CAMPUR ADUK

Thursday, October 31, 2019

OH TUHAN KU CINTA DIA

Pagi yang cerah sekali. Doni ke rumah Sinta. Ya seperti biasa Doni jemput Sinta karena perjanjian yang di sepakatin Doni dengan Sinta harus jemput setiap hari satu bulan penuh karena Doni kalah main game mobile legends. Doni yang cinta sama Sinta ya mengikuti peraturan yang di sepakatin bersama. Doni sampai juga di rumah Sinta. 

Sedangkan Sinta sudah di depan gerbang rumah dengan wajah yang cembetut.

"Lama banget," kata Sinta yang ketus.

"Maaf..... Maaf..... telat. Karena macet di jalan," kata Doni membela dirinya.

"Alasan saja. Males jemput!" kata Sinta.

"Waduh kok ngomongnya gitu. Udahlah naik ke motor. Jangan banyak omongan lagi. Tambah runyem," kata Doni.

"Iya. Aku naik," kata Sinta.

Sinta naik motornya Doni. Segera Doni membawa motornya dengan baik menuju tempat kuliah. Saat Doni mau belok ternyata ada mobil yang menabrak motornya. Sontak Doni dan Sinta terpental dari motornya dan jatuh di pinggir jalan. Mobil yang menabrak motor Doni langsung di hadang oleh semua warga masyarakat yang agar si penabrak tidak kabur dan di bawa ke kantor polisi karena harus bertanggungjawab membuat celaka orang. Doni dan Sinta di bawa ke rumah sakit menggunakan ambulan agar di berikan pertolongan secepatnya untuk menyelamatkan hidup mereka berdua.

Sampai di rumah sakit. Doni dan Sinta di usahakan oleh orang-orang yang bekerja di rumah sakit. Sinta pun meninggal dunia. Doni terselamatkan, tapi koma selama berbulan-bulan. Ketika Doni sadar dari keadannya, yang diingat pertama kali adalah Sinta. Ibu Doni memberitahukan keadaan Sinta yang sebenarnya sama Doni "Sinta telah lama meninggal nak."

Doni pun terpukul banget kehilangan orang yang cintainya. Doni pun ingin sekali ke makamnya Sinta. Ayah dan Ibu mengantarkan Doni ke tempat makamnya Sinta. Doni menangis sedih di kuburan Sinta sampai berkata "Aku bodoh tidak bisa menjaga dengan baik. Karena itu aku kehilangan kamu untuk selamanya."

Ayah dan Ibu berusaha menenangkan Doni karena keadaannya yang bersedih karena kehilangan Sinta. Ayah dan Ibu pun bersama Doni pun meninggalkan tempat tersebut. Doni terus berusaha mengikhlaskan kepergian Sinta untuk selamanya. Waktu berjalan dengan semestinya. Doni bisa melupakan Sinta, cintanya. Sampai suatu ketika Doni sedang berjalan-jalan sedang membuat vidio tentang dirinya. Tak sengaja melihat gadis cantik yang parasnya mirip dengan Sinta. Gadis yang di lihat Doni sedang duduk di taman, jadi Doni berusaha mendekati gadis itu.

Ternyata sang gadis marah karena diikuti Doni, maka secepat kilat Doni langsung langkah seribu. Sampai di rumah Doni memastikan gambar yang ia ambil pake kameranya. Dilihat dengan seksama gambar di kameranya.

"Benar-benar mirip Sinta," kata Doni.

Doni pun merasa senang dan punya harapan baru. Maka esoknya Doni mencari tahu gadis yang di temui di taman. Doni berhasil mendapatkan alamat rumah gadis tersebut dan namanya lewat nanya warga sekitar komplek perumahan. Gadis tersebut bernama "Ega". Doni pun tahu bahwa Ega masih berkuliah dan juga ada seseorang yang menyukai Ega dan hendak menikahi Ega dan orang itu bernama Rafli, ya masih teman kuliah Ega juga.

Doni pun menetapkan hatinya untuk mendapatkan Ega sebelum janur kuning melengkung. Doni pun meminta bantuan teman-teman baiknya Kasno dan Angga untuk bisa dekat dengan Ega. Usaha Doni terus menerus gagal mendekati Ega, karena saran Kasno dan Angga tidak ada manfaatnya. Maka itu Doni pun mendekati temannya Ega yang paling dekat Putri. Cara tercepat untuk bisa berteman dengan Putri adalah ketidak sengajaan bertemu dan akhirnya berteman. Putri gampang bergaul dengan siapa pun akhirnya Doni berteman dengan baik dengan Putri. Doni pun mulai ingin membicarakan tentang Ega ke Putri, tapi semuanya jadi salah perhitungan dengan baik. Putri menganggap bahwa Doni menyukai dirinya. Doni pun berusaha untuk menyakini Putri bahwa dirinya hanya ingin berteman saja. Putri pun mengerti sekali, maka itu mengabaikan urusan perasaan tersebut dan menjalin perteman yang baik sama Doni.

Putri pun membantu Doni untuk dekat dengan Ega, tapi di tolak Ega karena Doni pernah mengikuti Ega saat pertemuan di taman. Doni meminta maaf dan menjelaskan duduk persalahannya. Ega pun memaafkan Doni yang salah duka tentang siapa Doni? Maka itu terjalinlah perteman yang baik Ega dan Doni.

Rafli merasa ada yang aneh dengan Doni, maka penuh kecurigaanlah semua tentang hubungan perteman Ega dan Doni. Rafli pun menyuruh orang yang di bayarnya untuk mencari tahu tentang Doni sebenarnya. Rafli mendapatkan data kenyataan lewat orang bayarannya bahwa sebenarnya niat Doni ingin mendapatkan Ega. 

Rafli membawa orang bayarannya untuk bertemu dengan Doni. Saat pertemuan di tengah jalan Doni dan teman-temannya di hadang. Omongan Rafli pun mulai menyelekit banget ke Doni dan di kaitkan ke Ega. Doni masih sabar menghadapi Rafli, tapi pada akhirnya perkelahian tidak terelakkan. Untung saat itu Ega dateng ke tempat perkelahian antara Rafli dan Doni karena di kasih tahu oleh Putri.

Ega pun kecewa melihat pertarungan antara Rafli dan Doni karena dirinya, maka itu Ega pun meminta putus dengan Rafli dan juga tidak ingin lagi menjalin perteman dengan Doni lagi. Ega langsung pergi dari tempat tersebut bersama Putri. Rafli pun menyesal karena memilih jalan bertarung dengan Doni yang pada akhirnya putus hubungannya dengan Ega. Padahal Rafli sudah siap untuk melamar Ega. Rafli pun pergi bersama orang bayarannya meninggalkan tempat tersebut.

Doni pun pupus harapan dengan Ega, maka itu meninggalkan tempat tersebut bersama teman-temannya. Waktu berjalan seperti alur yang sebenarnya. Doni terus menjalankan kehidupannya seperti biasa sampai pertemuan tidak sengaja dengan Ega. Tetap seperti biasa Ega berusaha menjauh dari Doni. Rasa bersalah pada diri Doni menghantuinya dan akhirnya memutuskan untuk bicara dengan Ega untuk minta maaf. Doni berhasil mendapatkan maaf dari Ega dan menyatakan kebenarannya bahwa sebenarnya "Aku cinta kamu Ega".

Ega tidak terkejut dengan pernyataan Doni yang mencintai Ega karena Putri telah banyak cerita tentang motif Doni dan juga Rafli pun telah menjelaskan juga motifnya Doni juga. Padahal Ega telah memaafkan Rafli jadinya hubungan terjalin lagi dan segera akan terjadi pernikahan. Doni pun sangat terkejut mendengar bahwa Ega mau menikah dengan Rafli dan berkata "Aku Ikhlas kamu bersama Rafli. Aku kalah".

Setelah pertemuan tersebut Doni tidak bertemu dengan Ega lagi karena Doni menyibukkan urusan kuliahnya sampai meningkatkan prestasinya. 2 tahun berlalu. Doni tetap biasa bermain dengan akrabnya Kasno dan Angga. Walau terkadang masih belum bisa melupakan tentang Ega terkadang dalam hatinya terus berkata "Oh Tuhan ku cinta dia".

Sampai pertemuan antara Doni dan Ega di sebuah Mall. Doni pun mengajak bicara duluan ke Ega layaknya sebagai teman yang baik. Tapi saat itu Ega membawa seorang bayi di gendonganya. Doni pikirannya bahwa Ega telah menikah dan punya anak dari Rafli. Setelah berbincang-bincang dengan baik Doni pun salah terka ke Ega. Ternyata Ega belum menikah. Urusannya dengan  Rafli kandas di tengah jalan karena ketahuan Rafli selingkuh, maka itu Ega tidak jadi menikah. Doni senang mendengar cerita Ega tersebut. Anak yang di gendong Ega adalah ponakannya. Doni pun mulai menyatakan perasaannya ke Ega "Aku cinta kamu".

Ega pun menerima cinta Doni dengan baik. Setelah itu Doni pun terus melanjutkan hubungannya dengan Ega sampai lulus kuliah dan bekerjalah Doni. Baru deh Doni segera menikahi Ega agar hubungan penuh di ridhoin orang tua dan orang banyak. 

Wednesday, October 30, 2019

DAYANG RINDU

Di negeri Tanjung Iran, tersebutlah Seorang puteri nan ayu parasnya. Konon ia berparas bidadari dengan tubuh selembut sutera dan kulit kuning purnama. Dayang Rindu namanya.

Keelokan paras Dayang Rindu tersebar bersama angin ke seluruh penjuru negeri dan tak luput ke negeri tetangga. Pangeran Riya seorang penguasa kerajaan Palembang salah satunya.

"Tentunya kau telah mendengar kabar dari Tanjung iran. Ceritakan Kepadaku ihwal tentang Dayang Rindu, Kriya Niru adikku!" kata Pangeran Riya di paseban kerajaan Palembang.

"Tak ada tanding di negeri manapun, pangeran, Senyumnya bak bunga merekah, kulitnya seputih pelepah pisang basah, rambutnya mengkilat selembut sutera terurai bagai Gelombang, wajahnya bak purnama sebulan."

Mendengar cerita itu Pangeran Riya terbayang-bayang terus wajah Dayang Rindu. Ia sering tercenung dan melamun. Berbulan-bulan Pangeran Riya menahan asmara, merindu cinta, makan terasa tak makan, tidur serasa tak tidur, Sementara waktu terus berjalan, Dayang Rindu terus membayang. Karena tak lagi bisa menahan, diutusnya, rombongan kerajaan Palembang untuk meminang Dayang Rindu. Rombongan berangkat dengan kapal dengon dipimpin oleh Ki Bayi Metik dan tumenggung Itam dan Kriya Niru menuju Tanjung Iran.

Kapal melintas samudera melewati pulau Bangka, Kratas, dan Teladas ke negeri Kota Agung diarahkan. Kapal besar yang memiliki perlengkapan peran itu membawa banyak perhiasan dan busaha untuk dipersembahkan bagi Dayang Rindu.

Setelah mendarat ketiga orang bangsawan besar dari Palembang itu menghilir untuk melamar Dayang Rindu. Mereka di sambut oleh Kriya Carang dan Wayang Semu Puteri Dayang Rindu.

"......Ada maksud apa gerangan bangsawan Palembang datang ke negeri Tanjung Iran....? tanya Wayang Semu.

".....Kami membawa bermacam persembahan, 70 helai kulit macan, dengan sirih dan tembakau, gambir dan pinang, seperti uang, emas, dan perak, seperti kain kuning, 25 peti pertama bergambar bunga kencana dan pusaka keris mulia, dengan maksud hendak meminang putrimu si Dayang Rindu...." jelas Tumenggung Itam.

"......Tumenggung Itam, maaf beribu maaf. Apa guna emas dan intan jika putriku tak dapat kuberikan. Ia sudah bertunangan dengan Ki Bayi Radin, anak Batin Pasak di Rambang."

".....Apa yang bisa kita perbuat jika pulang tidak dengan Dayang Rindu. Alangkah malunya kita kepada Pangeran Riya!" ucap Ki Bayi Metik setelah berbisik pada Tumenggung Itam.

"......Baiklah, Ki Bayi Metik adikku, juga kau Wayang Semu. Sebagai ksatria kami tidak akan mundur untuk membawa Dayang Rindu ke tanah Palembang. Jadi mari kita berperang, kalau saja aku tidak pulang ke Palembang dengan Dayang Rindu, lebih baik tulangku pulang dibawa gagak, darahku di bawa arus, mudik ke Palembang!"

Kriya Carang dan Wayang Semu tak dapat memilih. Mereka sangat gelisah. Yang mereka hadapi bukan pasukan kecil tetapi pasukan kerajaan yang tiada tanding. Semetara di kamarnya Dayang Rindu yang sudah mendengar berita tentang mendaratnya kapal besar dari Palembang dan maksud tujuannya meminta pegawainya memanggil Ki Bayi Radin. Sesampainya Ki Bayi Radin menemukan duka di wajah putri jelita itu. Mereka saling berpegangan tangan dan diam. Duduk berhadapan.

".....Ki Bayi Radin, kekasihku, Tetaplah kau di Tanjung Iran carilah gadis cantik lain olehmu. Aku akan berangkat ke Palembang."

".....Jodohku hanya kamu, Dayang Rindu!

"......Kalaupun aku jauh aku akan senantiasa mengenangmu" sahut Dayang Rindu......Dayang Rindu melepaskan tangan Ki Bayi Radin dan menyuruhnya pergi. Sementara ditinggalkan, Dayang Rindu menangis sendirian.

Di tengah malam yang gulita, pergilah Dayang Rindu ke kapal diiringi dua orang dayang ia tak menginginkan perang terjadi maka ia merelakan dirinya untuk di bawa ke Palembang. Tetapi semua di luar dugaan sang puteri. Dari kapal Ki Bayi Metik berteriak-teriak sesumbar setelah memperoleh Dayang Rindu tanda perlawanan. Penyerahan diri Dayang Rindu ke rombongan kerajaan Palembang mengagetkan seluruh negeri. Maka terjadilah pertempuran yang tak dapat lapi dielakkan. Pasukan Palembang yang bersenjata meriam, tombak dan bedil menggerus tanah Tanjung Iran dalam sekejap. Kriya Carang, Wayang Semu ayah puteri dan Ki Bayi Radin gugur dalam perang.

Sementara angin sayup menyentuh wajah sang puteri, ia menatap wajah sang kekasihnya jatuh lunglai mencium bumi untuk terakhir kali.

Sesampainya di negeri Palembang bertemulah Dayang Rindu dengan Pangeran Riya. Berkali-kali Dayang Rindu di bujuk tak juga ia takluk. Belum lagi sehari Dayang Rindu sampai kerajaan Palembang sudah diserbu oleh rombongan Singa Ralang, paman sang puteri, saat perang itulah Dayang Rindu mati karena tikaman yang tidak diketahui datangnya dari mana. Ia pergi dengan damai di bawa angin kembali ke Tanjung Iran bertemu dengan kekasihnya Ki Bayi Radin, diawan.

Karya : Dyah Indra Mertarirana

AIR SUNGAI SEKAMPUNG RASA MANIS

Asal mula mengapa Way Sekampung disebut Batang Hari Sekampung, mulanya merupakan kekuasaan Raja Gegasiy atau Raksasa yang berkedudukan di Srikulow. Oleh si Raja Gegasiy, siapa saja yang akan mengambil air sungai Sekampung itu diharuskan membayar seringgit satu gayung. Sedangkan air di tempat lain tidak seberapa adanya. Karena itu Tuan Agus Wirow Kencana yang mempunyai anak buah (rakyat dan keturunannya)yang telah banyak tersebar di mana-mana, memerlukan air untuk keperluan sehari-hari yaitu untuk minum, mandi dan lain-lain mendapat larangan dari si  Raja Gegasiy atau harus membayar dengan harga yang sangat Mahal seringgit segayung merasa perlu untuk bertindak. Agus Wirow Kencana berpendapat, jika si Raja Gegasiy tidak ditaklukkan maka akan mengakibatkan malapetaka bagi dia dan rakyat/keturunannya yang ada di Srikulow (dekat Asahan Kecamatan Jabung sekarang).

Untuk membunuh si Raja Raksasa ini, Agus Wirow Kencana mengandalkan sebilah keris yang diberi nama "Sekian Duo Jariy". Dinamakan demikian karena keris itu dimanapun saja dititipkan maka ujung keris itu akan berlebih dua jari.

Agus Wirow Kencanapun berangkatlah mencari Raja Gegasiy. Langkah pertama Agus Wirow Kencana menuju Pelangan (kampung Peniangan sekarang), Setibanya di Peniangan, Agus Wirow Kencana menyelidiki, dengan jalan mendengarkan dan dari orang setempat di mana si Raja Raksasa sering berjalan-jalan Ternyata Raja Gegasiy tidak akan disitu. Dan di sinilah sebabnya kampung tersebut dinamakan PENIANGAN yang berarti, pendengaran. Para mulanya kampung ini juga dinamakan LUWENGAN. Luweng sama dengan Tieng yaitu berarti mendengarkan atau mengamat-amati sesuatu.

Dari Luwengan atau Peniangan ini, Agus Wirow Kencana karena tidak menjumpai si Raja Raksasa,maka beliau meneruskan perjalanannya ke Jabung sekarang ini. Setelah sampai di tempat ini, beliau memeriksa kerisnya, kalau-kalau ada kerusakan atau kekurangannya. Ternyata ini memang benar ada kerusakannya, yaitu gagang keris ini menjadi longgar, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk berperang atau berkelahi, apalagi untuk melawan musuh seperti Raja Raksasa ini. Di tempat inilah Agus Wirow Kencana memperbaiki gagang keringnya yang longgar itu, dan melihatnya sebangsa tali. Perbuatan meliliti gagang keris dengan sebangsa tali khusus inilah yang namakan "Jabung" (di Jabung berarti mengikat gagang keris). Dari perbuatan Agus Wirow Kencana inilah, maka sekitar daerah ini dinamakan daerah JABUNG sampai sekarang ini.

Setelah istilah sejenak, maka Agus Wirow Kencana melanjutkan perjalanan ke arah muara sungai Sekampung. Beliau tiba di suatu tempat yaitu tempat si Raja Raksasa tinggal.

Sebelum beliau mendatangi rumah Raja Raksasa, beliau sesekali lagi mempersiapkan diri dan memeriksa senjatanya. Maskipun saja yang akan menjadi lawan berperang nanti di daerah dan rakyatnya. Berarti orang ini adalah seorang. Yang kuat dan menpunyai ilmu tinggi. Sekali lagi Agus Wirow Kencana memeriksa senjatanya yaitu kerisnya tadi. Gagangnya sudah kuat. Tetapi beliau melihat ujung kerisnya kurang tajam. Agus Wirow Kencana memang membawa asahan atau batu untuk mempertajam senjata tajam. Maka keris Agus Wirow Kencana diasahnya sampai tajam ujungnya sampai beliau yakinjika ujung keris tersebut ditikamkan pada barang apapun pasti akan luka dan tembus olehnya. Karena daerah ini merupakan tempat Agus Wirow Kencana mengasah kerisnya. Maka diberi nama ASAHAN sampai sekarang ini. Daerah Asahan ini terletak di sebeh Tenggara Jabung atau di sebelah muara Way Sekampung dari Jabung. Rumah Raja Raksasa terletak di tengah-tengah kampung Asahan, sehingga Agus Wirow Kencana tidak sulit mendatanginya.

Pada waktu Agus Wirow Kencana mendatangi rumah Raja Raksasa, kebetulan si Raja Raksasa ini sedang ada di rumahnya. Beliau tidak berpergian. Kemana-mana seperti biasanya. Melihat kedatangan Agus Wirow Kencana, maka Raja Raksasa menjadi sangat marah dan sangat murka, karena beliau memang mengetahui bahwa rencana dan keputusannya tentang larangan mengambil air Way Sekampung bagi yang bukan rakyatnya sendiri, akan mendapat tantangan dan perlawanan dari pihak lain, terutama dari pihak Agus Wirow Kencana. Dengan kemarahannya yang meluap-luap. Raja Raksasa berteriak dengan nyaring, memberikan tantangan kepada Agus Wirow Kencana.

"Siapa saja yang merasa gagah berani, silahkan kemari. Saya memang selalu mencari lawan yang tangguh".

Raja Raksasa mempunyai sebuah tameng atau perisai. Perisai ini berbentuk bundar dengan garis, menengah kurang lebih senti meter dan tebalnya kira-kira 15 cm, dan terbuat dari kayu jati.

Mendengar tantangan Raja Raksasa, Agus Wirow Kencana tidak memberikan reaksi atau komentar apa-apa. Beliau hanya diam saja dengan sikap mental yang tangguh, siap menanti datangnya serangab dari Raja Raksasa yang tampaknya sudah beringas. Memang tepat sikap Agus Wirow Kencana. Raja Raksasa dengan tiba-tiba melompat dari atas rumahnya (karena rumahnya panggung), langsung menyerang Agus Wirow Kencana, dan menekannya. Dengan tameng atau perisai tadi sekuat tenaganya, maksudnya jika badan Agus Wirow Kencana di tekan dengan perisai itu, akan terjepit di tanah dan badannya akan remuk.

Pada saat itu juga, kebetulan tanah tempat Agus Wirow Kencana berpijak jadi longsor dan badan Agus Wirow Kencana, masuk ke dalam tanah. Karena itu beliau tidak merasakan sakit apa-apa, bahkan beliau sempat memutarkan kerisnya, sehingga tepat mengarah ke badan Raja Raksasa yang terlindungi oleh perisainya. Ujung keris mengenai perisai Raja Raksasa. Perisai ini tembus dan langsung mengenai badan Raja Raksasa sehingga tembus sampai kebagian belakangnya oleh keris Agus Wirow Kencana. Ujung keris ini tampaknya tersembul menembus badan Raja Raksasa  sepanjang dua jari tangan. Si Raja Raksasa mati seketika.

Mati oleh tikaman keris Agus Wirow Kencana yang bemama Sekilan Dua Jari. Agus Wirow kencana merasa puas dan kemudian kembali kekampungnya, memberitahukan kepada rakyatnya, bahwa Raja Raksasa, maka rakyat yang ada di kamipung itu menjadi gempar dan takut. Di antara mereka tidak ada yang berani melawan  Agus Wirow Kencana untuk membela Rajanya. Semuanya hanya berdiam dan kesimak melihat peristiwa singkat yang baru saja berlalu, tetapi merupakan peristinya besar. Karena tidak ada di antara mereka yang sanggup menegakkan kembali kekuasaan si Raja Raksasa, maka larangan untuk mengambil air Way Sekampung pun dihapuskan. Semua orang yang berdiam di sekitar Way Sekampung bebas mengambil dan menggunakan air itu untuk keperluan apapun, baik untuk mandi, minum, untuk mencuci pakaian dan sebagainya. Sekarang tidak ada lagi satu kekuasaan pun yang dapat merintangi orang yang mau mengambil atau mempergunakan air Way Sekampung itu.

Demikian juga rasa air Way Sekampung, yang tadinya ada dua macam rasa yaitu manis dan tawar, sekarang tidak lagi demikian. Semua air yang mengalir dalam sungai Sekampung telah telah terasa tawar seluruhnya seperti air sungai biasa lainnya. Mengalirnya pun yang semula sebelah sungai terasa tawar dan mengalir ke hilir atau ke muara, dan yang sebelah sungai lagi mengalirnya ke hulu dengan rasa manis, sekarang setelah matinya Raja Raksasa, seluruh air sungai Sekampung telah mengalir ke muara atau ke laut Jawa.

Pada masa sekarang ini, sungai Sekampung, yaitu di sekitar daerah Jabung atau Kecamatan Jabung sekarang, terbagi menjadi dua bagian, yaitu Marga Sekampung Ilir dan Marga Sekampung Udik. Pembagian marga ini adalah hasil dari pemerintah kolonial Belanda dengan pimpinan marga adalah Pesirah. Yang termasuk daerah Marga Sekampung Ilir adalah mulai Kampung Batubadak sampai kampung Gunung Sugih Kecil, sedangkan. Yang termasuk Marga Sekampung Udik adalah mulai dari kampung Batu badak sampai kampung Tubo. Menurut ketentuan pada zaman Belanda, Marga Sekampung Ilir berkedudukan di Asahan dan Marga Sekampung Udik berkedudukan  di kampung Gunung Rayo.

Monday, October 28, 2019

HARI INI

Malam hari yang tenang. Indro nonton Tv dengan asik banget. 

"Lo hari ini sumpah pemuda toh," kata Indro  yang kaget melihat tontonannya di Tv. 

Indro beranjak dari tempat duduk menuju ke tempat di mana kalender di pajang di dinding.

"Wah bener hari ini hari sumpah pemuda. Saya lupa. Banyak urusan sih," celoteh Indro.

Indro pun kembali ke tempat duduknya untuk melanjutkan tontonannya. Dono baru pulang dari urusannya dan masuk rumah.

"Asalamualaikum," salam Dono.

"Waalaikumsalam," jawab Indro.

Dono langsung ke ruang tengah dan duduk bersama Indro.

"Lelahnya hari ini," kata Dono.

"Don. Hari ini hari sumpah pemuda," kata Indro.

"Kalau hari ini sumpah pemuda kenapa?" kata Dono.

"Ya...cuma ngasih tahu aja. Acara Tv-nya kaitan hari sumpah pemuda," kata Indro.

"Ya biarin aja acara Tvnya merayakan sumpah pemuda. Tapi saya lagi berduka. Ada keluarga jauh meninggal dunia," cerita Dono.

"Inalilahiwainalilahirojiun," kata Indro dengan penuh terkejut.

Dono pun beranjak dari tempat duduk menuju kamarnya. Lalu Indro memanggil Dono "Don....jenazahnya sudah di kubur belum?"

Dono berhenti di depan pintu kamarnya dan berkata pada Indro "Besok...Indro. Meninggalnya di rumah sakit. Hari sudah malem. Ya sekarang sih udah di rumah sudah di urus jenazahnya dengan baik sama keluarga."

"Oh...begitu," saut Indro.

Dono pun masuk kamarnya untuk beres-beres diri. Indro asik lagi nonton Tv. Ketika acara yang di tonton habis, segera Indro mengganti chenel Tv dengan remotnya. Seperti biasa Indro mencari acara menghibur dirinya. Indro menetapkan acara Tv yang di tontonnya yaitu sinetron. Santailah Indro menonton Tv. Dono yang sudah beres dengan berbenah diri, lalu ke dapur untuk membuat teh anget.

Setelah itu Dono langsung menuju ke ruang tengah untuk menonton Tv sambil minum teh.

"Don. Kasino belum pulang kemana?" tanya Indro.

"Kasino. Katanya masih ada urusan dengan Selfi. Biasa urusan anak muda. Mengisi hari sumpah pemuda dengan nilai baik yaitu cinta kasih," kata Dono.

"Kok mengisi hari sumpah pemuda dengan cinta kasih. Harusnya berjuang terus dengan cara mengisinya dengan prestasi gitu!" kata Indro.

"Ya..ampun Indro. Kita ini gak sekolah lagi. Mau prestasi apa? Orang kita ini mengisinya dengan nilai kerja dan kerja memenuhi kebutuhan ekonomi. Tujuannya pun berhasil untuk diri sendiri dan keluarga. Kalau rezeki lebih membaginya dengan orang lain. Sama aja nilainya cinta kasih juga," penjelasan Dono.

"Kalau di pikir dengan baik. Bener juga cinta kasih. Mengisi hari sumpah pemuda dengan hal-hal yang nilainya kebaikan. Pada akhirnya semua orang merasakan kebaikan itu juga. Jadi saya bangga jadi Bangsa Indonesia," kata Indro.

"Ya udahlah jangan di bahas lagi. Nonton acara Tvnya!" kata Dono.

"Iya," saut Indro.

Dono dan Indro asik menonton acara Tv. Kasino pun selesai juga urusan kencan dengan Selfi. Setelah mengantar Selfi pulang ke rumahnya. Kasino segera pulang ke rumah. Di tengah jalan Kasino membeli makan seperti biasa martabak sekaligus jus buah. Setelah itu langsung Kasino ke rumah dengan membawa martabak dan jus buah. Selang berapa saat sampai di rumah.

Kasino masuk rumah tak lupa mengucap salam "Asalamualaikum".

"Waalaikumsalam," jawab Dono dan Indro.

Kasino langsung ke ruang tengah dan menaruh pelastik berisi martabak dan jus di meja.

"Don dan Indro silakan makan dan minuman yang saya beli jalan!" kata Kasino.

"Iya," saut Dono dan Indro bersamaan.

Kasino pun langsung ke kamarnya untuk beres-beres diri. Indro seperti biasa urusan makan dan minuman enak cepet banget. Dono yang asik minum teh anget, jadi tidak minum jusnya. Tapi kalau martabaknya, ya seperti biasa Dono rebutan sama Indro kaya cah cilik aja. Dono dan Indro menikmati nonton Tv sambil makan dan minum.

Kasino pun selesai dari beres-beres diri langsung duduk bersama Dono dan Indro di ruang tengah untuk menonton Tv.

"Kasino gimana urusan kamu dengan Selfi?" tanya Indro yang ingin tahu aja.

"Urusan saya lancar-lancar saja," jawab Kasino.

"Kalau urusan sumpah pemuda hari ini?" tanya Indro.

"Hari ini sumpah pemuda toh. Saya lupa. Banyak urusannya.Tapi, saya mengisi hari ini dengan nilai kebaikan saja sudah cukupkan," kata Kasino.

"Mengisi sumpah pemuda dengan nilai kebaikan ya...sudah gak masalah lagi. Tapi nilai kebaikan yang kamu jalani hari ini apa?" tanya Indro.

"Berbagi kebersamaan dengan anak-anak muridnya Selfi yang di ajarnya. Nama juga anak SD," kata Kasino.

"Itu sih mengisi hari sumpah pemuda dengan nilai kebaikan yang baik banget. Mengajarkan anak-anak untuk punya semangat dan memahami arti dari nilai sumpah pemuda itu," kata Indro.

"Iya, seperti itu adanya," kata Kasino.

"Jadi tetap cinta kasih kan," kata Dono yang menegaskan.

"Iya. Benar kamu Don. Cinta kasih," saut Indro.

"Kalau di pikir baik-baik. Bener cinta kasih," saut Kasino.

"Ya sudah jangan di bahas lagi. Nonton Tv aja!" kata Dono

"Iya!" saut Kasino dan Indro bersamaan.

Dono, Kasino dan Indro asik menonton Tv yang acaranya sinetron hari ini.

Sunday, October 27, 2019

CUMA CERITA AJA

Malam hari di kediaman Bono. Toni dan Bono sibuk bakar jagung di halaman depan rumah. 
"Bono mana Jack?" tanya Toni.

"Paling masih ada urusan dengan Ibu mertuanya yang cerewet," kata Bono.

"Lagian dapet Ibu mertua yang cerewet merepotkan baget. Di suruh ini dan itu harus cepat dan juga beres semua apa yang di perintahkannya!. Oh iya Bono, gimana urusan tentang masalah Juli yang berkaitan urusan tentang masalah tanah sengketa. Kabarnya suratnya di palsu-in oleh Abang Juli, untuk di buat usaha rental mobil," kata Toni.

"Masalah itu mah kacau banget. Rumah Juli di bakar oleh pihak suruhan orang yang masih urusan dengan lahan seketa yang di mainkan Abangnya," cerita Bono.

"Kacau deh daerah Lampung kalau permainan lahan seketa di mainkan oleh yang punya tanah dengan memalsukan surat demi mencari keuntungan dengan cara apapun," kata Toni.

"Ya ilah. Cara tercepat dapet uang caranya itu. Namanya juga mafia tanah. Jaminannya sertifikat tanah. Padahal Abang Juli itu lagi bangun rumah yang besar banget di kawasan perumahan elit. Ya sekarang di sih di sita lah sama pihak berkepentingan," kata Bono.

"Ya nama juga ingin cepet jadi orang kaya. Di Lampung itu di nilai dari keberhasilan," kata Toni.

"Cara tercepat kaya di Lampung...kan main tanah. Jual ini jual itu. Kaya Toha, jual warisan demi bertahan hidup di kota Lampung. Saat Toha merantau ke kota lain. Ngomongnya sih berhasil kerja ini dan itu, tapi kok jual rumah orang tua. Saat saya cek ke tempat Toha. Ternyata hidupnya pas-pasan alias masih ngontrak lagi. Emang kerja di perusahaan. Jual rumah warisan orang tua demi bayar hutang puluhan tahun demi menghidupkan anak. Kadang gak abis pikir anak banyak bikin repot, gak ada anak malah minta anak. Harta habis pun gara-gara menghidupkan anak ya...Toha itu salah satunya yang berlagak jadi orang kaya," cerita Bono.

"Itu sih sama dengan Yanti. Lagaknya kaya orang kaya. Ternyata orang miskin juga. Numpang di tanah sengketa lagi. Ibunya pandai mengambil hati orang demi utang di sana sini. Dan juga cuci baju aja gak mau. Nyuruh orang, biasanya lagaknya kaya orang kaya. Mau dianggap orang kaya," cerita Toni.

"Kalau itu sih saya tahu. Yanti sekarang ini janda. Orang suaminya Yanti begajulan....memperkosa anak gadis orang. Ya jadinya bertanggung jawablah, jadi Yanti di cerai. Yanti depresi gitu menghadapi kenyataan hidupnya kalau suaminya orang berengsek. Sekarang suaminya Yanti sih...kabarnya tinggal Lampung Barat dan Yanti tinggal di kota Bandar Lampung," tambahan cerita Bono.

"Di bilang kasihan juga. Gimana ya?!" kata Toni berpikir.

"Jangan kasihan sama Yanti!" kata Bono yang tegas.

"Kenapa?" tanya Toni.

"Saya mau nolongnya Yanti. Eeee mau dapetin hati saya. Karena saya sadar, jadi saya menjauh dari motifnya Yanti janda anak dua," kata Bono.

"Bukannya anak Yanti satu," kata Toni.

"Dua. Yang satu itu anaknya lahir karena kecelakaan. Yang merawat Ibunya. Dalam surat akte keluarga anak Yanti itu jadi anak Ibunya. Tujuannya menutupi aib keluarga yang di buat Yanti," cerita kebenaran Bono.

"Wah memang kacau," saut Toni.

"Emang kacau. Orang Ibunya Yanti itu termasuk juga mafia tanah. Di Lampung ini mafia tanah banyak. Kalau di selusurin satu persatu yang main sertifikat tanah, lebih banyak orang miskin dan orang Lampung asli. Jadi kebiasaannya untuk menutupinya itu "Pi'il". Ngaku punya tanah ini dan itu sama semua tetangga. Padahal orang miskin," kata Bono.

"Padahal yang punya tanah di kota Lampung berusaha tidak menjual tanahnya, karena hidup nanti tambah susah," saut Toni.

"Ya iyalah tambah susah. Contohnya si Agus. Bapaknya meninggal. Rumah mau di jual karena hidup, jadi susah karena banyak anak belum jadi orang alias belum pada kerja," kata Bono.

"Bener-bener susah...hidup di kota Lampung. Banyak masalah, karena banyak pencuri bersembunyi di lingkungan Lampung. Sampe sekarang, ketangkap enggak pencurinya. Pada akhirnya di ikhlaskan saja," kata Toni.

"Kaya temen kita Budi. Kecurian di rumahnya. Sudah di laporkan polisi. Sampe sekarang ketangkap aja engak pencurinya. Hidup di Lampung bener-bener kompleks," kata Bono.

"Maka itu. Randa itu merantau ke kota lain. Karena hidup di kota Lampung....susah payah," kata Toni.

Bono dan Toni telah banyak bakar jagungnya dan segera menyantapnya. Jack pun dateng ke rumah Bono. Ya seperti biasa Jack langsung makan jagung bakar bersama Bono dan Toni sambil menikmati malam.

Saturday, October 26, 2019

CUMA CERITA

Dono sedang asik duduk di ruang tamu sambil mengetik di leptopnya. Indro yang baru selesai masak langsung membawa makan yang ia buat ke ruang tamu dan makan pun di taruh di meja.

"Makan goreng ubinya Don!" kata Indro.

"Iya," Dono sambil mengetik.
Selang berapa saat ketikan Dono selesai. Indro ingin membaca tulisan Dono.

"Don kenapa kamu memasukkan nama Andika Kangen Band di tulisan blog kamu?" tanya Indro.

"Karena...eee...karena saya bertemu dengan teman masa kecilnya Andika. Saat itu ia lagi nonton You tobe Andika dengan Anji, yang terkenal syair lagunya "Oh Tuhan ku cintai dia", Indro."

 "Iya saya kenal artis itu. Tapi siapa nama orang itu yang kenal Andika?" kata Indro.

"Rahasia. Setiap tulisan harus banyak rahasia. Kan tujuannya hanya nilai senang-senang aja. Kalau tulisan ini bener gak apa-apa atau sebaliknya gak bener pun gak apa-apa," kata Dono.

"Cuma seneng-seneng. Kalau cerita yang di kaitan dengan urusan pemerintahan yang kaitannya KKN...gimana?"  tanya Indro.

"Sebenarnya itu ada benernya. Tapi gak perlu di cerita in sedetel mungkin. Cuma teka-teki saja," penjelasan Dono.

"Ya sudah lah. Lebih baik saya nonton Tv," kata Indro. 

Indro pun beranjak dari tempat duduknya bersama Dono langsung ke ruang tengah untuk nonton Tv. Dono asik makan gorengan ubi buatan Indro yang enak. Dono pun telah makan gorengan ubi sampe tiga, lalu bergerak ke kamar untuk menaruh leptopnya. Terdengar suara azan. Dono pun ke kamar mandi untuk mengambil wudu. Indro pun meninggalkan tontonannya dan segera mengambil wudu di kamar mandi bergantian dengan Dono. Lalu Dono sudah menunggu Indro di kamar untuk sholat berjamaah. Dono jadi imam sholat dan makmumnya Indro.

Sholat berjalan khusuk banget sampai selesai baru doa. Setelah itu. Dono dan Indro kembali nonton Tv yang acaranya tentang musik. Kasino pulang dari urusan kerjaannya dan masuk rumah ya seperti biasa mengucap salam "Asalamualaikum".

"Waalaikumsalam," jawab Dono dan Indro bersamaan.

"Don, Indro ikut saya jalan-jalan. Biasa malam minggu malam yang panjang untuk senang-senang," ajak Kasino.

"Iya, malam minggu. Saya gak ada jadwal ngapel," kata Dono.

"Sama," saut Indro.

"Ayo!" ajak Kasino.

"Iya," jawab Dono dan Indro bersamaan.

Dono, Kasino dan Indro keluar dari rumah langsung pergi jalan-jalan pake mobilnya Kasino menuju tempat-tempat nongkrong anak muda menghabiskan waktu malam mingguan.

BINCANG-BINCANG SAJA (TERIMA KASIH)

Awin lagi asik minum es cendol di pinggir jalan di udara yang panas. Budi pun mendatengin Awin yang sedang asik santai di atas motornya dengan motornya.

"Hay win yantai sendiri!" kata Budi.

"Iya. Capek ngater pelanggan yang order ojek on line saya," kata Awin.

"Oh begitu. Saya juga capek juga nganter pelanggan ojek on line apalagi di tambah cuaca panas di kota Bandar Lampung ini," kata Budi.

Budi pun langsung mendatengi mamang es cendol dan membeli es cendolnya. Ya mamang es cendol seneng jualanya laku keras di udara yang panas. Es pun sudah di gelas pelastik dan di berikan ke pembelinya. Budi segera membayarnya dengan uang pas. Budi kembali ke tempat Awin yang lagi santai.

"Oh iya apa kabarnya Eko dengan usaha jualan makan gitu sampe nyewa ruko yang harga lumayan fantastis bagi kita-kita ini yang lahir dari keadaan kemiskinan?" tanya Budi.

"Bangkrut sih," jawab Awin.

"Kok bisa?" kata Budi.

"Ya...bisalah bangkrut. Ekonomi di kota Bandar Lampungkan pasang surut. Awalnya laris. Eee lama-lama kacau. Bener kata Pak Joko Widodo "Daya belinya masyarakatnya", jadinya Eko usaha yang lain yaitu buat Aplikasi karena di ajarkan temannya Panca. Eee berhasil Aplikasinya sampai gajian gitu....bayarannya Dolar lagi," cerita Awin.

"Berarti perkembangan zaman era ini di bidang teknologi bisa membantu anak muda mendapatkan hasil dan dapat mengatasi persoalan kebangrutan dari usaha yang di jalanin awalnya," kata Budi.

"Dunia ini dunia percepatan. Siapa yang pandai membaca perkembangan teknologi dan informasi maka itu menjadi orang berhasil atau di sebut sukses," kata Eko.

"Sama dengan kita, ya Awin. Menggunakan Aplikasi go jek untuk bisa mendapatkan pelanggan yang ingin memakai jasa ojek kita," kata Budi.

"Iya benar sekali. Jadi kita berterima kasih pada orang yang menciptakan Aplikasi ojek on line. Pada akhirnya bisa mengatasi ekonomi kita," kata Awin.

"Iya, saya berterima kasih karena perkembangan informasi dan teknologi bisa cepat membantu manusia untuk menanggulangi ekonomi seperti kita ini ya....Win," kata Budi.

"Iya," saut Awin.

"Oh iya. Gimana dengan Yunus. Katanya main You tobe?" tanya Budi.

"Kalau Yunus cuma cari rezeki tambahan aja. Ia kan kerjanya guru Matematika," kata Awin.

"Oh....rezeki tambahan toh. Tapi saya ingin tanya tentang KKN yang datanya kamu dapatkan. Bener atau tidak?" kata Budi.

"Kalau itu gak usah di omongin ah. 6 tahun lalu data itu di dapatkan, sekarang sih saya tidak peduli. Urusan pemerintah kota Bandar Lampung ini benar apa gaknya sih gak ikut campur. Yang penting cari hidup yang layak untuk bisa bertahan di kota Bandar Lampung. contohnya Andika Kangen Band, merantau ke kota Jakarta demi hidup. Karena hidup zaman ia tinggal di kota Bandar Lampung ini kan tukang es cendol," cerita Awin.

"Saya tahu tentang Andika. Hidup di kota ini pasang surut air laut. Ada yang berhasil ada juga yang gagal alias bangrut oleh keadaan," kata Budi.

"Udah ngobrolnya saya ada orderan lagi," kata Awin.

"Iya, saya juga," saut Budi.

Awin pun membawa motornya dengan baik menuju pelanggannya. Budi pun sama membawa motornya menuju ke pelanggannya. Dalam hatinya Budi mengucapkan banyak bersyukur karena usahanya hari ini membuahkan hasil bisa mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

Friday, October 25, 2019

BINCANG-BINCANG SAJA

Pagi yang cerah sekali. Dono asik bersantai di rumahnya sambil minum teh anget di ruang tamu sambil baca buku. Indro yang gak ada kerjaan jadi nonton Tv berkenaan dengan berita seputar dari dalam negeri sampai luar negeri. Lalu Indro berajak dari duduknya di ruang tengah ke ruang tamu untuk bicara dengan Dono.

"Don.... gimana PDAM di kota Batam?" tanya Indro.

"Maksud pertanyaan kamu Indro?"  tanya Dono.

"Maksudnya penyaluran air bersihnya. Kalau di sini kan kaya ia kaya enggak jadi positif kering. Padahal tiap bulan di bayar terus tetap saja....air gak keluar juga," penjelasan Indro.

"Oh itu. Kalau di Batam lancar tuh," kata Dono.

"Kok di sana lancar di sini egak ya apa ada kesalahan ya....?" kata Indro yang berpikir.

"Sebenarnya di lihat dari faktor kondisi lingkungan," kata Dono.

"Tapi saat musim hujan tetap saja air krannya keluar kaya iya kaya enggak," kata Indro.

"Mungkin juga ada kesalahan dari PDAM-nya. Tapi ingat namanya rakyat tidak akan menang dengan sistem pemerintahan yang di atur. Percuma untuk protes. Pada akhirnya banyak data kerugian di masyarakat. Walau di dalam sistem kerja pemerintahan ada yang di sebut oknum. Baik itu sengaja atau tidak sengaja dalam merugikan masyarakat kecil yang sebenarnya hanya ingin aman, nyaman dan lancar dalam bentuk sistem apa pun?!" kata Dono yang sedikit mengarah extrim.

"Omongan kamu sih Don. Ada benernya sih. Tapi hanya di bicarakan kita berdua aja. Kalau ketahuan orang-orang nanti jadinya "Iya atau enggaknya lebih tepat bener arau tidak....data ini dan itu keluh kesah di masyarakat karena polemik ini dan itu," kata Indro.

"Kalau data dari pemberitaan yang kamu tonton Indro?" tanya Dono.

"Sama ada tuh di angkat di pemberitaan tentang kekeringan lebih tepatnya penyaluran air bersih ke rumah-rumah alias kering kerontang," kata Indro.

"Kalau begitu sama aja berarti di lihat keadaan lingkungan. Apalagi sekarang musim kemarau lagi tambah kering kerontang," kata Dono.

"Kalau di Batam kemarau gak Don?" tanya Indro.

"Hujan kemarin di Batam," jawab Dono.

"Jadi awan hujannya sudah turun di kota Batam. Kalau di sini masih kemarau. Pohon-pohon daunnya kering sampe ada yang mati lagi," kata Indro.

"Itu berarti bener-bener musim kemarau. Jadi jangan menyulut api di lingkungan nanti bisa penyebab kebakaran. Biasanya dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang biasa menbuang puntung rokok yang masih menyala apinya. Ketika puntung rokok jatuh di tempat semak-semak kering, jadinya timbulnya kebakaran," kata Dono.

"Jadi bener dong. Berita tentang kebakaran hutan, salah satu penyebab kebakarannya karena manusia yang tidak bertanggung jawab," kata Indro.

"Namanya hidup. Di sisi ini ada kebaikan di sisi lain ada keburukan. Sama aja seperti urusan pemerintahan, ada yang mendukung sistem kerja pemerintahan ada yang tidak mendukung dan terakhir netral, maksudnya gak mau ikut-ikutan karena repot dengan urusan kehidupan sehari-hari yang di tuntut ini dan itu," kata Dono.

"Kalau begitu saya mau nonton lagi," kata Indro.

"Iya sana," saut Dono.

Indro kembali ke ruang tengah untuk menonton Tv. Dono pun kembali baca buku di ruang tamu sambil menikmati teh anget. Sampai waktu berganti begitu cepat sekali. Azan dhuzur di kumandangkan. Dono dan Indro berganti pakaian muslim untuk sholat di mesjid dekat rumah.

Wednesday, October 23, 2019

SI TAMBA

Di sebuah hutan tinggal seorang Ibu dengan anaknya. Namanya si Tamba. Si Tamba adalah anak yatim. Ayahnya telah meninggal ketika si kecil Tamba baru berumur satu tahun. Sedang Ibu Tamba hidup dari bercocok tani. Keluarga mereka adalah petani miskin yang musti membuka hutan dulu sebelum berladang karena mereka tidak memiliki ladang untuk bercocok tanam.

Pada suatu hari ketika si Tamba mau makan, Ibunya sedang membuka hutan. 

"Kita harus merembas hutan dulu, Nak! Memotong belukar dan membakarnya," kata Ibunya.

"Kalau mau makan harus membabat dulu," lanjutnya sampai terus melakukan pekerjaannya. Sebelum berladang hutan harus dirembas terlebih dahulu. Ibu Tamba bekerja merembas hutan setiap hari. Sejak matahari baru mengintip di belah timur sampai petang menjemput. Sementara si Tamba dibiarkannya bermain di dalam rumah panggung.

Di tengah hari, setengah selesai merembas hutan, Ibu Tamba menemukan seekor belalang, lalu ditangkapnya. Ia tunjukkan belalang besar berwarna coklat kayu itu pada Tamba yang tengah bermain di rumah.

"Ini Bapakmu, Nak!" kata Ibu Tamba sambil memasukkan. Belalang ke dalam kelambu tidur. Mungkin saja Ibu Tamba sangat merindukan Bapak si Tamba, sejak ia meninggal Ibu Tamba membating tulang sendirian untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua. Lalu, si Tamba ditinggalnya di rumah bersama belalang sementara Ibu Tamba bekerja merembas hutan kembali.

Di rumah, si Tamba yang kelaparan karena belum makan sama sekali sejak mereka sampai di hutan terus memandangi belalang yang ada di dalam kelambu. Kemudian karena tidak tahan ia memegang belalang yang kata Ibunya itu ayahnya sambil meratap, "Ibu, Ibu, belalang kesayanganku ini Ibu, sudah masak digenggaman, alangkah enaknya Ibu, saya lapar, mau rasanya saya makan."

"Sabarlah, Nak. Sekarang kita baru merembas," kata Ibunya. Anak itu diam. Dipeganginya belalang itu. Lalu ia tertidur. Dan selepas siang Ia terbangun dan menangis lagi karena lapar.

"Ibu, Ibu, belalang kesayanganku ini Ibu, sudah masak di genggaman, alangkah enaknya Ibu, saya lapar, mau rasanya saya makan."

"Sabarlah, Nak. Ibu sedang menebang pohon," kata Ibunya. 

Anak itu tertidur lagi dan ketika bangun ia menangis lagi.

"Ibu, Ibu, belalang kesayanganku ini Ibu, sudah masak digenggaman Ibu, saya lapar, mau rasanya saya makan."

"Sabarlah, Nak. Sekarang Ibu baru mengumpulkan bekas tebangan untuk dibakar" Anak itu diam lagi. Belalang itu masih digenggamnya dan ia meratap lagi.

"Ibu, Ibu, belalang kesayanganku ini Ibu, Sudah masak digenggaman, alangkah enaknya Ibu, saya lapar, mau rasanya saya makan."

"Tunggu dulu Nak. Sekarang Ibu baru membakar. Setelah ini Ibu harus, membakar kembali sisa-sisa bakaran. Nah sehabis itu Ibu akan bersihkan sisa-sisa bakaran dan kita bisa mulai meladang." Anak itu bisa tertawa sejenak, tapi setelah itu ia menangis lagi karena lapar.

"Ibu, Ibu, belalang kesayanganku ini Ibu, sudah masak digenggaman, alangkah enaknya Ibu, saya lapar mau rasanya saya makan."

"Tunggu, Nak. Sekarang Ibu sedang melepaskan bibit dari tangkainya. Kita akan memilih bibit yang bagus supaya padi yang tumbuh nantinya subur," kata Ibunya. Diamlah si Tamba. Tapi sebentar kemudian ia menangis lagi. Demikianlah ia menangis terus menerus. Hingga akhirnya Tamba tertidur lagi, tapi karena lapar tidurnya hanya sebentar. Lalu ia meratap lagi. Demikianlah ia menangis terus menerus sambil terus meratap.

"Ibu, Ibu, belalang kesayanganku ini Ibu, sudah masak masak digenggaman, alangkah enaknya Ibu, saya lapar, mau rasanya saya makan." Tamba menangis sejak Ibunya menanam bibit padi menyiangi hingga padi teru berisi. Si Tamba menangis berbulan-bulan. Tak peduli atau petang. Ia terus menangis karena lapar.

Hingga akhirnya, pada suatu sore di antara pepohonan yang daun-daunnya berbunyi karena digesekkan angin, remang-remang suara Tamba masih di dengar Ibunya dari dapur seusai menuai butiran padi, mengangkatnya dari jemuran hingga menumbuknya menjadi beras.

"Ibu, Ibu, belalang kesayanganku ini Ibu, sudah masak digenggaman, alangkah enaknya saya lapar, mau rasanya saya makan."

"Baiklah, Nak," kata Ibunya. "Ini baru diangkat."

"Saya tidur dulu, Ibu."

Maka tidurlah si Tamba. Rupa-rupanya baru mencium nasi yang ditanak Ibunya, si Tamba mabuk. Dan bukannya si Tamba tidur, malahan ia mati karacunan karena mencium bau nasi dengan didera rasa lapar yang sangat setelah hampir empat bulan lamanya. Selesai menanak nasi Tamba membangunkan anaknya untuk disuruh makam. Tapi dijumpainya tubuh si Tamba sudah kaku di ranjang. Maka merataplah Ibu itu.

"Tamba, bangun Tamba. Kamu makan Tamba, bangun!" diperiksanya sekali lagi anaknya. Tubuh Tamba hanya diam saja, bangunlah kamu Tamba. Makanlah, Nak!"

Sayang sekali nasi sudah menjadi bubur. Tamba kecil yang malang. Dengan sedihnya Ibu itu mengubur jenazah anaknya. Jenazah si Tamba dikuburnya di bawah tangga. Mereka berdua sudah sangat bersabar. Hanya untuk bisa makan nasi harus menahan lapar dan bekerja keras dari membuka hutan untuk menjadi ladang hingga menanam bibit padi, menyiangi hingga menunggu butiran padi itu penuh berisi. Tidak hanya itu, belum lagi mengolah beras menjadi nasi. Hanya beberapa jam terlewat si Tamba sudah menyusul Ayahnya.

Pada suatu hari di kuburkan si Tamba tumbuhlah sebatang pohon yang kelak akan dinamai Tembakau. Pohon ini kelak akan bisa diganti bertanam dengan padi. Maka sejak itu si Tamba akan tetap dekat dengan Ibunya dan belalang, Ayahnya.


Karya : Dyah Indra Martarirana

TIGA PANGERAN

Pada zaman dahulu di pulau madura ada sebuah kerajaan yang besar dan makmur. Rakyatnya hidup tenteram dan cukup sandang pangan.Kerajaan itu di pimpin oleh seorang raja yang sudah berusia lanjut,dan sudah waktunya dia mencari pengganti untuk menduduki tahtanya.

Raja itu mempunyai tiga orang putera, dan hal itulah yang membuat sang raja bingung. Karena takut dia akan salah dalam memilih dan menyebabkan permusuhan dan perpecahan di kerajaanya. Tapi ahirnya dia mendapat sebuah ilham untuk membantunya menyelesaikan permasalahan yang dia hadapi.


Maka pada suatu hari,di panggilah ke tiga puteranya untuk menghadap. Lalu sang raja berkata..''Hai anak-anak ku, hari ini kalian bertiga ku panggil menghadap karena suatu hal. Kalian tahu usia ku tak lagi muda, maka aku berniat mengangkat salah satu dari kalian untuk menggantikan ku. Tapi agar adil, aku akan memberi satu pertanyaan yang masing-masing dari kalian harus jawab. Dan dari jawaban yang kalian utarakan aku akan menentukan siapa yang berhak menggantikan ku. Dan ketika aku telah memilih, maka kalian harus rela dan tidak ada dendam yang kalian pendam,'' kata sang raja.

Ketiga pangeran menyanggupi syarat dari raja. Karena mereka yakin, apa yang di putuskan oleh ayahandanya adalah pilihan terbaik. Kemudian sang raja pun berkata lagi "Seperti apa cinta mu pada rakyat mu?''


Anak pertama pun mengangkat tangan dan berkata ''Cinta ku pada rakyat ku sebesar gunung ayahanda,'' Jawabnya dengan mantab.


''Hmm..begitu? Mengapa harus sebesar gunung?'' tanya sang raja lagi.

''Gunung itu besar, tinggi dan kuat mencengkeram tanah. Jadi begitulah wujud cinta ku,yang kuat, besar dan tak tergoyahkan,'' jawab anak pertama dengan mantab.


''Tapi bukankah di pulau madura ini tidak ada gunung? Dari mana kau bisa tahu wujudnya gunung?'' tanya baginda raja lagi.

''Tapi di pulau jawa ada banyak gunung ayahanda,dan hamba mendengar semua hal tentang gunung dari orang-orang yang pernah ke sana,'' kata putra menjelaskan.

''Jadi kau menyimpulkan sesuatu dari kabar orang, padahal kau belum melihatnya sendiri? Lalu bagaimana cara mu berlaku adil pada rakyat mu jika kau mengetahui masalah mereka hanya dari kabar yang kau dengar?'' tanya sang Raja.


Anak pertama terdiam mendengar pertanyaan Raja, dia menyadari letak kesalahanya. Lalu sang raja pun ganti bertanya pada putra ke dua. Dengan mantab dan percaya diri si anak kedua pun menjawab..?.


"Cinta ku kepada rakyat ku seperti bintang di langit ayahanda."


''Sebutkan alasan mu..!!'' pinta Raja.

''Bintang itu indah, berkilau, bertaburan tak terhitung dan berada di langit yang tinggi hingga tak ada yang dapat melampauinya. Bahkan tingginya gunung sekalipun tak dapat mengalahkanya. Keindahan dan gemerlapnya dapat di nikmati setiap manusia yang ada di bumi, begitulah wujud cinta ku ayahanda...seperti bintang, agar semua rakyat ku dapat menikmati indahnya cinta ku," kata anak ke dua menjelaskan.

''Hmm..bagus,niat mu sangat mulia.Tapi..bagaimana mungkin rakyat mu bisa merasakan cinta mu,bisakah kau bersikap adil?'' tanya sang raja.


''Maksud ayahanda?'' tanya anak kedua tak mengerti.


''Begini..bintang itu tinggi,terlalu tinggi hingga tak terjangkau. Lalu..bagaimana kau bisa berlaku adil pada rakyat mu jika untuk menemui mu saja mereka tak bisa..?'' tanya Raja.

Anak ke dua pun terdiam tanpa bisa menjawab.Lalu sang Raja pun ganti melanjutkan bertanya pada si bungsu,anak terahirnya. Raja pun mengutarakan pertanyaan yang sama seperti yang di tanyakan pada ke dua kakaknya.

''Cinta ku pada rakyat ku seperti garam ayahanda......," jawab si bungsu.

''Hmm..kenapa garam? Bukankah garam adalah sesuatu hal yang remeh? Kenapa tak memilih bulan atau matahari yang lebih besar, indah, dan bersinar ?'' tanya Raja.

''Begini ayahanda...setiap hari hamba menghabiskan waktu untuk berkeliling negri dan membaur dengan rakyat, bahkan hamba di ajari membuat garam oleh mereka. Mungkin..garam adalah hal yang sepele dan tak bernilai, tapi garam adalah hal yang di butuhkan oleh semua orang. Karena garam adalah hal yang tak terlalu berharga,hingga membuat semua kalangan bisa mendapatkanya dengan mudah, bahkan jika membelipun, Garam bisa di dapat dengan harga yang cukup murah. Garam ada di manapun, hingga tak terlalu sulit untuk menemukanya," kata si bungsu menjelaskan.

Raja terdiam mendengar penjelasan si bungsu. Setelah lama di tunggu, Raja tetap tak menemukan sangkalan untuk si bungsu. Dan akhirnya Raja memutuskan bahwa si bungsulah yang akan menggantikan tahtanya. Dan kedua kakaknya pun menerima keputusan Raja dengan bijak dan lapang dada......

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK