung, ya seperti lagu 'Mari Bercinta'. Kan bentuknya mengajak sih tuh lagu gitu," kata Indro. 

Indro mengambil cangkir berisi teh dan di teh dengan baik.

"Cowok yang telah menikah kan sudah dapet enaknya dari istrinya. Kalau mendengarkan omongan ini, ya pasti cowok-cowok yang telah menikah diam dan kata hati berkata "Emang iya goyangan istri ku yahut".....," kata Kasino.

Indro menaruh cangkir berisi teh di meja.

"Gimana dengan cowok-cowok yang belum nikah kaya kita ini Kasino?!" kata Indro.

"Anggap saja buta urusan itu. Jadi urusan bereskan!" kata Kasino.

"Memang sih di anggap buta saja. Dari pada cowok yang lain, ya mencari hasrat dengan cara pacaran sana sini dan mendatangi tempat-tempat yang bisa melampiaskan hasrat," kata Indro.

"Kalau itu sih. Ketahuan petugas, ya di tangkap dan di bawa ke kantor polisi. Orang tuanya jadi malu dengan ulah anak-anak yang pacaran begini dan begitu sampai ke tempat begituan," kata Kasino.

"Maka itu banyak orang munafik kan Kasino di kaum islam?!" kata Indro.

"Memanglah banyak kaum munafik di kaum islam. Karena bilangnya tidak pacaran, eee ternyata pacaran. Mungkin mengikuti dosa orang tua. Kata pepatahkan buah tidak jauh dari pohonnya. Kelakuan orang tua di masa muda, ya di turunkan sama anaknya. Jadi, ya dosa orang tua kena ke anak lah. Kalau di ajaran agama lain, ya di sebut Karma dari apa yang tanam. Kalau urusan agama lain urusan pemuda pemudi pacaran, ya aku tidak perlu membicarakannya," kata Kasino.

"Dosa...dosa..dosa. Semoga Budha memberikan pencerahan pada orang-orang tersebut," kata Indro.

"Kok Budha?!" kata Kasino.

"Kaya cerita di Sun Go Kong, Kasino. Yang ada Budha-nya. Kata Biksu Tong kan "Dosa....Dosa...Dosa"....," kata Indro.

"Ooooo kaya cerita di Sun Go Kong toh!" kata Kasino.

"Kita ini bukan orang munafik kan Kasino?!" kata Indro.

"Ya bukan orang munafik. Karena aku dan Indro, ya pacaran ngomong, ya pacaran dan ingin menikahi orang yang kita suka," kata Kasino.

"Memang sih aku dan Indro ingin menikahi orang aku suka. Jadi hubungan halal gitu. Ya tetap proses mencapai urusan menikah kan ada ujian ini dan itu. Nama juga cerita ada intrik ini dan itu!" kata Indro.

"Nyanyi lagu ini saja!" kata Kasino.

Kasino main gitar dan menyanyikan lagu dengan baik, ya Indro menyanyi lagu dengan baik.

Lirik lagu yang dinyanyikan Kasino dan Indro berjudul 'Sedang Ingin Bercinta' :

Setiap ada kamu mengapa jantungku
Berdetak lebih kencang
Seperti genderang mau perang
Setiap ada kamu mengapa darahku
Mengalir lebih cepat dari ujung kaki ke ujung kepala
Setiap ada kamu otakku berfikir
Bagaimana caranya untuk berdua bersama kamu
Aku sedang ingin bercinta karena
Mungkin ada kamu di sini aku ingin
Aku sedang ingin bercinta karena
Mungkin ada kamu di sini aku ingin
Setiap ada kamu mengapa jantung ini
Berdetak lebih kencang
Seperti genderang mau perang
Setiap ada kamu mengapa darah ini
Mengalir lebih kencang dari ujung kaki ke ujung kepala
Di setiap ada kamu mengapa jantungku berdetak
Berdetaknya lebih kencang seperti genderang mau perang
Di setiap ada kamu mengapa darahku mengalir
Mengalir lebih cepat dari ujung kaki ke ujung kepala
Aku sedang ingin bercinta karena
Mungkin ada kamu di sini aku ingin
Aku sedang ingin bercinta karena
Mungkin ada kamu di sini aku ingin
Di setiap ada kamu mengapa jantungku berdetak
Berdetaknya lebih kencang seperti genderang mau perang
Di setiap ada kamu mengapa darahku mengalir
Mengalir lebih cepat dari ujung kaki ke ujung kepala
Aku sedang ingin bercinta karena
Mungkin ada kamu di sini aku ingin
Aku sedang ingin bercinta karena
Mungkin ada kamu di sini aku ingin
Aku sedang ingin (akusedang ingin) bercinta karena (aku sedang)
Mungkin ada kamu (mungkin ada kamu) di sini aku ingin (aku sedang)
Aku sedang ingin (akusedang ingin) bercinta karena (aku sedang)
Mungkin ada kamu (mungkin ada kamu) di sini aku ingin

***

Kasino dan Indro selesai menyanyi, ya Kasino berhenti bermain gitar.

"Kalau lagu baru dinyanyikan, ya gaya cowok banget," kata Indro.

"Memang lah gaya cowok!" kata Kasino.

"Cowok dan cewek, ya selalu ingin merasakan rasa cinta yang berhasrat luar biasa," kata Indro.

"Lama-lama omongan Indro kaya iklan jualan alat-alat penggairah bercinta saja," kata Kasino.

"Masa?!" kata Indro.

"Ah. Sekedar saja Indro. Obrolan kita. Pemuda yang normal dari pada pemuda yang tidak normal, ya pemuda yang ngondek gitu," kata Kasino.

"Omongan kita ini sekedar omongan saja," kata Indro menegaskan omongan Kasino.

"Benar kata orang tua. Kalau sudah mampu, ya segera menikah dari pada pacaran begini dan begitu, ya gak jelas sih," kata Indro.

"Memang orang tua bener ngomongnya. Kalau sudah mampu menikah. Kalau tidak mampu, ya puasa dulu dan jangan bikin ulah. Ya pacaran kan orang tua sudah tahu ceritanya yang begini dan begitu kalau berbuat sembunyi-sembunyi. Kalau di film barat, ya terang-terangan sih pacaran," kata Kasino.

"Film barat, ya tidak bisa di omongin sih. Sampai film yang lainnya mengikuti sih," kata Indro.

"Emmmmm," kata Kasino.

"Ngomong itu lebih baik tidak perlu jauh-jauh sih! Gimana kalau ngomongin pemerintahan?!" kata Indro.

"Aku ini bukan orang pemerintahan. Jadi lebih baik, ya tidak ngomongin pemerintahan," kata Kasino.

"Ok Kasino. Tidak ngomongin pemerintahan. Masih banyak orang yang ingin duduk di pemerintahan, ya karena cita-cita ingin duduk di pemerintahan atau ingin mempertahankan kedudukannya karena alasannya mampu menangulangi masalah ini dan itu," kata Indro.

"Emmm," kata Kasino.

"Main catur saja Kasino!" kata Indro.

"Ok!" kata Kasino.

Kasino menaruh gitar di samping kursi. Indro mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja papan catur. Kasino dan Indro main catur dengan baik. 

CAMPUR ADUK

JEFF, WHO LIVES AT HOME

Malam hari, ya bintang berkelap-kelip di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus....FTV di chenel AllPlay Ent, ya seperti bia...

CAMPUR ADUK