CAMPUR ADUK

Friday, July 28, 2023

TUMBBAD

Setelah nonton Tv di ruang tengah yang acaranya musik, ya Budi duduk di depan rumahnya sedang menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. 

"Baca buku ah!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Pada tahun 1947, Vinayak Rao memberi tahu putranya yang berusia 14 tahun, Pandurang, tentang Dewi Kemakmuran. Dia adalah simbol emas (kekayaan) dan biji-bijian (makanan) yang tidak terbatas dan bumi adalah rahimnya. Saat alam semesta diciptakan, dia melahirkan 160 juta dewa. Hastar, anak pertamanya dan yang paling dicintainya, rakus akan semua emas dan makanannya. Hastar berhasil mendapatkan emas dari sang dewi tetapi dewa-dewa lain menyerangnya tepat saat dia hendak mendapatkan makanannya. Kemudian, sang dewi menyelamatkannya dengan syarat dia tidak akan pernah bisa disembah dan akan dilupakan oleh sejarah. Selama bertahun-tahun, Hastar tertidur di dalam rahim ibunya. Namun, warga Tumbbad, di mana Hastar telah terperangkap di dalam rahim ibunya, menentang tabu kuno ini dan membangun sebuah kuil yang didedikasikan untuk Hastar. Hal ini menimbulkan kemarahan para dewa dan mereka mengutuk desa tersebut, menyebabkan hujan deras yang tak henti-hentinya.

Pada tahun 1918, di Tumbbad, ibu Vinayak dan nyonya penguasa setempat (dipanggil sebagai Sarkar) menemuinya di rumahnya. Ini termasuk menawarkan layanan seksual kepadanya dengan harapan memperoleh satu koin emas yang disimpan bersama idola Hastar. Sementara itu, di rumah mereka, Vinayak dan adik laki-lakinya Sadashiv khawatir harus memberi makan wanita tua yang mengerikan, nenek moyang Sarkar, yang dirantai di kamar terpisah. Sarkar kemudian meninggal, dan ibunya mengusulkan untuk meninggalkan Tumbbad ke Pune. Vinayak bersikeras untuk menemukan harta karun yang dikabarkan disembunyikan di suatu tempat di mansion. Sadashiv terluka parah setelah jatuh dari pohon, memaksa ibunya untuk meminta bantuannya. Dia memberi tahu Vinayak bahwa dia harus memberi makan neneknya malam itu. Dia juga memperingatkannya bahwa jika wanita tua itu bangun, dia harus memanggil nama "Hastar" untuk membuatnya tidur. Sementara itu, Sadashiv meninggal dalam perjalanan ke dokter.

Sang ibu mengarahkan pengemudi keretanya ke rumah Sarkar di mana dia mengambil koin emas itu. Saat Vinayak mencoba memberinya makan, wanita tua yang mengerikan dan lapar itu menyerang dan membelenggunya untuk memakannya. Vinayak memanggil nama Hastar, menyebabkan dia tertidur. Ibunya kembali, dan keesokan harinya dia dan Vinayak meninggalkan Tumbbad menuju Pune. Dia memaksa Vinayak untuk berjanji tidak akan pernah kembali ke Tumbbad, meskipun dia memprotes untuk tetap tinggal dan mencari harta karun itu.

Lima belas tahun berlalu dan Vinayak tumbuh dewasa. Putus asa untuk keluar dari kehidupannya yang miskin, Vinayak kembali ke Tumbbad. Wanita tua itu, dengan sebatang pohon tumbuh dari tubuhnya, memperingatkannya bahwa dia akan dikutuk menjadi abadi dan berubah menjadi monster seperti dia jika dia menyentuh harta karun yaitu Hastar. Dia menjelaskan bahwa sebuah sumur mengarah ke rahim dewi tempat tinggal Hastar, sebagai imbalan untuk mengakhiri penderitaannya yang berkepanjangan. Vinayak menepati janjinya dan membakarnya, sehingga membunuhnya. Meskipun Hastar mencuri emas sang dewi, dia tidak dapat memperoleh biji-bijiannya. Karena itu, karena lapar selama bertahun-tahun, dia menginginkan tepung. Vinayak secara fisik melatih dirinya untuk naik turun tali panjang dan membuat boneka dari adonan untuk memikat Hastar ke dalam rahim sang dewi. Saat dia terganggu oleh makanannya, Vinayak menggesek cawat Hastar yang berisi emas. Vinayak secara teratur mengulangi prosedur untuk mencuri koin yang jatuh. Dia menawarkan koin emas pertamanya kepada pedagang opium Raghav untuk melunasi hutangnya. Setiap kali membutuhkan lebih banyak uang, Vinayak kembali ke Tumbbad untuk mencuri dari Hastar.

Raghav secara terbuka bertanya-tanya tentang harta karun yang dikabarkan ada di rumah Tumbbad sambil juga mempertanyakan mengapa Vinayak hanya dapat mengambil beberapa koin sekaligus. Vinayak dan istrinya melahirkan putra mereka Pandurang. Ketika Sersan Cooper memberinya hanya dua hari untuk mendapatkan uang, Raghav menjual menantu perempuannya yang menjanda ke Vinayak sebagai simpanan, yang memberi tahu Vinayak tentang rencana Raghav untuk mengunjungi Tumbbad untuk mengambil harta karun dengan imbalan uang. Vinayak kemudian ditampilkan mengikuti Raghav ke rumah Tumbbad di mana dia menipunya untuk turun ke rahim dewi di mana Hastar dengan kejam menyerang Raghav dan mengubahnya menjadi monster, menyatukannya ke dalam dinding rahim. Vinayak membakar Raghav hidup-hidup untuk mengakhiri penderitaannya.

Pada tahun 1947, Vinayak membawa Pandurang ke mansion untuk melatihnya untuk tujuan yang sama dan diberitahu untuk tidak menurunkan boneka adonan. Tapi dia diam-diam membawa boneka adonan dan Hastar tiba-tiba menyerang. Mereka nyaris berhasil melarikan diri dan Vinayak menegur putranya karena hampir menyentuh mereka. Pandurang menyarankan untuk mencuri cawat Hastar dan mereka membuat puluhan boneka adonan untuk mengalihkan perhatian Hastar. Namun, keduanya terjebak di dalam rahim ketika banyak klon Hastar muncul, satu untuk setiap boneka yang mereka miliki. Dengan tidak ada harapan untuk melarikan diri, Vinayak mengikatkan boneka-boneka itu ke tubuhnya sebagai umpan, agar putranya kembali dengan selamat. Setelah pantai bersih, Pandurang naik kembali ke permukaan untuk melihat ayahnya bermutasi menjadi monster di luar sumur. Vinayak memberinya cawat curian yang dia curi dari Hastar, tapi Pandurang menolak untuk mengambilnya. Terisak melihat ayahnya berubah menjadi apa, Pandurang dengan enggan membakar Vinayak dan pergi.

***

Budi selesai baca cerpen yang ceritanya menarik banget gitu, ya buku di tutup dengan baik dan buku di taruh di bawah meja. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan motornya di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.

"Cerita kita ini masih berada di kota Bandar Lampung, ya kan Budi?" kata Eko.

"Ya iyalah. Masih di kota Bandar Lampung, ya ceritanya," kata Budi.

"Berarti masih antara baik dan buruk, ya tingkah laku manusianya," kata Eko.

"Realitanya begitu. Hidup ini antara baik dan buruk. Ya jadi orang gila yang jalan ke sana sini, ya ada ceritanya di kota Bandar Lampung," kata Budi.

"Berarti orang-orang yang kelakuannya di depan baik belakangnya buruk, ya make topeng. Berarti belum tentu bisa berubah jadi baik banget gitu," kata Eko.

"Tobat itu susah kan Eko?" kata Budi.

"Memang tobat itu susah. Karena ada cerita urusan cinta saja. Cowok suku Lampung, ya berkata dan tindakannya setia pada cewek suku Lampung. Kenyataannya, di belakangnya selingkuh juga sama suku Lampung. Kata cowok itu "Mempung belum nikah. Jadi depan apa? belakang apa?". Padahal ketika cowok itu menikah, ya kalau penyakit selingkuhnya kambuh lagi, ya di jalanin dengan baik selingkuh itu," kata Eko.

"Apalagi berbuat keburukan ini dan itu. Ya susah tobatnya," kata Budi.

"Ibadahkan ada yang sungguh. Ada yang pura-pura," kata Eko.

"Urusan ibadah pun sampai di tinggalkan demi urusan dunia ini," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Pergaulan pun, ya antara baik dan buruk. Berdasarkan cerita Daniel yang pernah tinggal di jalan Samratulangi gang pisang kota Bandar Lampung, ya orang-orang itu tidak bisa berubah jadi baik. Ya pemahaman agama saja, ya alakadar belajar di sekolah saja. Kan kita tahu pergaulan di sekolah dari tingkat SD, ya sampai urusan kerjaan ini dan itu...antara baik dan buruk. Antara orang kaya dan miskin. Orang buruk itu, ya nama-nama setan sih...Hasbi, Arif, Indra, dan masih banyak lainnya," kata Budi.

