Malam yang tenang. Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pada tanggal 31 Oktober 1693, di Salem, Massachusetts, Thackery Binx menyaksikan adik perempuannya, Emily, dibawa pergi ke hutan oleh saudara perempuan Sanderson, tiga penyihir bernama Winifred, Sarah, dan Mary. Thackery menghadapi para penyihir, tetapi gagal menyelamatkan Emily dan kekuatan hidupnya terkuras, membuat para penyihir muda kembali. Setelah itu, Thackery diubah menjadi kucing hitam oleh para penyihir, dikutuk untuk hidup selamanya dengan kesalahannya karena tidak menyelamatkan Emily. Setelah menemukan anak-anak hilang, penduduk kota menangkap para suster dan menghukum mereka untuk digantung atas pembunuhan Thackery dan Emily. Sebelum dieksekusi, Winifred melontarkan kutukan yang akan membangkitkan para suster selama bulan purnama di All Hallows' Eve jika seorang perawan menyalakan Lilin Api Hitam di pondok mereka. Thackery memutuskan untuk menjaga pondok agar tidak ada yang bisa menghidupkan kembali para penyihir.
Tiga abad kemudian, pada tanggal 31 Oktober 1993, Max Dennison dengan enggan membawa adik perempuannya Dani keluar trik-or-treat, di mana mereka bertemu kekasih baru Max, Allison. Ketiganya mengunjungi bekas pondok Sanderson, sekarang menjadi museum, tempat Max secara tidak sengaja membangkitkan para penyihir. Para penyihir berusaha untuk menyedot jiwa Dani, tetapi Max datang untuk menyelamatkannya. Melarikan diri, Max mencuri buku mantra Winifred atas saran dari kucing abadi Binx. Dia membawa kelompok itu ke kuburan tua di mana mereka akan dilindungi dari para penyihir karena itu adalah tanah suci. Para penyihir akhirnya mengejar mereka di kuburan tempat Winnifred membangkitkan kekasihnya yang tidak setia Billy Butcherson dari kubur dan mengirim mereka mengejar anak-anak.
Para penyihir mengejar anak-anak di seluruh kota menggunakan indra penciuman Mary yang ditingkatkan. Winifred mengungkapkan bahwa mantra yang membawa mereka kembali hanya bekerja pada Halloween dan kecuali mereka dapat menyedot kehidupan setidaknya satu anak, mereka akan berubah menjadi debu ketika matahari terbit. Setelah memikat mereka ke sekolah menengah, anak-anak menjebak para penyihir di tempat pembakaran tembikar dan membakar mereka hidup-hidup. Sementara anak-anak merayakan, kutukan penyihir menghidupkan mereka lagi.
Tidak menyadari para penyihir telah selamat, Max dan Allison membuka buku mantra, berharap untuk membalikkan mantra di Binx. Buku mantra terbuka mengungkapkan lokasi grup, dan para penyihir melacak mereka, menculik Dani dan Binx, dan memulihkan buku mantra. Sarah menggunakan nyanyiannya untuk memikat anak-anak Salem ke pondok Sanderson. Max dan Allison membebaskan Dani dan Binx dengan menipu para penyihir agar percaya bahwa matahari terbit satu jam lebih awal. Berpikir bahwa mereka sudah selesai, para penyihir panik dan pingsan, membiarkan Max, Dani, Allison, dan Binx melarikan diri.
Kembali di kuburan, Billy mengejar anak-anak dan mengambil pisau Max dan memotong mulutnya yang dijahit terbuka dan menghina Winifred sebelum bergabung dengan anak-anak melawan para penyihir. Para penyihir menyerang dari udara dan merebut Dani. Winifred mencoba menggunakan botol ramuan terakhir untuk menyedot jiwa Dani. Binx menjatuhkan ramuan dari tangannya yang ditangkap Max dan segera diminum, memaksa para penyihir untuk mengambilnya alih-alih Dani. Matahari mulai terbit tepat saat Winifred akan selesai menguras tenaga hidup Max. Dalam perjuangan berikutnya, Allison, Dani, dan Billy menangkis Mary dan Sarah.
Max dan Winifred, berjuang di udara, jatuh ke tanah suci di kuburan, menyebabkan Winifred berubah menjadi batu. Saat matahari selesai terbit di atas cakrawala, Mary dan Sarah hancur menjadi debu bersama dengan tubuh batu Winifred. Cerita di akhir dengan buku mantra Winifred membuka matanya sekali lagi, mengungkapkan bahwa itu masih hidup yang berarti para penyihir mungkin bisa kembali lagi suatu hari nanti.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Gorengan," kata Eko.
Eko mengambil gorengan di piring, ya gorengan di makan dengan baik gitu.
"Enak gorengan ini. Rasanya?" kata Eko.
"Rasa beda, ya Eko?" kata Budi.
"Iya rasanya beda," kata Eko.
"Aku buat bakwannya pake sawi. Ya biasa sawi di buat sayur, ya jadi sawi di buat bakwan goreng, ya tetap enak," kata Budi.
"Sawi toh," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sawinya beli, ya Budi? Karena di tanaman di pot Budi, ya yang di taruh di depan rumah, ya tidak ada tanaman sawi," kata Eko.
"Iya beli. Yang beli sawi, ya Ibu," kata Budi.
"Yang beli sawinya Ibunya Budi," kata Eko.
"Biasa Ibu beli sawi untuk buat sayur gitu. Sawi yang di beli Ibu, ya cukup banyak, ya jadi aku buat gorengan saja sawi," kata Budi.
"Oooo begitu ceritanya," kata Eko.
Eko mengambil aqua gelas di bawah meja, ya tepatnya di dalam kardus gitu. Aqua gelas di minum dengan baik, ya sama Eko gitu.
"Emmm," kata Budi.
Eko menaruh gelas aqua di meja gitu.
"Ngomong-ngomong.....Budi masih ngumpulkan data-data lapisan masyarakat dari pergaulan ini dan itu?" kata Eko.
"Masih...aku mengumpulkan dengan baik. Penelitian," kata Budi.
"Ilmu-ilmu pendidikan Universitas," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Belajar," kata Eko.
"Iya memang belajar dengan baik, ya mengembangkan kemampuan aku," kata Budi.
"Demi kerja di pemerintahan, ya tidak selamanya jadi buruh, ya kan Budi?" kata Eko.
"Demi keinginan aku berjuang dengan baik," kata Budi.
"Ada kemauan pasti ada jalan," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main permainan ular tangga saja Budi!" kata Eko.
"Ya oke main permainan ular tangga!" kata Budi.
"Permainan ular tangga di taruh di bawah meja, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya. Permainan ular tangga di taruh di bawah meja!" kata Budi.
Eko mengambil permainan ular tangga di bawah meja. Ketika permainan ular tangga, ya mau di sambil, ya ada kliping di atas permainan ular tangga. Eko mengambil kliping dan permainan ular tangga, ya permainan di taruh di atas meja dan kliping di baca Eko. Budi menunggu Eko selesai membaca kliping, ya jadi menikmati minuman kopi dan makan gorengan gitu. Di baca dengan teknik cepat, ya akhirnya selesai dan kliping di taruh di meja.
"Budi mengumpulkan gambar bangunan rumah dari tradisional sampai moderen. Tujuan apa Budi?" kata Eko.
"Yaaa tujuan aku sih.....inginnya hubungan aku dan Tasya menikah gitu. Berumah tangga berdasarkan cerita orang-orang yang ngontrak rumah karena keadaan, ya ingin punya rumah sendiri. Jadi aku mempelajari jenis-jenis rumah yang ingin aku bangun, ya sesuai dengan keuangan aku gitu," kata Budi.
"Oooo mempelajari. Dan juga berkhayal ingin punya rumah sendiri toh," kata Eko.
"Ya iyalah Eko. Aku masih berkhayal lah urusan punya rumah sendiri. Keadaan aku kan, ya berasal dari keluarga miskin dan kerjaan aku buruh. Jadi masih penuh perjuangan demi menggapai apa yang diinginkan?" kata Budi.
"Aku paham keadaan Budi. Yang berjuang demi keinginan tercapai," kata Eko.
"Yang enak itu, ya terlahir kaya. Rumah dan tanah, ya beri sama orang tua," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Untung saja aku dapat cewek sebaik Tasya. Cewek yang pengertian dengan keadaan aku. Banyak cerita orang-orang pusing menghadapi cewek yang banyak maunya," kata Budi.
"Budi mendapat cewek pengertian, ya keberuntungan Budi. Orang tuanya Tasya mendidik Tasya dengan baik. Yaaa sama aja dengan aku tentang Purnama, ya pengertian juga. Jadi orang tua Purnama, ya pinter mendidik Purnama," kata Eko.
"Sama-sama beruntung mendapatkan cewek pengertian," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main ular tangga!" kata Eko.
"Oke. Main ular tangga!" kata Budi.
Budi dan Eko main permainan ular tangga dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment