CAMPUR ADUK

Sunday, October 3, 2021

MUTIARA HITAM

Budi duduk dengan santai di depan rumah sedang main gitar dan juga bernyanyilah, ya sambi minum kopi. Lagu yang dinyanyikan Budi masih ada kaitannya dengan Papua sih.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Tanah Papua' :

Tanah Papua tanah yang kaya
Surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
Adalah harta harapan
Tanah papua tanah leluhur
Di sana aku lahir
Bersama angin, bersama daun
Aku di besarkan
Hitam kulit keriting rambut, aku Papua
Hitam kulit keriting rambut, aku Papua
Biar nanti langit terbelah, aku Papua
Tanah Papua tanah leluhur
Di sana aku lahir
Bersama angin, bersama daun
Aku di besarkan
Hitam kulit keriting rambut, aku Papua
Hitam kulit keriting rambut, aku Papua
Biar nanti langit terbelah, aku Papua
Hitam kulit keriting rambut, aku Papua
Hitam kulit keriting rambut, aku Papua
Biar nanti langit terbelah, aku aku Papua
Aku Papua, aku Papua
Aku Papua
Hitam kulitku, aku Papua
Keritin rambutku, aku Papua
Aku Papua, aku aku
Aku Papua, aku Papua

***

Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik sih di halaman rumah Budi. Abdul duduk dengan baik. Budi, ya selesai bernyanyi dan main gitarnya.

"Budi. Nyanyi lagu apa?!" kata Abdul

"Lagu berjudul 'Tanah Papua'..." kata Budi.

"Kan Budi bukan orang Papua?!" kata Abdul.

"Emang aku bukan orang Papua. Tapi aku sekedar bernyanyi saja. Karena kan Papua lagi mengadakan PON, ya acara Tv temanya olahraga. Ya menghormati dan menghargai semua orang yang berjuang di bidang olahraga di Papua gitu dengan nonton Tv saja kan sudah cukup," kata Budi.

"Ooooo....menghargai dan menghormati...orang-orang yang berlaga di bidang olahraga, ya bisa dibilang sih bintang dan artisnya olahraga," kata Abdul.

Abdul melihat sebuah lebaran koran di meja dan di ambil Abdul sih.

"Ini foto cantik banget," kata Abdul.

"Kan itu itu gambar di koran, bisa di bilang foto sih. Fotonya orang Papua," kata Budi.

"Mutiara Hitam dari Papua," kata Abdul.

"Kok jadinya Mutiara Hitam, ya Abdul?!" kata Budi.

"Mutiara biasanya warna apa?!" kata Abdul.

"Ya biasanya. Kayanya putih sih," kata Budi.

"Yang gak biasakan warna hitam?!" kata Abdul.

"Memang sih yang enggak biasa warna hitam. Mutiara warna hitam dianggap langkah lah," kata Budi.

"Orang Papua, ya warna kulitnya hitam kan?!" kata Abdul.

"Kan kenyataannya begitu. Orang Papua warna kulitnya hitam. Di lirik lagu yang aku nyanyikan juga menjelaskan dengan baik siapa orang Papua itu," kata Budi.

"Jadi penghargaannya, ya bisa kita julukin dengan Mutiara Hitam dari Papua dan juga harganya mahal," kata Abdul.

"Mutiara Hitam dari Papua," kata Budi.

"Kan sekedar obrolah pemuda yang hanya lulusan SMA saja," kata Abdul.

Abdul menaruh lebaran koran di meja.

"Nama juga obrolan pemuda lulusan SMA saja. Beda dengan lulusan Universitaslah," kata Budi.

"Obrolan ada baik dan buruknya kan Budi?!" kata Abdul.

"Memang sih. Obrolan ada baik dan buruknya. Nama juga obrolan!" kata Budi menegaskan omongan Abdul.

"Aku pinjem gitarnya Budi!" kata Abdul.

Budi menyerahkan gitar pada Abdul sambil berkata "Niee!"

Abdul mengambil gitar dari tangan Budi. Ya Budi masuk ke dalam rumah langsung ke dapur untuk membuat kopi. Abdul memainkan gitar dan bernyanyi. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Abdul dengan judul 'Apuse' :

Apuse kokon dao

Yarabe soren doreri

Wuf lenso bani nema beki pase

Apuse kokon dao

Yarabe soren doreri

Wuf lenso bani nema beki pase

Arafa Bye aswara war

Arafa Bye aswara war

Apuse kokon dao

Yarabe soren doreri

Wuf lenso bani nema beki pase

Arafa Bye aswara war

Arafa Bye aswara war

Apuse kokon dao

Yarabe soren doreri

Wuf lenso bani nema beki pase

Arafa Bye aswara war

Arafa Bye aswara war

***

Budi selesai membuat kopi, ya kopi di bawa ke depan rumah. Di depan rumah, ya Budi menaruh gelas kopi di mejalah. Abdul selesai menyanyi dan main gitarnya. Budi duduk dengan baiklah.

"Abdul. Lagu yang baru dinyanyikan lagu anak," kata Budi.

"Aku hafalnya lagu anak-anak dan juga masih kaitan dengan Papua kan Budi?!" kata Abdul.

Abdul menaruh gitar di samping kursi dan mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum dengan baik.

"Iya sih masih ada kaitannya dengan Papua, ya Mutiara Hitam sih. Kalau begitu, ya olahraga yuk Abdul!" kata Budi.

Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Olahraga apa?!" kata Abdul.

"Catur!!!" kata Budi.

"Ya memang sih catur masuk dalam cabang olahraga. Aku kirain olahraga lain gitu?!" kata Abdul.

"Maksudnya Bulutangkis atau Futsal?!" kata Budi.

"Senam untuk kesehatan jantung!" kata Abdul.

"Ya sudahlahlah. Catur!!!" kata Budi.

"Ok. Catur!!!" kata Abdul.

Budi mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Abdul menyusun dengan baik bidak catur. Keduanya main catur dengan baik.

Saturday, October 2, 2021

DAMAI

Eko duduk di depan rumah sedang menyanyi dan main gitar, ya sambil minum kopi lah.

Lirik yang di nyanyikan Eko dengan judul 'Damai' :

Kuhirup udara pagi
Bersama indah mentari
Kulalui hari ini
Dengan hati berseri
Akankah tercipta damai
Di dalam dunia ini
Akankah terjalin rasa
Saling peduli
Wo-o ... damainya hatiku
Kala mentari bersinar lagi
Wo-o ... damainya hatiku
Kala mentari bersinar lagi
O-o-oh ...
Wo-o ... damai hati ini
Kutuangkan dalam sebuah lagu
Wo-o ... mentari berlalu
Membawa semua ke alam mimpi
Wo-o ... damainya hatiku
Kala mentari bersinar lagi
Wo-o ... damainya hatiku
Kala mentari bersinar lagi
Wo-o ... damainya hatiku
Kala mentari
Bersinar lagi
O-o-oh ...
Bersinar lagi
O-o-oh ...

***

Budi dateng ke rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumah. Budi duduk dengan baik. Ya Eko selesai menyanyikan lagu dan main gitarnya.

"Eko asik sendirian main gitar dan bernyanyi," kata Budi.

"Budi kan baru dateng ke sini. Jadi aku asik sendirian bernyanyi dan main gitarnya," kata Eko.

"Lagu yang baru di nyanyikan tadi, ya lagu apa Eko?!" kata Budi.

"Lagunya Wayang yang judulnya 'Damai'...," kata Eko.

"Ooooo lagu Wayang toh dengan judulnya 'Damai'..," kata Budi.

"Memang keadaan diriku merasa damai gitu," kata Eko.

"Karena rasa damai itu di rasakan dengan baik, ya sama Eko. Sedang aku? Ya merasakan kedamaian sih. Dari keadaan lingkungan sekitar sini yang tenang sih," kata Budi.

"Budi kopi?!" kata Eko.

"Boleh lah..Eko," kata Budi.

"Kalau begitu aku buat dulu kopinya di dapur," kata Eko.

Eko beranjak dari duduknya, ya membawa gitar sih. 

"Eko pinjem gitarnya, ya biasa bernyanyi gitu!" kata Budi.

Eko memberikan gitarnya pada Budi dan berkata "Nie gitarnya!"

Budi mengambil gitar dari tangan Eko. Ya Eko masuk ke dalam rumah langsung ke dapur untuk membuat kopi di dapurlah. Budi main gitar dan bernyanyi.

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Dongeng Sebelum Tidur' :

Di malam ini aku tak dapat memejamkan mata
Terasa berat bagai diri terikat mimpi, oh...
Kuingin satu, satu cerita, mengantarku tidur, biar 'ku terlelap
Mimpikan hal yang indah, lelah hati tertutupi
Dongeng sebelum tidur, ceritakan yang indah biar 'ku terlelap
Dongeng sebelum tidur, mimpikan diriku, mimpikan yang indah
Gelisah 'ku tak menentu, pikiran melayang (pikiran melayang)
Di benakku hanyalah ada lelah yang terasa
Dongengmu sebelum tidur, ceritakan yang indah biar 'ku terlelap
Dongeng sebelum tidur, ceritakan yang indah biar 'ku terlelap
Dongeng sebelum tidur, mimpikan diriku, mimpikan yang indah
Dongeng sebelum tidur, ceritakan yang indah biar 'ku terlelap
Dongeng sebelum tidur, mimpikan diriku, mimpikan yang indah
Aneka banyak cerita, ceritakanlah semua hingga ku terlelap
Dongeng sebelum tidur, mimpikan diriku, mimpikan yang indah
Dongeng sebelum tidur, ceritakan yang indah biar 'ku terlelap
Dongeng sebelum tidur, mimpikan diriku, mimpikan yang indah
Dongengmu sebelum tidur, oh...

***

Kopi pun jadi di buat Eko, ya di bawa depan rumah. Eko di depan rumah menaruh gelas berisi kopi di meja. Ya Budi masih bernyanyi dan main gitar. Eko duduk dengan baik, ya ikutan bernyanyi sih bersama Budi, ya sampai selesai sih. Budi pun berhenti bernyanyi dan main gitar, ya Eko juga berhenti menyanyi juga.

"Nyanyiin lagunya Wayang juga, ya Budi. Lagunya berjudul 'Dongeng Sebelum Tidur'....," kata Eko.

"Kan mengikuti alurnya dari Eko," kata Budi.

"Ooooo begitu," kata Eko.

Budi menaruh gitar di samping kursi dan segera mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi.

"Kalau di masa kecil, ya pernah sih Ibu menceritakan dongeng sebelum tidur. Ya tidurku jadi nyenyak karena cerita yang di ceritakan Ibu dengan baik, ya tujuannya mengajarkan makna dari cerita di buat dengan baik," kata Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kayanya aku juga Eko. Ya Ibu ku mendongengkan aku saat aku mau tidur sih. Aku bermimpi indah banget, ya berada di taman surga gitu," kata Budi.

"Masa mimpinya sampai segitunya Budi?!" kata Eko.

"Ya kan bisa terjadi. Nama juga mimpi," kata Budi.

"Kalau aku. Mimpi ku, ya aku tidak ingat mimpi ku. Pokoknya aku merasa damai saja, ya tidurnya tenang gitu tidak ada gelisah," kata Eko.

"Sama aku juga sih Eko. Merasa damai dalam tidur ku karena Ibu mendongengkan cerita sebelum tidur," kata Budi.

"Budi kan ikutan saja," kata Eko.

"Kan mengikuti alurnya Eko!" kata Budi.

"Iya deh mengikuti alurnya," kata Eko.

"Main catur saja Eko!" kata Budi.

"Oke deh main catur!" kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Keduanya main catur dengan baik

GEJOLAK KAWULA MUDA

Budi dengan mengendarai motornya dengan baik, ya ke rumah Ekolah. Eko duduk di depan rumah sedang main gitar dan bernyanyi, ya sambil minum kopi dan makan gorengan sih.

Lirik lagu yang dinyanyikan Eko dengan judul 'Gejolak Kawula Muda' :

Kau yang selalu hadir dalam tiap langkahku
Hangatkan hariku dengan panas cintamu
Genggam erat janjiku untukmu
Kau kan selalu dekatku
Kau sinari malamku dengan kasihmu
Kau tuangkan air dalam haus rinduku
Kau selalu hembuskan cintamu
Kau selalu kudamba
Kau teduhkan hatiku di setiap risauku
Kau padamkan cemburu di dalam kalbu
Kau rangkai mimpiku di lelahku
Kau selalu kupuja
Jangan lah kau berpaling dariku
Percaya akan cintaku kepadamu
Biarkan hatiku dan jiwamu
Terpaut dalam satu jalinan kasih asmara
Kau teduhkan hatiku di setiap risauku
Kau padamkan cemburu di dalam kalbu
Kau rangkai mimpiku di lelahku
Kau yang selalu kupuja

***

Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motor dengan baik di halaman depan rumah sih. Budi pun duduk dengan baik. Eko selesai bernyanyi dan main gitar. 

"Gorengan," kata Budi.

Budi mengambil tahu goreng dengan cabe rawit di piring dan segera di makan dengan baik.

"Ngopi Budi?!" kata Eko.

"Iya," kata Budi.

"Ok, aku buatan kopinya," kata Eko.

Eko menaruh gitar di samping kursi dan beranjak dari duduknya, ya bergerak masuk ke dalam rumah langsung ke dapur untuk membuat kopi. Budi asik makan tahu goreng dengan cabe rawit sih. Eko selesai membuat kopi, ya di bawa ke depan rumah. Ya di depan rumah, ya kopi di taruh di meja.

"Kopinya Budi," kata Eko.

"Iya," kata Budi.

Budi mengambil gelas yang berisi kopi di meja, ya segera di minum dengan baik. Eko mengambil bakwan goreng di piring berserta cabe rawit sih dan di makan dengan baik. Budi menaruh gelas berisi kopi, ya di mejalah.

"Eko. Tadi nyanyi lagu apa?!" kata Budi.

"Aku nyanyi lagunya Clubeighties dengan judul 'Gejolak Kawula Muda'....," kata Eko.

"Ooooo 'Gejolak Kawula Muda'....kaya kita ini kan Eko?!" kata Budi.

"Iya iyalah," kata Eko.

"Berarti masa kita kan Eko?!" kata Budi.

"Memang masa kita. Emangnya masa siapa?!" Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja dan meminumnya dengan baik.

"Bisa saja masa orang tua kita. Banyak lagu kan dibuat dan dinyanyikan pada masa orang tua kita. Lagu itu populer dengan baik. Lalu di nyanyikan kembali pada masa ini, ya masa kita," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Gejala keadaannya masih kena dengan masa ini. Maka lagu lama dinyanyikan kembali di masa ini," kata Eko.

"Iya juga ya karena gejalanya sama sih. Maka di nyanyikan kembali," kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Contohnya sih : perjalanan cinta ku dengan Purnama. Bisa dibilang 'Gejolaknya Kawula Muda'. Dari proses aku mengenal Purnama, ya tumbuh benih cinta dan bersemi menjadi bunga. Aku dan Purnama jadian gitu," kata Eko.

"Contoh Eko tempat sih. Apalagi dengan urusan aku, ya mencari cinta yang tepat sih. Cewek yang mau jadian sama aku. Bisa di bilang juga 'Gejolak Kawula Muda'..," kata Budi.

"Ya sudahlah. Lebih baik kita main catur saja!" kata Eko.

"Main catur lagi," kata Budi.

"Emangnya mau main apa?!" kata Eko.

"Main bulu tangkis lah. Kan ada sinetron yang lagi tayangkan di Tv, ya temanya tentang bulu tangkis karena cabang olahraga bulu tangkis lagi naik daun," kata Budi.

"Catur juga sama dengan olah raga juga kan Budi?!" kata Eko.

"Memang sih catur termasuk olah raga sih. Ya sudahlah. Gaya kita saja. Main catur saja!" kata Budi.

"Emmmmm," kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur. Keduanya main catur.

"Oooo iya. Eko apa tanggapan mu dengan berita di Tv, ya tentang PON sih?" kata Budi.

"Masih urusan olahraga, ya tanggapan ku bagus sih," kata Eko.

"Bagus toh PON, yang di selenggarakan di Papua," kata Budi.

Budi dan Eko, ya main catur dengan baik banget.

Friday, October 1, 2021

SEKEDAR SAJA BERNYANYI

Budi duduk di depan rumahnya, ya sedang menikmati minum kopi dan makan gorengan. Ya Budi main gitarnya dan juga bernyanyi.

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Always' :

This Romeo is bleeding
But you can't see his blood
It's nothing but some feelings
That this old dog kicked up
It's been raining since you left me
Now I'm drowning in the flood
You see, I've always been a fighter
But without you, I give up
I can't sing a love song
Like the way it's meant to be
Well, I guess I'm not that good anymore
But baby, that's just me
And I will love you, baby, always
And I'll be there forever and a day, always
I'll be there 'til the stars don't shine
'Til the heavens burst and the words don't rhyme
And I know when I die, you'll be on my mind
And I'll love you, always
Now your pictures that you left behind
Are just memories of a different life
Some that made us laugh, some that made us cry
One that made you have to say goodbye
What I'd give to run my fingers through your hair
To touch your lips, to hold you near
When you say your prayers, try to understand
I've made mistakes, I'm just a man
When he holds you close, when he pulls you near
When he says the words you've been needing to hear
I wish I was him
With these words of mine
To say to you 'til the end of time
That I will love you baby, always
And I'll be there forever and a day, always
If you told me to cry for you, I could
If you told me to die for you, I would
Take a look at my face
There's no price I won't pay
To say these words to you
Well, there ain't no luck
In these loaded dice
But baby if you give me just one more try
We can pack up our old dreams
And our old lives
We'll find a place where the sun still shines
And I will love you, baby, always
And I'll be there forever and a day, always
I'll be there 'til the stars don't shine
'Til the heavens burst and the words don't rhyme
I know when I die, you'll be on my mind
And I'll love you, always
Always, always

***

Eko sampai di rumah Budi, ya segera memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumah. Eko duduk dengan baik. Budi baru selesai menyanyikan lagunya dan juga main gitarnya.

"Budi tumben banget nyanyikan lagu bahasa Inggris?!" kata Eko.

"Lagi kepingin aja sih," kata Budi.

"Kepingin. Kayanya kata-kata yang aneh. Kalau aku ingin sih, saat masih sekolah SMA. Budi sering nyanyikan lagu bahasa Inggris. Lalu ngajak aku, Abdul dan Erwin membentuk grub band untuk acara perpisahan gitu," kata Eko.

"Masih ingat aja kenangan saat lulus sekolah SMA," kata Budi.

"Ya iyalah masih inget. Apalagi yang kita nyanyikan lagu di panggung perpisahan, ya nyanyi lagu daerah dan juga lagu anak-anak. Sedangkan teman-teman lain menyanyikan lagu pop yang lagi populer saat itu dan juga lagu dangdut populer saat itu," kata Eko.

"Beda kan boleh. Yang penting kan semua senang," kata Budi.

"Untung saja tidak menyanyikan lagu nasional saat perpisahan SMA. Tambah nilai historisnya kaya perjuangan pahlawan kemerdekaan Indonesia. Kaya acara di Tv," kata Eko.

"Iya sih. Untungnya tidak menyanyikan lagu nasional sih. Ketika kita menyanyikan lagu bahasa Inggris, ya semua teman-teman suka karena grub band kita mampu memberikan pertunjukkan yang luar biasa seperti grub band luar negeri gitu," kata Budi.

"Buah dari kerja keras, ya hasilnya memuaskan gitu," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

"Jangan-jangan. Budi mau ngajakin untuk ikutan acara perlombaan musik di acara Tv?!" kata Eko.

"Sebenarnya ingin sih Eko," kata Budi.

"Aku dan Abdul sih, ya bisa aja sih membangunkan grub band kita yang tidur, tapi Erwin tidak ada," kata Eko.

"Iya juga ya...Erwin," kata Budi.

"Erwin. Sekarang ini kerja apa membangun usaha ya?!" kata Eko.

"Kalau aku inget sih omongan Erwin saat SMA. Erwin melanjutkan pendidikannya ke Universitas karena cita-citanya sih ingin jadi guru dan juga itu permintaan ayah dan ibunya," kata Budi.

"Kemungkinannya sih. Erwin melanjukan pendidikan ke Universitas, ya demi cita-citanya jadi guru dan permintaan orang tuanya," kata Eko.

"Kalau di ajak main lagi. Erwin mau kali Eko?!" kata Budi.

"Ya kalau Erwin ada di kota Bandar Lampung. Kalau dia ada di kota lain, ya mungkin kota Jakarta karena ada kerabatnya di sana dan melanjutkan pendidikannya lebih baik di Jakarta lah," kata Eko.

"Erwin tidak bisa di ajak main lagi karena keberadaannya jauh sih, ya apalagi untuk membangun grub band yang telah lama tidur sih," kata Budi.

"Kita ini telah sibuk dengan urusan kerjaan. Karena kita ini dari orang tidak punya, ya cuma Erwin saja yang orang mampu," kat Eko.

"Main musik dan menyanyi sekedar saja kan Eko?!" kata Budi.

"Ya pada akhirnya sekedar saja untuk menghibur diri saja. Lebih baik grub band kita di tidurkan saja!" kata Eko.

"Memang lebih baik grub band kita di tidurkan saja! Ya tidak ikutan lomba ini dan itu di acara Tv lah. Karena kita telalu sibuk dengan urusan kerja, ya karena kita dari orang miskin yang berusaha mampu dengan baik keluar dari kata kemiskinan menjadi kata sederhana, ya bisa di bilang mampu sih. Contohnya : motor saja aku mampu beli, ya walau kredit sih," kata Budi.

"Sama dengan aku. Motor juga masih kredit. Jodoh sudah dekat, ya di jalanin dengan baik," kata Eko.

"Kopi Eko?!" kata Budi.

"Bolehlah!" kata Eko.

Eko duduk santai di depan rumah Budi dengan melihat keadaan lingkungan dengan baik. Budi masuk rumah dan gitar di taruh di meja ruang tamu. Budi pun langsung ke dapur untuk membuat kopi. Singkat waktu, ya kopi jadi. Budi membawa kopi dengan baik ke depan rumah. Di depan rumah, ya Budi menaruh kopi di meja.

"Kopinya Eko!" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik kopi. Budi memang telah duduk sih.

"Banyak orang yang memiliki bakat luar biasa ya kan Eko?!" kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Memang di Indonesia ini banyak orang yang memiliki bakat luar biasa. Yang ingin cita-cita tercapai dengan baik, ya ikut perlombaan di acara Tv. Wadahnya ada untuk menunjukkan kebolehan. Ketika berhasil, ya jadi bintang, nama lainnya artis sih," kata Eko.

"Kaya dan terkenal," kata Budi.

"Memang. Tujuannya itu. Kaya dan terkenal," kata Eko.

"Main catur saja Eko!" kata Budi.

"Ok main catur," kata Eko.

Ya Budi mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh atas meja, ya papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Keduanya main catur dengan baik banget.

Thursday, September 30, 2021

JAMILAH

Abdul sedang mengendarai motornya dengan baik, ya menuju rumahnya Budi. Sedangkan Budi di rumahnya sedang menikmati minum kopi dan juga gorengan di depan rumah sih, ya main gitar dan bernyanyi sih.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Jamilah' :

Du-duh, aduh, Jamilah
Gadis ayu anak Pak Lurah
Aduh, manisnya
Dia pandai berdandan
Dia cantik sekali
Dia juga pandai mengaji
Du-duh, aduh, Jamilah
Tiap pagi pergi ke kali
Rajin sekali
Lewat depan rumahku
Kutegur dia malu
Sambil menunduk dia tersipu
Ya, Jamilah (Jamilah, Jamilah)
Kau gadis ayu (Jamilah gadis ayu)
Ya, Jamilah (Jamilah, Jamilah)
Engkau kutunggu
Ah, aku mau (syur, syur)
Melamarmu
Bulan depan kita ke penghulu
Du-duh, aduh, Jamilah
Abang sungguh tak sabar menunggu
Hatiku rindu
Senyum manis bibirmu
Yang menggoda hatiku
Hatiku rindu, rindu padamu
Ya, Jamilah (Jamilah, Jamilah)
Kau gadis ayu (Jamilah gadis ayu)
Ya, Jamilah (Jamilah, Jamilah)
Engkau kutunggu
Ah, aku mau (syur, syur)
Melamarmu
Bulan depan kita ke penghulu
Ya, Jamilah (Jamilah, Jamilah)
Kau gadis ayu (Jamilah gadis ayu)
Ya, Jamilah (Jamilah, Jamilah)
Engkau kutunggu
Ah, aku mau (syur, syur)
Melamarmu
Bulan depan kita ke penghulu
Bulan depan kita ke penghulu
Jamilah

***

Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumah Budi. Abdul duduk dengan baik sih. Budi selesai menyanyikan lagu dan main gitarnya.

"Abdul gimana dengan kerjaan mu, ya membangun usaha kelontongan gitu?!" kata Budi.

"Baiklah," kata Abdul.

"Baik toh," kata Budi.

"Eko tidak main kesini, ya Budi?!" kata Abdul.

"Eko ada urusan dengan Purnama. Ya biasalah urusan Eko dan Purnama, ya cinta," kata Budi.

"Eko masih ada urusan cinta dengan Purnama toh," kata Abdul.

"Ngopi nggak Abdul?!" kata Budi.

"Bolehlah," kata Abdul.

"Ok. Aku buatkan kopi," kata Budi.

Budi beranjak dari duduknya sih, ya masih mengang gitar sih. 

"Budi pinjem gitarnya, ya biasa sih untuk menyanyi dan main gitar lah!" kata Abdul.

"Nie gitarnya!" kata Budi memberikan gitarnya ke Abdul.

Abdul mengambil gitar dari tangan Budi. Ya Budi masuk ke dalam rumah, ya langsung ke dapur untuk membuat kopi. Abdul memainkan gitar dan menyanyikan.

Lirik lagu yang di nyanyikan Abdul dengan judul 'Jamilah Jamidong" :

yah ya iyalah iya iyalah

daripada ya ya iya iyadong

namanya jamilah bukan jamidong

dia gadis sexy pujaan hati

alkisah jamilah gadis desa

turun ke kota mencari cinta

semua pria pun pada terpana

karena jamilah cantik jelita

siapa sangka tiba tibanya

jamilah kini menjadi diva

kecantikannya kini dipuja puja

setiap pemirsa di layar kaca

yah ya iyalah iya iyalah

daripada ya ya iya iyadong

namanya jamilah bukan jamidong

dia gadis sexy pujaan hati

alkisah jamilah diva kota

penampilannya aduh menggoda

lihat jamilah menari salsa

jantung berdetak ikut irama

kini sudah tiba saatnya

takdir jamilah jadi ternama

siapa sangka setelah sekian lama

pucuk dicinta ulam pun tiba

yah ya iyalah iya iyalah

daripada ya ya iya iyadong

namanya jamilah bukan jamidong

dia gadis sexy pujaan hati

yah ya iyalah iya iyalah

daripada ya ya iya iyadong

namanya jamilah bukan jamidong

dia gadis sexy pujaan hati

***

Budi yang selesai membuat kopi di dapur, ya membawa kopi ke depan rumah. Sampai depan rumah, ya Budi menaruh kopi di mejalah. Memang sih Abdul masih menyanyi lagu dan main gitar, ya Budi duduk dengan baik dan ikutan bernyanyi sih karena memang lagu yang di nyanyikan Abdul bagus dengan judul 'Jamilah Jamidong'. Sampai akhirnya Abdul dan Budi selesai bernyanyi, ya Abdul selesai main gitar.

"Ada Apa Dengan Jamilah ya?!" kata Budi.

"Ada Apa Dengan Jamilah?  Seharusnya Ada Apa Dengan Cinta!" kata Abdul.

"Emangnya aku ada urusan dengan Cinta?!" kata Budi.

"Kali aja Budi ada urusan Cinta!" kata Abdul.

"Aku tidak ada urusan dengan Cinta!" kata Budi.

"Oooo tidak ada urusan dengan Cinta. Ya sudahlah," kata Abdul.

"Jamilah itu cewek cantik," kata Budi.

"Budi kenal dengan cewek bernama Jamilah. Padahal aku memang denger Budi, ya nyanyi lagu 'Jamilah' sih. Maka itu aku nyanyi lagu 'Jamilah Jamidong'. Ya sekedar menyanyi saja sih," kata Abdul.

"Memang sih aku kenal dengan cewek bernama Jamilah, ya Jamilah cewek cantik sih, ya banyak cowok yang menyukainya karena kecantikannya, ya termasuk aku sih," kata Budi.

"Cewek cantik lebih baik cewek manis kata orang, ya banyak di krubutin semut sih kalau manis apa lagi semutnya cowok. Pada akhirnya sama aja. Cewek cantik dan cewek manis, ya banyak cowok yang menyukainya," kata Abdul.

"Sayangnya aku gagal dekat dengan Jamilah, ya jadi sekedar teman saja. Jamilah memilih cowok yang di sukainya," kata Budi.

"Ya sabar ya Budi. Cewek masih banyak. Bukan Jamilah saja," kata Abdul.

Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum dengan baik.

"Aku paham omongan Abdul," kata Budi.

"Emmm," kata Abdul.

Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Padahal ada cerita tentang Jamilah, ya sama ceritanya dengan cerita sinetron gitu. Jamilah jadi istri kedua orang kaya gitu karena Jamilah merantau ke kota Jakarta," kata Abdul.

"Ooooo cerita itu. Jamilah sadar dengan pilihannya, ya memilih pulang ke kampung halamannya dengan keadaan dirinya hamil gitu. Di kampung, ya Jamilah melahirkan anaknya dengan baik. Menjalankan hidupnya dengan baik di kampung bersama anaknya," kata Budi.

"Sudah ah ngomongin Jamilahnya. Lebih baik main catur saja Budi!" kata Abdul.

"Ok. Main catur saja!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Budi dan Abdul menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Keduanya main catur dengan baik banget.

Wednesday, September 29, 2021

BELAHAN JIWA

Budi dengan menggunakan motornya, ya ke rumah Eko. Ya Eko sedang duduk di depan rumahnya sedang main gitar dan menyanyi.

Lirik lagu yang di nyanyikan Eko yang berjudul  'Belahan Jiwa' :

Lembut belaian kasihmu

...takkan terganti

...tak ada yang bisa sepertimu

Aku disini sendiri

...berteman sepi

...terpisah jarak kau dan aku

...Hanya bayanganmu menemani

Kau belahan jiwa ku

kaulah curahan hati ku

kaulah cahaya hidupku

kaulah segalanya

Rasa itu mungkin akan

....hadir kembali

....bila kau ada disini

...Temani aku lagi

Kau belahan jiwa ku

kau curahan hati ku

kaulah cahaya hidupku

dan kaulah segalanya

...Takkan pernah terganti

tak ada yang bisa sepertimu

hooouo ho ooo

kaulah belahan jiwa ku

kaulah curahan hati ku

kaulah cahaya hidupku

kaulah segalanya

kaulah belahan jiwa ku

kaulah curahan hati ku

kaulah cahaya hidupku

dan kaulah segalanya

kaulah belahan jiwa ku

kaulah belahan jiwa ku uu

***

Budi sampai di di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumahnya Eko. Ya Eko selesai menyanyi dan main gitar. Budi, ya telah duduk dengan baik lah.

"Budi gimana kerjaan mu hari ini?!" kata Eko.

"Baik seperti biasanya," kata Budi.

"Oooo baik toh. Sama dengan aku, ya baik juga sih kerjaan ku karena di jalanin dengan penuh tanggungjawab," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

"Oooo Budi sudah mendapatkan cewek yang baik, ya di jadikan kekasih Budi sih?!" kata Eko.

"Masih di usahakan Eko dan juga banyak berdoa sih, ya agar mendapatkan jodoh yang sesuai dengan keinginan ku sih," kata Budi.

"Ooooo," kata Eko.

"Oiya Eko. Nyanyi lagu apa Eko?!" tanya Budi.

"Belahan Jiwa," kata Eko.

"Oooooo. Belahan Jiwa. Pasti nyanyinya sambil mikirin Purnama, ya Eko?!" kata Budi.

"Bisa di bilang begitu sih," kata Eko.

"Purnama cewek yang beruntung mendapatkan Eko, ya karena Eko selalu memikirkan Purnama. Cewek yang di cintai Eko," kata Budi.

"Mungkin sih," kata Eko.

"Eko. Kok mungkin omongannya. Itu sih antara iya dan tidak. Harusnya pastilah!" kata Budi.

"Kan aku tidak tahu rahasia hati cewek," kata Eko.

"Iya juga ya. Siapa yang tahu rahasia hati cewek? Hanya cewek itu sendiri dan Tuhan!" kata Budi.

"Hubungan ku dengan Purnama berjalan dengan baik sih," kata Eko.

"Ya kalau hubungan Eko dan Purnama berjalan baik, ya semoga langgeng sampai ke pernikahan," kata Budi.

"Amin!!!" kata Eko.

"Aku tidak sadar itu bentuk doa. Amin!!!" kata Budi.

"Ngopi Budi?!" kata Eko.

"Di tawarkan ngopi. Bolehlah," kata Budi.

Budi duduk dengan baik di depan rumah Eko, ya sambil melihat keadaan lingkungan dengan baik sih. Eko masuk rumah dan menaruh gitar di meja ruang tamu. Eko langsung ke dapur membuat kopi, ya dua gelas lah. Budi pun mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja, ya segera di susun dengan rapih bidak caturnya. Eko selesai membuat kopinya, ya di bawa dengan baik ke depan rumah. Kopi di bawa pake nampanlah. Dua gelas kopi di taruh di meja sama Eko.

"Kopinya Budi!" kata Eko.

Eko duduk dengan baik.

"Iya...Eko," kata Budi.

Budi telah selesai menyusun bidak catur dengan baik.

"Jadi kita main catur Budi?!" kata Eko.

"Ya seperti biasanya aja Eko," kata Budi.

"Ok," kata Eko.

Eko dan Budi main catur dengan baik, ya sambil menikmati kopi yang enak.

"Kok kalau kita membicarakan tentang pemerintahan daerah gimana kok?!" kata Budi.

"Kita ini lulusan SMA, ya ilmu kuranglah kalau membicarakan urusan pemerintahan daerah sih. Jadi untuk apa membicarakan pemerintahan daerah. Apalagi pemerintahan kota Bandar Lampung ini," kata Eko.

"Berarti yang lulusan Universitas lah...yang pantes membicarakannya pemerintahan daerah karena keilmuan mereka lah, ya kaya orang-orang yang di Tv sih...lulusan Universitas, ya membicarakan pemerintahan daerah yang ini dan itu sih," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

Eko dan Budi, ya main catur dengan baiklah.

Tuesday, September 28, 2021

JATUH CINTA

Budi duduk di depan rumahnya sedang main gitar dan bernyanyi, ya sambil minum kopil dan makan kue martabaklah.

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Jatuh Cinta' :

Malam terasa indah
Sejak ku mengenalmu
Pagi semakin cerah
Bila ku mengingatmu
Apakah yang kurasa benar jatuh cinta?
Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Mungkinkah aku jatuh hati padanya?
Hatiku terasa semakin rindu
Rindu ini hanya untuk dirinya
Sayang ini hanya untuk dirinya
Oh, Tuhan, aku jatuh cinta
Mungkin hanya cintamu
Meluluhkan hatiku
Apakah yang kurasa benar jatuh cinta?
Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Mungkinkah aku jatuh hati padanya?
Hatiku terasa semakin rindu, oh
Rindu ini hanya untuk dirinya
Sayang ini hanya untuk dirinya
Oh, Tuhan, aku jatuh cinta
Apakah yang kurasa benar jatuh cinta?
Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Mungkinkah aku jatuh hati padanya?
Hatiku terasa semakin rindu, oh
Rindu ini hanya untuk dirinya
Sayang ini hanya untuk dirinya
Oh, Tuhan, aku jatuh cinta
Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Mungkinkah aku jatuh hati padanya?
Hatiku terasa semakin rindu, oh
Rindu ini hanya untuk dirinya
Sayang ini hanya untuk dirinya
Oh, Tuhan, aku jatuh cinta
Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Mungkinkah aku jatuh hati padanya?
Hatiku terasa semakin rindu

***

Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumah Eko. Budi selesai menyanyi dan bermain gitar. Eko duduk dengan baik.

"Eko gimana dengan kerjaan Eko?!" kata Budi.

"Baik lah Budi kerjaan ku. Gimana dengan kerjaan Budi?!" kata Eko.

"Baik juga," kata Budi.

"Eeee ada martabak," kata Eko.

"Makan Eko martabaknya!" kata Budi.

"Ok!!!" kata Eko.

Eko pun mengambil kue martabak, ya sepotong di kotak di meja. Budi menaruh gitar di samping kursi dan beranjak dari duduknya, ya bergerak ke dalam rumah dan langsung dapur untuk membuat kopi. Eko asik makan martabak yang enak. Kopi jadi, ya di bawa Budi ke depan rumah. Gelas yang berisi kopi di taruh di meja dan berkata Budi "Kopinya Eko!", ya Budi duduk dengan baik lah.

"Iya," kata Eko.

Eko yang telah menghabiskan kue martabak, ya sepotong sih. Eko pun mengambil gelas berisi kopi, ya meminum dengan baik kopi itu.

"Rasa jatuh cinta itu menyenangkan," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Emangnya Budi sedang jatuh cinta, ya ngomongnya begitu?!" kata Eko.

"Sebenarnya sih. Aku abis menyanyi dengan judul lagu 'Jatuh Cinta'.....," kata Budi.

"Ooooo lagu toh. Memang sih rasa jatuh cinta itu menyenangkan," kata Eko.

"Cowok dan cewek kedudukannya sama kan urusan jatuh cinta, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Iyalah urusan jatuh cinta sama aja kedudukan antara cowok dan cewek," kata Eko.

Budi mengambil kue martabak, ya sepotong di kotak di meja, ya di makanlah martabak. 

"Jatuh cinta antara cowok dan cewek, ya di jalankan dengan baik. Komitmen terjadi, ya menikahlah," kata Eko.

"Menikah. Berita di Tv yang lagi heboh sih menikah sirih," kata Budi.

Budi menghabiskan kue martabak, ya sepotong. Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik.

"Nama juga berita. Nikah sirih. Apalagi yang di beritakan tentang pernikahan artis, ya heboh sejagat rayalah," kata Eko yang menghiperbolakan omongannya.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kalau sudah keputusan menikah, ya di jalankan dengan penuh tanggungjawab, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Iyalah. Tanggungjawablah apa yang telah di putuskan dengan baik. Menikah!!!!" kata Eko.

"Sayangnya aku belum mendapatkan cewek yang tepat untuk di ajak menikah," kata Budi.

"Berdoa dan usaha yang baik, ya saran aku si Budi!" kata Eko.

"Aku paham itu Eko," kata Budi.

"Aku yang sudah punya kekasih hati, ya Purnama. Ya ada sih ingin menikahin Purnama, ya agar hubungan ku resmi, ya halal gitu. Masalahnya aku lagi nabung sih, ya biaya nikah lumayan besar juga sih. Nama juga kerja dengan ijazah SMA. Gaji pun kecil sih. Takutnya aku tidak bisa membuat Purnama bahagia," kata Eko.

"Sama aja dengan aku. Kerja dengan ijazah SMA, ya gaji kecil sih. Tetap bersyukur dengan baiklah," kata Budi.

"Omongan orang tentang aku dan Purnama, ya pacaran. Hal biasa sih. Ujian dari apa yang aku jalankan sama dengan Purnama. Yang terpenting sih orang tua tahu, ya hubungan aku dan Purnama masih di jalan yang baik, ya tidak pelanggaran sih. Ada cerita tentang orang pacaran yang melakukan hubungan suami istri sembunyi-sembunyi sih," kata Eko.

"Maka itu. Pacaran banyak di larang sama orang tua yang pemahaman ilmu agama yang paham banget gitu, ya karena hubungan pacarannya terlalu jauh sampai hubungan suami istri sih," kata Budi.

"Nafsu di gedein sih tanpa berpikir pake logika," kata Eko.

"Memang sih. Kebanyakan berpikirnya pake nafsu kalau urusan begituan tanpa berpikir dengan logika," kata Budi.

"Semua dasarnya pergaulan," kata Eko.

"Memang pergaulan semuanya," kata Budi.

"Main catur saja Budi!" kata Eko.

"Ok..main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas meja.

"Eko. Ada niat melakukan nikah sirih?!" kata Budi.

"Tidak ada niat melakukan nikah sirih," kata Eko.

Eko dan Budi main catur dengan baik.

JUJUR

Budi duduk di depan rumahnya sedang main gitar dan menyanyi, ya menikmati kopi sih.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Jujur' :

Oh, ho-oh, hu-uh
Hu-uh, hu-uh
Hu-uh, hu-uh
Duhai kekasih pujaan hatiku
Dapatkah kau memberiku satu arti?
Sedikit rasa yang bisa kumengerti
Bukan sumpah atau janji
Buktikanlah bila kau ada cinta
Setulus hatimu bisa menerima
Sebatas kejujuran yang kau miliki
Bukan sekedar bersama
Jujurlah padaku bila kau tak lagi cinta
Tinggalkankah aku bila tak mungkin bersama
Jauhi diriku, lupakanlah aku
No-uh-oh, yeah, oh-oh
Jujurlah padaku bila kau tak lagi suka
Tinggalkanlah aku bila tak mungkin bersama
Jauhi diriku, lupakanlah aku
Selamanya
Ho-oh
Buktikanlah bila kau ada cinta
Setulus hatimu bisa menerima
Sebatas kejujuran yang kau miliki
Bukan sekedar bersama
Hu-uh, hu-hu-hu
Hu, hu-hu-hu
Ha-ah, ha-ah, ha-ah
Jujurlah padaku bila kau tak lagi cinta
Tinggalkankah aku bila tak mungkin bersama
Jauhi diriku, lupakanlah aku
Oh, yeah, yeah, yeah
Jujurlah padaku bila kau tak lagi suka
Tinggalkanlah aku bila tak mungkin bersama
Jauhi diriku, lupakanlah aku
Selamanya
Ho-oh, ho-wo-wo
Ho-ah, selamanya
Wo-wo-ho, wo-wo-ho
Ho-ah, selamanya

***

Budi selesai menyanyikan lagu dan main gitar. Eko memang dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumahnya Budi. Eko duduk dan menaruh plastik di meja, ya makan gitu. 

"Budi cilor," kata Eko.

Eko, ya asik makan cilor yang enak gitu. Budi mengambil platik di meja, ya makan gitu dan berkata "Cilor. Makan yang di beli Eko.

"Enak Budi Cilor," kata Eko, ya sambil makan.

Gitar di taruh di samping kursi sama Budi dan makan cilor lah.

"Enak cilor ini," kata Budi.

Budi pun beranjak dari duduknya, ya ke dalam rumah langsung ke dapur untuk membuat kopi. Eko, ya dengan santai makan cilor yang enak gitu. Kopi yang di buat Budi, ya jadi sih dan di bawa ke depan rumah. Budi pun menaruh gelas berisi kopi di meja dan berkata "Kopi Eko!"

"Iya Budi," kata Eko.

Budi dengan duduk santai menikmati makan cilor yang enak banget. Eko mengambil gelas di meja, ya kopi segera di minum Eko sih.

"Kopi yang enak," kata Eko.

Eko manaruh gelas yang berisi kopi di meja.

"Eko," kata Budi, ya sambil menikmati makan cilor sih.

"Apa Budi?!" kata Eko, ya asik makan cilor sih.

"Gimana tanggapan Eko dengan orang yang sakit, ya hampir mendekati kematian sih?!" kata Budi.

"Nama juga manusia hidup di muka bumi ini. Waktunya ujian sakit, ya di jalanin, ya di usahakan untuk sembuh sih. Kalau parah sakitnya sampai meninggal, ya aku sih tidak bisa ngomong apa-apa? Kan aku lulusan SMA, ya mana tahu tentang ilmu kedokteran yang lebih jauh. Lulusan Universitas lebih paham tentang penyakit ini dan itu yang dapat menyebabkan kematian pada orang yang sakit," kata Eko.

"Aku juga sama lulusan SMA," kata Budi.

"Waktunya sehat, ya di nikmati sebaik mungkin, ya seperti kita ini....menikmati makan cilor. Murah meriah, ya terjangkau dengan kantong ku," kata Eko.

"Sehat di nikmati dengan baik," kata Budi.

"Jangan-jangan dari berita di Tv, ya Budi?!" kata Eko.

"Memang sih berita di Tv!" kata Budi.

"Semoga orang sakit, ya di berikan kesembuhan dan dapat menikmati hidup ini lagi," kata Eko.

"Amin!!!" kata Budi.

"Kok di aminin?!" kata Eko.

"Omongan Eko tadi itu, ya bentuk doa untuk orang yang sakit agar cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat menikmati hidup seperti kita ini lah," kata Budi.

"Amin!!!" kata Eko.

"Emmmm. Eko!!!" kata Budi.

"Ya begitulah aku," kata Eko.

"Kadang cewek itu tidak bisa jujur dengan perasaannya, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Memang sih. Kadang cewek itu tidak bisa jujur dengan perasaannya. Antara suka dan tidak. Bimbanglah," kata Eko.

"Ketakutan kalau perasaan sukanya itu, ya bisa saja bertepuk sebelah tangan," kata Budi.

"Bisa di bilang begitu sih," kata Eko.

Eko dan Budi, ya menghambiskan cilornya dengan baik, ya plastiknya di buang ke tempat sampah yang ada tutupnya. Eko dan Budi mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minumnya dengan baik kopi.

"Kalau tidak suka, ya lebih baik bilang tidak suka. Jujur gitu," kata Budi.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Eko, ya menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Memang sih kalau tidak suka bilang tidak suka. Dengan jujur sih. Tetap saja ada rasa kecewa, ya harapan tidak sesuai dengan kenyataan...sampai sakit hati kalau cinta di tolak sama cewek," kata Eko.

"Ya kedudukannya tetap sama aja, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Memang sih. Sama aja. Antara cowok dan cewek kalau urusan cinta!" kata Eko.

"Ya sudahlah. Lebih baik kita main catur saja!" kata Budi.

"Ok!!!" kata Eko.

Budi telah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di meja. Budi dan Eko menyusun bidak catur dengan baik. Keduanya, ya main catur dengan baiklah.

Sunday, September 26, 2021

REALITANYA

Eko di rumahnya, ya tepatnya di ruang tamu sih. Eko sedang melihat ikan cupangnya di akuarium sih.

"Ikan cupang ini terlihat indah warnanya karena aku merawatnya dengan baik," kata Eko.

Eko terus melihat dengan baik ikan cupangnya di akuarium dan juga di beri makan sih. Budi ke rumah Eko dengan mengendarai motornya. Sampai di rumah Eko, ya motor di parkir dengan baik di halaman depan rumah Eko. Eko memang tahu Budi dateng, ya di suruh masuk rumah. Budi pun masuk rumah Eko dan melihat ulah Eko yang sedang asik melihat ikan cupang di akuarium, ya Budi ikutan juga.

"Ikan cupangnya bagus...Eko, ya warnanya," kata Budi.

"Iya," kata Eko.

"Kalau di adu dengan ikan cupang tipe yang lain yang rumbai-rumbainya pendek, ya ikan cupang ini yang rumbai-rumbai panjang, ya akan hancur kan Eko?!" kata Budi.

"Kalau di adu memang ikan cupang ku hancurlah, rumbai-rumbai yang cantik ini," kata Eko.

"Jadi ikan cupang ini jadi ikan hias saja, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Iya. Jadi ikan hias, ya ikan cupang ku. Hoby," kata Eko.

"Hoby...Eko memelihara ikan cupang, ya trennya sih karena berita di Tv mempromosikan ikan cupang dengan baik sih," kata Budi.

"Populer ikan cupang," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Budi pun duduk, ya begitu juga dengan Eko. 

"Kenapa orang pergi kota Jakarta, masuk ke Tv di Jakarta...jadi artis gitu. Padahal ada Tv lokal di Bandar Lampung, ya kan sama saja bisa jadi artis juga?!" kata Budi.

"Kalau itu sih Budi aku tidak tahulah. Lulusan SMA, ya mana tahu kenapa orang lebih memilih ke kota Jakarta dan masuk Tv , ya jadi artis dari pada di kota Bandar Lampung juga ada Tv lokal?!" kata Eko.

"Memang sih lulusan SMA pemahaman keilmuannya kurang," kata Budi.

"Hasil dari penilaian aku sih. Ya orang yang jadi artis di Tv kota Jakarta....populer sih. Kalau di Tv lokal, ya gimana ya ngomongnya, ya takut tersinggung bila ada yang mendengarnya sih," kata Eko.

"Padahal orang yang kerja di Tv lokal Bandar Lampung kan sama aja ilmunya dengan Tv di Jakarta," kata Budi.

"Lulusan SMA. Cuma bisa tebak-tebakan saja. Beda dengan lulusan Universitas, ya meneliti ini dan itu, ya jadi tahu deh ini dan itu," kata Eko.

"Yang terpenting kan aku dan Eko, ya kerja. Walau gajinya kecil, ya di syukurin aja sih," kata Budi.

"Nama juga ikut orang. Mau sih membangun usaha, ya harus ada modal dan juga menejemen dalam pengelolaan usaha dengan baik, ya agar tidak gagal dalam menjalankan usaha," kata Eko.

"Modal bisa di usahakan sih. Ilmu menejemen pengolahan usaha dengan baik ini lah, ya aku dan Eko kurang memahaminya. Lulusan SMA," kata Budi.

"Kalau kita belajar dari Abdul yang berani buat usaha, ya jualan kelontongan dengan nyewa tempat di pasar, ya bisa sih," kata Eko.

"Spekulasi Abdul tinggi. Berani gitu dalam membangun usaha. Kata Abdul sih  "Berhasil, ya berhasil. Gagal, ya gagal. Nama juga usaha."......" kata Budi.

"Abdul menjalankan usahanya dengan penuh tanggungjawab dengan baik, jadi bisa bertahan dalam keadaan apa pun, ya kata berita yang ini dan itu...ekonomi gitu," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

"Ngopi nggak Budi?!" kata Eko.

"bolelah," kata Budi.

Eko ke dapur untuk membuat kopi. Budi santai di ruang tamu sambil membaca koran gitu. Ya beberapa saat sih kopi jadi, ya jadi dua gelas sih. Eko membawa kopi dengan baik ke ruang tamu dan di taruhlah kopi di meja dengan baik.

"Kopinya Budi!" kata Eko.

Budi berhenti baca koran dan di taruh di meja koran.

"Kopi," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja dan segera di minum dengan baik. Eko minum kopi juga lah. 

"Enak kopi," kata Budi.

"Enak...gratis kan Budi?!" kata Eko, ya becandaannya Eko.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Iyalah gratis," kata Budi, ya mengikuti becandaan Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kalau ingin keja jadi pegawai negeri, ya harus ikut ujian jadi pegawai negeri kan Eko?!" kata Budi.

"Iya sih. Harus ikut ujian pegawai negeri. Kalau lolos ujian pegawai negeri, ya langsung kerja jadi pegawai negeri sesuai dengan jenis pekerjaan yang di pilih sih," kata Eko.

"Kalau gagal dalam ujian pegawai negeri. Jalan yang sering di omongin orang, ya lewat orang dalem. Ya bisa di bilang sih honor ini dan itu. Bisa di kota Bandar Lampung, ya bisa di daerah lainnya, ya masih wilayan propinsi Lampung sih," kata Budi.

"Kebiasaan di kota Bandar Lampung sih. Itu cerita benar apa tidak, ya cuma obrolan di masyarakat saja," kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

"Eko main catur saja Budi!" kata Eko.

"Ok," kata Budi.

Eko telah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur dengan baik di papan catur. Keduanya main catur dengan baik banget.

BENTUK KRITIKAN

Budi  duduk di depan rumah, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan. Budi pun main gitar dan menyanyikan lagu.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Manusia Bodoh' :

Dahulu terasa indah
Tak ingin lupakan
Bermesraan s'lalu jadi
Satu kenangan manis
Tiada yang salah
Hanya aku, manusia bodoh
Yang biarkan semua
Ini permainkanku berulang-ulang kali
Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang dihempas sang ombak
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir
Tak ayal tingkah lakumu
Buatku putus asa
Kadang akal sehat ini
Tak cukup membendungnya
Hanya kepedihan
Yang s'lalu datang menertawakanku
Dia belahan jiwa
Tega menari indah di atas tangisanku
Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang dihempas sang ombak
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir
Tapi sampai kapankah
Ku harus menanggungnya?
Kutukan cinta ini
Semua kisah pasti ada akhir
Yang harus dilalui
Begitu juga akhir kisah ini
Yakin ku indah
Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang dihempas sang ombak
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir
Tapi sampai kapankah
Ku harus menanggungnya?
Kutukan cinta ini
Bersemayam dalam kalbu

***

Eko, ya ke rumah Budi. Sampai di rumah Budi segera memakirkan motornya dengan baik. Budi selesai menyanyikan lagu dan main gitarnya. Eko sudah duduk dengan baik.

"Eko habis dari mana?!" kata Budi.

"Aku abis jalan sama Purnama sih, ya tapi?!" kata Eko.

"Tapinya kenapa kok?!" kata Budi.

"Purnama ngajak adiknya sih," kata Eko.

"Jadi naik motor bertiga dong, ya kaya cabe-cabean, tapi enak sih yang di bonceng cewek," kata Budi.

"Ya enggaklah. Purnama bawa motor sendiri, ya bonceng adiknya. Aku, ya bawa motor sendiri," kata Eko.

"Ya kalau gitukan tidak praktis itumah. Coba nyewa mobil, ya tiga orang di satu kendaraan lebih baikkan," kata Budi.

"Nyewa mobil. Ah tidak terpikir sampe sana," kata Eko.

"Yang penting acara jalan bareng sama Purnama berjalan dengan baik kan Eko?!" kata Budi.

"Memang berjalan dengan baik. Ya tetap menjalankan protokol kesehatan sih, ya demi kebaikan bersama gitu," kata Eko.

"Masih menanggulangi pandemi covid-19, ya jadinya mengikuti protokol kesehatan dengan baik. Semua demi kebaikkan bersama," kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Oooo Budi ngomongin tentang urusan pemerintahan. Boleh apa enggak?!" kata Eko.

"Memangnya ceritanya penting banget, ya kok?!" kata Budi.

"Penting enggak penting yang terpenting kan cerita sih," kata Eko.

"Kalau begitu cerita saja!" kata Budi.

"Aku harus pikir dua kali untuk bercerita," kata Eko.

"Kenapa kok Eko?!" kata Budi.

"Jangan-jangan ada tukang nguping di sini. Obrolan kita di catet dan di beritahukan sama RT lagi," kata Eko.

"Sampai segitunya Eko," kata Budi.

"RT kan ada kaitan dengan pemimpin di kota ini. Bisa di bilang anak buahnya pemimpin kota ini, ya untuk kemenangan pemimpin kota ini pada pemilu yang kemarin," kata Eko.

"Memang sih RT-nya termasuk tim sukses kemenangan sih," kata Budi.

"Aku ini lulusan SMA, ya obrolan tentang pemerintahan sekedar obrolan saja. Jadi tidak terlalu penting banget. Tapi bisa saja obrolan menjadi bentuk kritikan," kata Eko.

"Sama dengan aku lulusan SMA. Memang sih kalau ngomong urusan pemerintahan, ya bisa bentuk kritikan sih. Yang di keritikan bisa menerima atau tidak ya?!" kata Budi.

"Kritikan itu bisa di terima atau tidak?!" kata Eko.

"Padahal di Tv. Keritikan pada pemimpin di bolehkan, ya harus sesuai dengan etika sih. Pendidikan Universitas," kata Budi.

"Tv memang urusan pendidikan tinggi, ya Universitas. Mereka yang di Tv lebih mampu, ya lebih baik mengkritik urusan pemerintahan ini dan itu...sesuai dengan keilmuannya," kata Eko.

"Sudah lah Eko, ya kita ini lulusan SMA. Lebih baik tidak usah membicarakan urusan pemirintahan!" kata Budi.

"Memang lebih baik tidak membicarakan urusan pemerintahan. Karena kita cuma lulusan SMA!" kata Eko.

"Main catur saja!" kata Budi.

"Oke," kata Eko.

Eko meminggirkan gelas kopi dan piring yang ada gorengan. Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Sedang Budi menaruh gitar di dalam rumah, ya di meja tamu dan segera ke dapur untuk membuat kopi. Eko menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Budi selesai membuat kopi, ya di bawa ke depan rumah. Budi menaruh kopi di meja dan berkata "Kopinya Eko!"

"Iya," kata Eko.

Budi duduk dengan baik. Eko mengambil gelas kopi di meja dan di minum dengan baik kopi.

"Kita mulai main caturnya!" kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Ok!!" kata Eko.

Eko dan Budi main catur dengan baik banget.

Saturday, September 25, 2021

STRATEGI CEWEK

Hari minggu di kediaman Eko, ya masih di daerah Pahoman, ya wilayahnya kota Bandar Lampung sih. Abdul dateng ke rumah Eko, ya niatnya mainlah. Jadinya Eko dan Abdul main catur sambil minum kopi dan makan gorenganlah.

"Eko gimana hubungan mu dengan Purnama?!" kata Abdul, ya sambil memajukan pion caturnya.

"Ya hubungan aku dan Purnama baiklah," kata Eko, ya sambil memajukan pion caturnya dengan baik.

"Baik toh," kata Abdul, ya sambil memajukan pion caturnya.

Abdul dan Eko terus main catur dengan baik banget. Budi dengan membawa motornya dengan baik, ya ke rumah Eko lah. Singkat waktu sampai di rumah Eko, ya Budi memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumah Eko. Budi pun duduk.

"Ada Abdul. Kalian bedua lagi asik main catur," kata Budi.

"Iya," kata Abdul dan Eko bersamaan.

"Eko temanin aku!" kata Budi.

Setelah memajukan langkah kuda, ya Eko berkata "Mau di temanin kemana?" 

Abdul masih berpikir dengan baik untuk melangkahkan bidak caturnya.

"Biasa aku dapet kenalan cewek, ya di temanin ke rumah cewek lah," kata Eko.

"Cewek lagi," kata Eko.

Abdul memajukan langkah peluncurnya dengan baik dan berkata "Urusan Budi, ya cewek lagi."

"Sebenarnya aku mau menemani Budi ke rumah cewek. Tapi?!" kata Eko.

Eko memajukan langkah pion caturnya.

"Tapi kenapa Eko?!" kata Abdul memotong omongan Eko yang sedang berpikir sih.

Abdul memajukan langkah pion caturnya.

"Ada cerita sih tentang menemani Budi ke tempat cewek," kata Eko.

Eko dengan menggunakan kudanya memakan pion caturnya Abdul.

"Apa ceritanya?" kata Abdul.

Abdul memajukan langkah kudanya dengan baik.

"Padahal cerita itu tidak penting lah," kata Budi.

"Ceritanya sih. Mau ke rumah cewek yang di kenal Budi, ya sampai nyasar sih. Di kejar anjing lagi. Dan juga pulangnya kemalaman lagi, ya tetap nyasar juga ke tempat kuburan. Ya ketemu dengan hantu lagi. Pokoknya pengalaman yang benar sial," kata Eko.

Eko memajukan langkah peluncurnya.

"Cerita itu tidak penting," kata Budi.

"Ooooo begitu toh. Sial toh urusan dengan cewek yang di kenal Budi. Atau sebenarnya ada strategi cewek untuk dekat dengan cowok," kata Abdul.

Abdul dengan menggunakan peluncurnya, ya memakan pionnya Eko.

"Strategi cewek untuk dekat dengan cowok," kata Budi.

"Ya memang ada lah Budi. Cerita di kota Bandar Lampung ini. Cewek yang jomlo mengatur strategi untuk dekat dengan cowok," kata Eko. 

Eko memajukan langkah pionnya.

"Cowok mengatur strategi untuk dekat dengan cewek, ya agar jadian gitu. Ternyata cewek juga mengatur strategi agar dekat dengan cowok, ya jadian," kata Budi.

"Cewek zaman sekarang. Pada akhirnya kan jadian sama cowok, ya cepat menikah. Dengan sifat cewek yang malu-malu, tapi sebenarnya mau itulah rencana cewek, ya tegasnya strategi cewek," kata Abdul.

Abdul memajukan langkah kudanya.

"Ternyata cewek pinter ya," kata Budi.

"Cewek pinterkan di didik dengan baik sama orang tua dan juga guru di sekolah, ya sampai kuliahlah," kata Eko.

Dengan peluncurnya, ya Eko memakan pionnya Abdul.

"Memang sih aku akui. Cewek pinter. Maka itu susah di dapatkan. Jadi aku terus berkenalan dengan cewek lainnya. Kalau gagal lagi. Apa aku minta bantuan sama dukun saja ya?!" kata Budi.

"Masa urusan cewek sampai pake dukun," kata Abdul.

"Kalau terbentur di tolak cewek, ya pelariannya ke dukun gitu," kata Budi.

Abdul memajukan langkah pionnya.

"Dukun itu tidak penting. Jalan masih banyak. Sebenarnya sih. Aku sudah kenalkan dengan cewek temannya Purnama. Budinya malah tidak mau. Malah nyari cewek sesuai dengan seleranya Budi. Cewek yang cantik seperti putri raja. Anak orang kaya yang cantik dan kaya di sukai. Susah mendapatkannya. Budi kan dari keluarga, ya di bilang miskin juga enggak sih, ya sederhanalah," kata Eko.

Eko dengan kudanya memakan pion Abdul.

"Jadi selera Budi toh. Budi. Budi. Nyari cewek yang cantik dan juga kaya. Derajatnya beda dengan Budi. Padahal, ya Budi. Kan banyak cerita cewek cantik dari keluarga miskin, ya gak miskin amat sih, ya sederhana lah di nikahin sama cowok orang kaya," kata Abdul.

Abdul memajukan langkah sternya.

"Cowok kaya mendapatkan cewek cantik dari keluarga miskin. Memang sih cerita ada," kata Budi.

"Seperti cerita dongeng," kata Eko.

Eko memajukan langkah sternya.

"Saran ku sih Budi. Lebih baik sih Budi. Mengikuti cara Eko mendapatkan cewek!" kata Abdul.

Dengan peluncur, Abdul memakan pionnya Eko.

"Memang cara Eko mendapatkan Purnama seperti apa?" kata Budi.

"Ya dengan cara menjalankan ibadah dengan baik. Eeee tak di sangka dan tak di duga, ternyata cewek yang jadi jodoh ku adalah Purnama, ya tetangga aku sih," kata Eko.

Eko dengan ster memakan bentengnya Abdul dan berkata "Skak"

Abdul melihat dengan baik langkah caturnya Eko, ya ternyata Abdul kalah permainan dengan Eko, ya sampai Eko berkata "Skak".

"Aku mati langkah," kata Abdul.

"Saran Abdul dan Eko, ya aku terimalah. Dengan menjalankan ibadah dengan baik, ya jodoh pasti datang pada ku. Mendapatkan cewek sesuai dengan keinginan ku. Kan banyak cerita, ya berhasil mendapatkan jodohnya dengan ibadah dengan baik, ya seperti orang tua ku dan juga orang tua Eko dan Abdul. Dari pada dateng ke tempat dukun," kata Budi.

Abdul masih berpikir dengan baik sih untuk menjalankan bidak caturnya. Ternyata Eko tetap mematikan langkahnya bidaknya Abdul. Permainan catur di menangkan Eko. 

"Aku kalah," kata Abdul.

"Main kartu remi aja!" kata Budi.

"Ok," kata Abdul.

"Ok," kata Eko.

Eko beranjak dari duduknya, ya ke dapur lah Eko untuk membuatkan kopi di dapur. Abdul membereskan catur dengan baik. Budi telah mengambil kartu remi di bawah meja dan di kocok dengan baik. Papan catur di taruh di bawah meja. Eko selesai membuat kopi di dapur, ya kopi di bawa ke depan rumah. Eko pun menaruh kopi di meja dan berkata "Kopinya Budi!"

"Iya," kata Budi.

Budi telah membagikan kartu remi dengan baik. Ketiga main kartu remi dengan baik, ya sambil makan gorengan dan minum kopilah. Permainan kartu remi yang di mainkan ketiganya, ya cangkulan lah.

Friday, September 24, 2021

ADA YANG DISIPLIN ADA YANG TIDAK

Budi duduk di depan rumahnya sambil main gitar dan bernyanyi.

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Mungkinkah' :

Tetes air mata basahi pipimu
Di saat kita 'kan berpisah
Terucapkan janji padamu kasihku
Takkan kulupakan dirimu
Begitu beratnya kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang
Mungkinkah kita 'kan selalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
'Tuk melepaskan semua kerinduanku
Lambaian tanganmu iringi langkahku
Terbersit tanya di hatiku
Akankah dirimu 'kan tetap milikku
Saat kembali di pelukanku
Mungkinkah kita 'kan selalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
'Tuk melepaskan semua kerinduanku
O-oh
Begitu beratnya kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang
Mungkinkah kita 'kan selalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
'Tuk melepaskan semua kerinduanku
Kau kusayang, selalu kujaga
Takkan kulepas selamanya
Hilangkanlah keraguanmu
Pada diriku
Di saat

Kujauh darimu

***

Budi selesai menyanyikan lagu dan main gitar. Eko dateng ke rumah Budi, ya segera memarkirkan  motornya dengan baik. Eko duduk dengan baik.

"Dari mana Eko?!" kata Budi.

"Dari urusan dengan Purnama. Baru deh aku kesini!" kata Eko.

Eko melihat ada roti di piring, ya di meja sih.

"Budi. Rotinya!" kata Eko.

"Makan aja Eko," kata Budi.

Budi menaruh gitar di samping kursi dan beranjak dari duduknya, ya bergerak ke dalam rumah langsung ke dapur untuk membuat kopi. Eko sudah mengambil roti di piring dan di makan dengan baik roti itu. Budi selesai membuat kopi, ya di bawa ke depan rumah. Budi menaruh kopi di meja dan berkata "Kopinya Eko!" 

"Emmm," kata Eko masih asik makan Roti.

Plastik pembungkus roti yang ada di meja, ya di ambil Budi dan di buang tong sampah yang ada tutupnyalah.

"Rajin amat Budi," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum kopinya dengan baik.

"Ya harus rajinlah urusan sampah. Dari pada orang-orang yang buang sampah sembarangan, ya sampahnya jadinya sarang penyakit," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Sampah itu tempat sarang penyakit dan menyebabkan masalah karena menyumbat aliran air, ya jadi aliran air mampet dan banjir deh," kata Eko.

"Apalagi...Kota Bandar Lampung ini, ya ikut dalam penanggulangan pandemi covid-19. Ya tujuannya masyarakat harus disiplin segala-segalanya. Agar masyarakat sehat," kata Budi.

"Tetap saja ada yang buang sampah sembarangan secara diam-diam di wilayah lahan orang lain," kata Eko.

"Memang ada itu Eko?!" kata Budi.

"Adalah Budi. Orang kaya, ya rumahnya kan di bangun sebagus mungkin untuk menunjukkan kesombongan orang kaya, ya punya gitu. Tapi urusan sampah saja, ya di buang di pekarangan orang lain, ya bisa di bilang lahan kosong. Orang kaya itu pemalas urusan buang sampah. Apalagi kalau orang kaya itu orang pemerintahan, ya tidak sesuai dengan pekerjaannya sebagai pegawai negeri di pemerintahan kota Bandar Lampung dan juga agama islam lagi, ya malu-maluin dengan status agama islam yang di jalanin dan di yakini itu," kata Eko.

"Jangan-jangan orang itu menggunakan sifat pi' il orang Lampung," kata Budi.

"Mungkin sih. Padahal orang Lampung yang sadar, ya telah di buang sih sifat pi'il mereka semua karena mereka tinggal di ruang lingkup banyak suku lain tinggal di Lampung," kata Eko.

"Masih aja sifat egois di jalankan," kata Budi.

"Mau gimana lagi. Kutukan dari nenek moyang," kata Eko.

"Di daerah lain. Masalah sampah, ya masih ada sih. Karena susah mendidik manusia. Bahwa sampah yang di buang sembarang tempat, ya jadi sarangnya penyakit," kata Budi.

"Sekarang ini penyakit berkembang jadi seperti ini karena ulah siapa?!" kata Eko.

"Manusia itu sendiri, ya tidak disiplin segala-galanya," kata Budi.

"Orang lain yang berbuat dengan cara kebodohan menciptakan penyakit berkembang di sana sini. Orang lain yang imun tubuhnya lemah kena deh penyakit," kata Eko.

"Yang sadar seperti aku, ya menjalankan kedisiplinan dengan baik demi kebaikkan bersama," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Main catur saja Eko!" kata Budi.

"Ok main catur!" kata Eko.

Eko meminggirkan gelas berisi kopi, piring ada rotinya dan juga gelas berisi kopi punya Budi. Budi, ya mengambil papan catur di meja dan papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko menyusun bidak catur dengan baik di papan catur dan segera main catur dengan baik.

CAMPUR ADUK

JEFF, WHO LIVES AT HOME

Malam hari, ya bintang berkelap-kelip di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus....FTV di chenel AllPlay Ent, ya seperti bia...

CAMPUR ADUK