"Dalam pergaulan harus pinter milih teman. Apalagi kalau orang Lampung. Kalau orang Lampungnya kepribadiannya baik, ya di temanin karena paham ilmu agama setelah di ajak ngobrol dan ibadah dengan baik di mesjid. Kan ada orang Lampung di pergaulan buruk bikin males berteman, ya di tawarin minum arak. Kalau di ajak ibadah, ya orang Lampung kabur gitu," kata Eko.

"Pinter-pinter milih teman," kata Budi.

"Yang abis pikir itu, ya sudah tua tidak bisa berubah sampai mati," kata Eko.

"Kenyataannya memang ada yang di omongin orang-orang itu," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Kalau begitu main Jumanji!" kata Budi.

"OK. Main Jumanji!" kata Eko.

Budi mengambil permainan Jumanji di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko main permainan Jumanji dengan baik gitu. 

"Yang enggak abis pikir dari cerita teman sih, ya orang Lampung bernama Adek Anang itu....kelakuannya depan citra baik di depan, ya citra buruk di belakang. Maksudnya menutupi keburukan dengan citra baik. Padahal pernah sekolah di Muhammadiyah, ya kuliah dan kerja di kampus Muhammadiyah," kata Budi.

"Mau di mana tempat pendidikan agamanya kalau dasar tidak terbentuk kepribadian jadi baik, ya tetap jadi buruk," kata Eko.

"Latar belakang dari keluarganya, ya tidak paham agama termasuk lingkungan sekitar rumah. Apalagi kebiasaan orang Lampung, ya menutupi keburukan sanak famili," kata Budi.

"Apalagi orang Lampung itu, ya mau menang sendiri. Karena dasarnya berhak tinggal di Lampung ini, ya asli gitu," kata Eko.

"Bertengkar sama satu suku tidak mau, ya tidak mau saling menjatuhkan. Kenyataannya, ya menjatuhkan juga tuh suku Lampung sama Lampung. Apa lagi suku lainnya, ya di jatuhkan sama suku Lampung," kata Budi.

"Kompleks permasalahan di Lampung," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Abdul dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul duduk dengan baik, ya dekat Eko dan Budi. Karena ada Abdul, ya permainan Jumanji di mulai dari awal lagi. Ketiga main permainan Jumanji dengan baik gitu.

"Abdul. Gimana keadaan pasar?" kata Budi.

"Ya pasar sih. Keadaan relatif saja," kata Abdul.

"Relatif," kata Eko.

"Relatif itu....antara baik dan buruk, ya kan Abdul?" kata Budi.

"Ya kan tinggal di kota Bandar Lampung. Relatif.....antara paham ilmu agama dan tidak paham ilmu agama," kata Abdul.

"Berarti itu. Yang paham ilmu agama tidak minum arak. Yang tidak paham ilmu agama, ya sembunyi-sembunyi minum arak dasar dari pergaulan ini dan itu," kata Eko.

"Sama berarti antara jujur dan bohong," kata Budi.

"Hidup ini!" kata Abdul.

"Emmm," kata Eko.

"Sebaik-baiknya manusia yang paham ilmu agama, ya di jalan baik demi kebaikan bersama," kata Budi.

"Bener omongan Budi!" kata Abdul.

"Emmm," kata Eko.

Ketiganya terus main permainan Jumanji dengan baik.

"Ngomong-ngomong. Orang kaya di Lampung ini, ya terlihat banget, ya ingin di sanjung karena kekayaannya. Bisa di bilang menunjukkan dengan baik kekayaannya dari rumahnya yang di bangun dengan teknik arsitek zaman sekarang, ya sampai mobil dan motornya," kata Budi.

"Kenyataannya memang begitu tentang orang-orang kaya di Lampung ini," kata Abdul.

"Omongan Budi yang lalu-lalu kan. Kaya itu penggerak ekonomi saja," kata Eko.

"Iya aku inget di ingatkan Eko. Kaya itu penggerak ekonomi. Barang-barang yang di beli orang kaya dengan tujuan ini dan itu, ya untuk menggerak ekonomi dengan baik karena aku tahu asal usul barang ini dan itu yang di beli orang kaya dari pabrik ini dan itu," kata Budi.

"Urusan ekonomi. Aku juga penggerak ekonomi, ya kerjaan aku jadi pedagang di pasar," kata Abdul.

"Emmm," kata Eko.

Ya ketiga main permainan Jumanji dengan baik gitu.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK