Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus di chenel VTV, ya seperti biasa sih...Budi duduk di depan rumahnya sedang membaca cerpen menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Di masa depan, dunia terbagi antara mereka yang tinggal "di dalam", di kota-kota berpenduduk padat, dan kelas bawah yang tinggal "di luar." Akses ke kota-kota sangat dibatasi dan diatur melalui penggunaan dokumen kesehatan, yang dikenal sebagai "papeles" dalam bahasa pidgin global saat itu.
William Geld, seorang investigator penipuan asuransi, dikirim ke Shanghai untuk mewawancarai karyawan di sebuah perusahaan yang dikenal sebagai "The Sphinx", yang memproduksi papeles. Tugas William adalah mengidentifikasi karyawan yang diduga memalsukan "sampul". Setelah mewawancarai banyak karyawan Sphinx, ia mengidentifikasi seorang pekerja muda bernama Maria Gonzalez sebagai pemalsu. William terpikat olehnya, dan alih-alih menyerahkannya kepada pihak keamanan, ia mengidentifikasi karyawan lain sebagai pemalsu. William kemudian bertemu dengan Maria dan mereka mulai berselingkuh. Saat Maria tidur, William menemukan sampul palsu di kamarnya dan mengambilnya.
William ditegur karena tidak menemukan pemalsu Sphinx yang sebenarnya. Ia meminta agar orang lain dikirim, karena mungkin ada kaki tangan orang tak bersalah yang ia tunjuk. Namun, ia diperintahkan untuk menangani masalah tersebut dan kembali ke Shanghai.
Sekembalinya, William menemukan bahwa apartemen Maria kosong dan satu-satunya petunjuk adalah janji temu di klinik medis. Ia mengunjungi klinik dan mengetahui bahwa Maria sedang hamil dan kehamilannya dihentikan karena pelanggaran Kode 46. William tahu bahwa ini berarti Maria entah bagaimana memiliki hubungan genetik dengannya, tetapi ia tidak tahu bagaimana.
William menemukan bahwa Maria telah dibawa untuk dihapus ingatannya tentang kejadian tersebut. Ia meminta klinik untuk melepaskan Maria ke dalam perawatannya dengan memberi tahu mereka bahwa Maria adalah saksi dalam penyelidikan penipuannya. Setelah Maria dilepaskan, William memberi tahu Maria tentang penghapusan ingatan dan tentang bagaimana ia tidak melaporkan Maria atas penipuan. Maria terganggu oleh informasi ini dan menjadi sangat tertekan. William memberinya pil tidur dan, saat Maria sedang tidur, ia memotong beberapa helai rambut dari kepala Maria dan membawanya ke fasilitas yang menyediakan analisis DNA instan. Ia menemukan bahwa Maria adalah klon biologis dari ibunya. William memutuskan untuk pulang ke keluarganya, tetapi tidak diizinkan untuk melakukannya, karena perlindungan 24 jamnya telah berakhir.
William kemudian menyadari bahwa satu-satunya harapannya untuk pulang adalah dengan mendapatkan papel dari Maria. Maria pergi bekerja untuk mendapatkan papel, tetapi tidak dapat membuatnya sendiri, karena ia dipindahkan ke area kerja lain, jadi seorang rekan kerja membuatkan sampul untuknya. Saat menaiki kereta untuk bertemu William, ingatannya kembali dan ia mengingat perasaannya terhadap William. William memutuskan untuk tidak meninggalkannya.
William dan Maria kemudian melakukan perjalanan ke Jebel Ali di UEA, yaaa yang tidak memerlukan izin perjalanan khusus. Keduanya bersembunyi di kota tua tempat mereka memesan kamar. William mengungkapkan kepada Maria bahwa, selain penghapusan memori, dia telah diberi virus yang memicu adrenalin sebagai respons terhadap kontak fisik dengan orang yang menyebabkan pelanggaran Kode 46. Dia menahan diri untuk tidak memberi tahu Maria bahwa virus itu juga akan memaksanya untuk melaporkan pelanggaran Kode 46 lebih lanjut kepada pihak berwenang. Mereka menyewa mobil tua dan melakukan perjalanan jauh untuk melarikan diri dari pihak berwenang yang melacak mereka. William menabrakkan mobil sambil menghindari tabrakan dengan unta dan pejalan kaki dan mereka berdua pingsan.
William terbangun di rumah sakit di Seattle bersama istri dan anaknya. Ia tidak ingat apa pun tentang Maria atau pelanggaran Kode 46, karena semua ingatan tentang Maria dan waktu mereka bersama telah tergantikan dengan ingatan tentang penyelidikan yang berhasil. Maria dihukum lebih berat dengan diasingkan "ke luar," ke padang pasir. Ingatannya tentang William diubah agar lebih kuat, meskipun ia dipaksa hidup tanpa William.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Nyanyi saja!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Di meja ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng berisi air panas gitu.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi.
"Yaaa hidup ini tetap sama Budi!" kata Eko.
"Lebih enak hidup di desa dari pada di kota," kata Budi.
"Yaaa setuju dengan Budi. Enak hidup di desa dari pada di kota," kata Eko.
"Menikmati keadaan desa dengan baik," kata Budi.
"Yaaa memang di nikmati dengan baik keadaan desa," kata Eko.
"Kota. Bangunan di bangun manusia. Bentuk bangunan bermacam-macam untuk menunjukkan kemampuan manusia yang punya kepintaran, kreatifitas, dan juga kaya gitu," kata Budi.
"Realita memang begitu," kata Eko.
"Tujuan dari apa yang di bangun manusia ini dan itu di kota? Urusannya ekonomi," kata Budi.
"Memang sih...apa yang di bangun manusia? Urusannya...ekonomi dan ekonomi," kata Eko.
"Roda ekonomi di gerakan dengan baik," kata Budi.
"Memang roda ekonomi di gerakan dengan baik," kata Eko.
"Pemerintahan dan swasta," kata Budi.
"Realitanya memang begitu," kata Eko.
"Kota. Yang kaya tetap kaya. Yang miskin tetap miskin," kata Budi.
"Realitanya memang begitu," kata Eko.
"Tinggal di kota mana pun...pada akhirnya tetap sama saja kan Eko?" kata Budi.
"Yaaa memang tetap sama aja sih tinggal di kota mana pun, ya yang ada di Indonesia," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu sih...main permainan ular tangga saja Budi!" kata Eko.
"Okey. Main permainan ular tangga!" kata Budi.
Budi mengambil permainan di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
"Emmm," kata Eko.
"Ngomongin sinetron Eko!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sinetron...Asmara Gen Z. Menurut pendapat aku sih...yang menonton sinetron Asmara Gen Z, ya ada tokoh-tokoh yang menunjukkan rentannya gejala-gejala dari psikologi remaja. Gimana pendapat Eko?" kata Budi.
"Pendapat aku tentang sinetron," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sinetron...Asmara Gen Z. Aku juga menonton dengan baik Asmara Gen Z. Memang sih...Budi...ada tokoh-tokoh yang menunjukkan rentannya gejala-gejala dari psikologi remaja," kata Eko.
"Kaya seperti kegelapan jiwa, ya kan Eko?" kata Budi.
"Aku setuju dengan Budi. Kaya seperti kegelapan jiwa," kata Eko.
"Rapuh," kata Budi.
"Rapuh banget," kata Eko.
"Baru ujian dunia dengan perkara ini dan itu....seperti itu rapuhnya," kata Budi.
"Ujian dunia," kata Eko.
"Kerapuhannya seperti manusia yang tidak punya Iman, ya gimana menghadapi setan yang sebenarnya? Pasti mati itu mah!" kata Budi.
"Remaja yang punya kerapuhan ini dan itu, ya sebaiknya di bimbing dengan baik sama manusia yang paham agama dengan tujuan untuk kebaikan remaja tersebut," kata Eko.
"Omongan Eko....bener sih!" kata Budi.
"Sinetron sekedar hiburan saja kan Budi?" kata Eko.
"Memang sih...Eko....sinetron sekedar hiburan penonton yang nonton Tv dengan baik di rumah!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sedangkan sinetron yang lain, ya ceritanya tetap bagus kan Budi?" kata Eko.
"Sinetron yang lain, ya ceritanya tetap bagus. Menghibur gitu!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko tetap asik main permainan ular tangga gitu.
No comments:
Post a Comment